25. Aku Akan Menunggu

949 175 108
                                    

Wonwoo mengurangi kecepatan mobilnya begitu memasuki area parkir. Menengok ke sisi kanan dan kiri. Berusaha mencari posisi kosong untuk ia mengamankan mobil putih kesayangan. Dapat, dengan penuh kehati-hatian Wonwoo memasukinya. Ingat persis dengan apa yang terjadi sekitar 2 tahun lalu, saat ia baru bisa mengendarai mobil. Tidak sengaja menginjak pedal gas yang seharusnya menginjak rem. Alhasil, Wonwoo menabrak satu buah mobil lainnya yang terparkir di depan. Wonwoo sampai trauma hingga tidak berani lagi mengendarai mobil selama 2 bulan.

Berhasil. Wonwoo tersenyum bangga. Bahkan bertepuk tangan kecil saking senangnya. Karena biasanya, ia dengan sengaja mencari sisi lahan parkir yang luas demi menghindari kecelakaan. Tapi hari ini ia berhasil menghentikan sekaligus memarkirkan mobil tepat di tengah antara 2 buah mobil. Sebuah kemajuan yang pesat.

Namun sayangnya, kebahagiaan Wonwoo yang sangat sederhana ini harus terhentikan oleh pemandangan di depan. Di sana ada Jun. Berjalan tidak jauh dari tempat Wonwoo memarkirkan mobil. Tidak aneh memang. Karena mereka berdua memang tinggal di gedung apartemen yang sama. Hanya berbeda lantai. Mereka berdua pun bisa saling mengenal padahal berbeda fakultas karena tidak sengaja bertemu di area parkir apartemen ini. Saat Wonwoo kesulitan mencari lahan parkir yang kosong, Jun dengan sok kerennya datang membantu. Tapi yang anehnya saat ini adalah, gelagat Jun sangat mencurigakan.

Lelaki perantauan Tiongkok itu nampak mengendap-endap. Menelisik setiap sisi. Cekatan Wonwoo membungkukkan badan. Bersembunyi. Yakin situasi telah aman, Wonwoo coba mengintip lagi. Yang Wonwoo lihat, dengan tergesa Jun menghampiri mobilnya usai memastikan situasi. Seperti sedang berusaha mengambil sesuatu di dalam sana.

Sesuatu yang ada dalam pikiran Wonwoo, hanyalah sebatas tas atau buku-buku kuliah. Tapi pada kenyataannya dugaan tersebut salah besar. Mata gadis bernama lengkap Jeon Wonwoo itu terbelalak, begitu melihat apa yang berusaha Jun keluarkan dari dalam mobilnya. Bukan benda. Namun seseorang. Perempuan, berambut panjang yang sudah acak-acakan, mengenakan kaus berlengan panjang warna biru muda, jelas sedang menangis. Tangannya terikat dan mulutnya ditutup dengan lakban. Sekilas saja, Wonwoo sudah bisa mengenali. Hong Jisoo.

Tangan Wonwoo gemetar. Berusaha mengambil ponsel genggamnya di dalam tas. Menghubungi seseorang. Hitungan detik, sambungan telepon tersebut disambut. "Gyu... Jisoo, Gyu..."

Tentu saja suara gemetar Wonwoo berhasil mengirim sinyal ketakutan. Membuat Mingyu ikut panik. "Ada apa dengan Jisoo?"

Wonwoo mengintip Jun lagi. Jisoo dibawanya melalui tangga darurat. Tidak menyangka kalau Jun bisa berlaku senekat ini. Padahal kamarnya jauh berada di lantai 8. Pasti demi menghindari CCTV dalam lift. "Jun membawa Jisoo ke apartemennya. Jisoo menangis. Mulutnya ditutup dan tangannya diikat."

"Sungguh? Kamu tidak sedang bercanda, kan?" Kini kepanikan Mingyu berlipat ganda hingga ratusan kali lipat.

"Untuk apa aku bercanda dengan hal sensitif seperti ini? Cepat hubungi Seokmin! Aku akan mengirimkan lokasi apartemen Jun."

Dan, tidak butuh waktu lama, Wonwoo berhasil mengirimkan lokasi gedung apartemen yang ia dan Jun tempati. Lengkap beserta lantai dan nomor kamarnya. Meski bukan dirinya, Wonwoo ikut merasa sangat ketakutan. Apalagi ia tahu persis bagaimana sosok Moon Junhui jika sudah berkeinginan. Jun tidak mungkin pernah mau melepaskan Jisoo begitu saja. Harus ada kejadian besar yang bisa memaksa Jun mundur.

 Harus ada kejadian besar yang bisa memaksa Jun mundur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Drama Only (✓)Where stories live. Discover now