8. Drama Semakin Meluas

982 198 127
                                    

Berulang kali Jisoo menjinjitkan kedua kaki. Mengintip masih sejauh apa antrean di depan. Menghitung. 1, 2, 3, 4, 5... dan seterusnya. Banyak. Panjang seperti ular yang meliuk-liuk di persawahan. Jisoo mendesah nyaring setelahnya. Menjatuhkan telapak kaki dengan bibir yang menukik ke bawah. Kesal bukan main. Antrean yang harus ia lalui masih sangat panjang. Pasrah menjatuhkan kepala ke atas pundak Jeonghan. Membuat gadis yang ikut mengantre di depannya itu memekik terkejut. Memukul pantat Jisoo sebagai balasan.

Seokmin ikut terkekeh melihat interaksi ini. Mengambil alih perhatian. Menyentuh pinggang, ditarik pelan. Coba menegakan badan Jisoo. Merangkul. "Kita main tebak-tebakan saja supaya kamu tidak bosan."

"Tidak mau. Tadi kamu curang!" rajuk Jisoo.

Saat dalam perjalanan, mereka juga sempat terjebak macet. Sampai Jisoo berulang kali mengeluh. Bilang hendak jalan kaki saja. Hampir turun dari motor Seokmin pula. Tapi Seokmin tidak kehabisan akal. Membuka helm, Seokmin coba mengajak Jisoo bercanda dengan memberikan tebak-tebakan lucu. Tidak menyangka kalau Jisoo dapat menjawabnya dengan benar. Jadi tidak lucu lagi.

Tapi bukan Seokmin namanya kalau gagal melawak. Alhasil, ia coba menyelewengkan jawaban. Membuat Jisoo kesal. Bertubi-tubi melayangkan pukulan. Seokmin malah tertawa semakin kencang. Sadar betul bahwa saat itu mereka berdua menjadi pusat perhatian pengguna jalan lain. Seokmin jadi membayangkan bagaimana jika kecurangan itu dilakukannya lagi. Sudah bisa dipastikan rasa kesal Jisoo jadi berlipat ganda. Lebih baik dihindari daripada image kalem, anggun, dan lemah-lembut Jisoo sirna dalam hitungan detik. Tidak hanya memukul manja seperti saat terjebak macet. Tapi malah mengumpati Seokmin. Atau yang lebih parah, melakukan kekerasan dengan cara menjambak rambutnya sampai botak.

Kekehan Seokmin kini berubah menjadi suara gelak tawa. Lalu tangan berpindah ke bagian pinggang. Bersyukur Jisoo nampak tidak mempermasalahkan ini sama sekali. Malah dengan nyaman menyenderkan kepala. Menutup mata. menggeliat kecil, seperti seekor kucing yang hendak pergi tidur. Ah... Kalau sudah seperti ini, rasanya Seokmin hendak langsung saja memeluknya. Membiarkan Jisoo tidur dalam pelukan, baru dibangunkan saat sudah tiba gilirannya masuk bioskop.

Catatan yang perlu diketahui, bukan tanpa alasan Seokmin melakukan ini. Karena ia lihat Chan melakukan hal yang sama terhadap Jeonghan. Mengintip ke depan, Seungcheol pun memeluk Jihoon dari samping. Seokmin tentu tidak mau kalah. Setidaknya ia harus membuat drama pura-pura pacaran mereka terlihat jauh lebih natural. Itu kewajiban, bukan?

Beberapa saat Jisoo mulai tenang, kini giliran Seokmin yang bersikap gelisah. Jelas berusaha menghindari sesuatu. Memutar posisi berdirinya jadi condong ke kanan. Membuat mata Jisoo terbuka. Mengerjap. Memperhatikan ekspresi wajah Seokmin. Menengok ke arah yang Seokmin hindari. Bingung. Tidak ada apa-apa di sana.

"Kamu kenapa? Mau pipis?"

Seokmin menggeleng panik. Sesekali mengintip. Namun sayangnya tindakan tersebutlah yang menjadi perkara. Hao berhasil melihatnya. Sudah bisa ditebak bagaimana tindakan Hao selanjutnya. Ia menarik tangan Mingyu agar ikut melabrak Seokmin.

"Seokmin?"

Bahkan panggilan itu berhasil menarik perhatian semua orang yang berdiri di sekitar Seokmin. Terutama Jeonghan, Chan, dan juga Jisoo. Membuat yang dipanggil meringis. Belum menyiapkan alasan. Dengan senyum yang dipaksakan Seokmin menoleh ke arah kedua sahabatnya. Improvisasi segera diperbaharui. Pura-pura terkejut. "Eoh? Hei, kalian juga ke sini?"

Hao menatap Seokmin penuh selidik. Fokus ke arah tangan kanan Seokmin yang tengah merangkul pinggang Jisoo. Sadar, Seokmin pun segera melepasnya. Berdiri dengan canggung. Kini jelas mata Hao coba menerka gadis Hong itu. Menelisik beberapa kesamaan fisik Jisoo dengan gadis yang berhasil ia lihat di dalam mobil yang mengantar Seokmin dulu. Sejauh ini, 75 persen.

Drama Only (✓)Where stories live. Discover now