23. Terima Kasih Sudah Meminta Pertolonganku

969 171 113
                                    

Jisoo ingat persis dengan bagaimana kondisi terakhir Jun sesaat setelah dipukuli oleh Seokmin. Hidungnya berdarah, juga beberapa lebam di sekujur wajah. Mulai dari pelipis hingga rahang. Seokmin sungguh brutal memukuli Jun. Sudah seperti menyerang seorang komplotan penjahat kelas kakap. Jisoo hampir menangis melihatnya. Bukan karena tidak tega. Namun karena merasa bersalah. Gara-gara dirinya, Seokmin dan Jun telah beberapa kali melakukan perkelahian.

Tentu tidak hanya Jun yang mengalami cedera. Rupanya sebelum jatuh tersungkur ke lantai, Jun sempat memberi perlawanan. Alhasil Seokmin pun mendapat lebam di dekat mata kiri. Tanpa menunda lagi Jisoo melerai mereka dengan menarik Seokmin mundur lalu memeluk. Mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Setelahnya, Jisoo membawa Seokmin pergi. Masuk ke dalam mobil. Tanpa menghiraukan apa pun yang terjadi pada Jun selanjutnya.

Yang sempat Jisoo lihat sekilas, Jun dihampiri oleh beberapa orang kawannya dan dibawa pergi. Jisoo hanya bisa berharap semoga mereka semua bisa membawa Jun ke unit kesehatan kampus. Karena biar bagaimanapun juga, kalau sampai kejadian buruk ini tercium oleh pihak kampus, pasti Jisoo sendiri akan ikut terlibat masalah. Jisoo sudah sangat pusing dengan semua kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Panggilan pihak kampus akibat perkelahian Seokmin dan Jun akan menambah daftar panjang sumber pikirannya.

Dan sekali lagi, sangat beruntung bahwa peralatan pengobatan luka yang dulu sempat Jisoo beli masih tersimpan rapi di dashboard mobil. Jisoo juga mengeluarkan sebotol air minum dari dalam tasnya. Meminta Seokmin meminum obat penghilang rasa nyeri.

"Maaf selalu merepotkanmu," kata Jisoo, penuh rasa penyesalan. Matanya nanar melihat memar biru di wajah Seokmin.

Jisoo sadar betul. Sudah tidak terhitung berapa kali ia malah membahayakan nyawa Seokmin. Dan jika ingat itu, ia jadi bisa benar-benar mengerti kenapa sahabat-sahabat Seokmin, terutama Hao, tidak menyukai kehadirannya di samping lelaki Lee itu.

Saking menyesalnya, tanpa sadar Jisoo meneteskan air mata. "Aku tidak tahu lagi harus meminta pertolongan siapa. Seungcheol dan Jeonghan masih marah padaku. Aku terlalu merepotkan banyak orang. Kalau saja dulu aku tidak memintamu untuk berpura-pura menjadi pacarku, dan langsung jujur saja kalau pacarku itu adalah Jun dan sudah putus karena diselingkuhi, pasti masalah ini akan berakhir begitu Jeonghan memarahiku. Tidak akan sampai melibatkanmu dan membuatmu berulang kali berkelahi seperti ini."

Kalian tahu hal apa yang paling menyakitkan seumur hidup Seokmin? Melihat Jisoo menangis.

Meski tentu saja ada berbagai macam kesakitan telah Seokmin lalui selama 22 tahun hidupnya. Termasuk saat Seungkwan kecelakaan 2 tahun lalu. Tapi pada saat itu, Seungkwan masih bisa tertawa saat menyambut kedatangan Seokmin di kamar rumah sakit. Juga sempat mengomel karena channel TV rumah sakit secara iseng Seokmin alihkan padahal Seungkwan tengah asik menonton penampilan boygroup kesukaannya, Seventeen. Dan berbagai tanda lainnya bahwa Seungkwan sungguh baik-baik saja.

Dan pada saat melihat Jisoo menangis, rasanya menjadi lain. Ia merasa telah gagal menjaga gadis itu.

Seokmin menarik tengkuk Jisoo. Mencium bibirnya yang basah akibat guyuran air mata. Tidak berhenti sampai di situ, Seokmin juga mencium pipi dan kelopak mata Jisoo yang secara otomatis tertutup saat jarak wajah mereka sudah terlalu dekat. Di dalam hati, Seokmin bersumpah tidak akan pernah membiarkan Jisoo menangis. Apa pun alasannya. "Aku ingin mewujudkan drama kita di dunia nyata. Aku sungguhan sayang padamu. Aku jatuh cinta padamu. Terima kasih sudah meminta pertolonganku malam itu. Perlahan aku akan menghapus kata trauma dari skenario hidupmu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Drama Only (✓)Where stories live. Discover now