17. Putus

924 179 266
                                    

Mata Hao dibuat ratusan kali lipat lebih tajam. Memperhatikan detail mulai dari ekspresi, gerak-gerik, sampai cara bernapas. Semakin lama diperhatikan, semakin mencurigakan. Kini Hao yakin 100 persen bahwa memang ada yang tidak beres pada sosok Lee Seokmin hari ini.

"Kamu semalam mabuk? Berapa banyak botol yang kamu habiskan?" tanya Hao, penasaran. Karena yang ia tahu, Seokmin cukup pandai mengontrol diri meskipun dalam keadaan mabuk sekalipun. Tingkat toleransi Seokmin terhadap alkohol terbilang tinggi. Itu artinya, kalau sampai mabuk, alkohol yang Seokmin minum tidak lagi hanya dalam hitungan gelas. Namun berbotol-botol.

Cukup lama menunggu, Hao belum juga menemukan jawaban. Seokmin pun nampak enggan membuka mulutnya untuk memberi jawaban. Menyantap ramyeon kesukaannya dengan terpaksa. Jelas tengah tidak berselera makan. Dan tentu Hao sangat ingin mengajukan pertanyaan lainnya. Namun juga tidak mau membebankan Seokmin dengan banyak pertanyaan.

Apakah ini berhubungan tentang keluarga Seokmin? Apakah Seungkwan lagi-lagi diganggu oleh sejumlah pria? Atau tentang perkuliahannya? Atau lagi... Tentang Jisoo? Hao melebarkan kedua mata begitu ingat dengan gadis bermarga Hong yang satu itu. Kalau memang ada hubungannya dengan Jisoo, bukankah ini adalah kesempatan emas?

"Biar kutebak," Hao mencoba peruntungannya. Antusias. Meski tidak juga berhasil menarik perhatian Seokmin. Sebaliknya, malah Mingyu-lah yang merasa bulu kuduknya berdiri. Tahu persis dengan apa yang ada di dalam pikiran Hao. "Pasti ada hubungannya dengan Jisoo. Iya, kan?"

Mendengar nama Jisoo disebut, spontan mulut Seokmin mengeluarkan decak. Kesal, lelah, juga meruntuhkan mood-nya yang sejak awal memang sudah runtuh hingga terperosok jauh ke dasar jurang. Menyeruput jus melon yang telah Mingyu pesankan untuknya, padahal pada awalnya Seokmin ingin memesan kopi. Tapi Mingyu bilang, mengonsumsi kopi tidak disarankan untuk sekarang. Khawatir Seokmin semakin sulit tidur. Jus melon itu sudah hambar. Es batunya telah meleleh. Tidak begitu dingin lagi.

"Jangan mulai," Seokmin memperingatkan.

Hao tertawa terbahak seketika dibuatnya. Bahkan tanpa Seokmin jawab pun, ia sudah tahu persis sekarang. Tidak mungkin salah lagi. Seokmin mendadak bertransformasi menjadi seorang sad boy seperti sekarang ini pasti disebabkan oleh Hong Jisoo. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah aku sudah memperingatkanmu sejak awal? Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sudah bisa membaca. Kamu dan Jisoo sama sekali tidak cocok. Kalian berdua memiliki aura yang berlawanan. Malah akan saling menyiksa jika hubungan kalian diteruskan."

Seokmin tergelak. "Sejak kapan kamu menjadi ahli pembaca aura? Kamu tidak tahu apa masalah kami. Tidak perlu ikut campur."

Sejujurnya Hao sedikit tersinggung dengan ucapan Seokmin. Tidak perlu ikut campur? Apakah Hao tidak salah dengar? Ah... Tidak. Hao tidak mungkin salah dengar. Ia ingat persis. Sejak kenal Jisoo, Seokmin memang banyak menampilkan perubahan. Fakta inilah yang paling menyebalkan dan menjadi alasan utama kenapa Hao sungguhan bertekad hendak memisahkan keduanya. Sekarang, malah mereka sendiri yang memunculkan masalah. Entah masalah apa, Hao tidak peduli. Tapi yang pasti, fakta satu ini terdengar sangat menyenangkan bagi Hao.

Jika masalah mereka terus berkembang, tidak menutup kemungkinan dampak akhirnya sampai ke tahap memutuskan hubungan. Iya, kan? Dengan begitu, Hao jadi merasa bebas. Tidak perlu putar otak lagi untuk menyusun skenario agar mereka berdua bisa cepat berpisah.

Hao mengubah ekspresi wajah. Seakan ikut bersedih. "Aku dan Jisoo sama-sama perempuan, Seok... Melihat melalui tingkah laku dan cara bicaranya saja, aku sudah tahu persis dia itu perempuan baik atau bukan. Aku ini sahabatmu, tidak mungkin aku diam saja jika ada orang jahat di sampingmu."

Seokmin sungguh tidak tahan lagi. Berkumpul dengan para sahabat yang bertujuan untuk menenangkan diri, malah gagal dan dibuat semakin panas seperti ini. Karenanya, Seokmin memutuskan untuk pergi. Meninggalkan Mingyu dan Hao di sana. Yang tanpa Seokmin sadari, Hao menyeringai penuh kemenangan. Sungguh merasa puas.

Drama Only (✓)Where stories live. Discover now