14. Sahabat Yang Lebih Dari

947 178 92
                                    

Sekarang semua tidak ada bedanya. Antara sebelum dan sesudah Seokmin mendatangi rumah Jisoo, sungguh tidak ada bedanya. Seokmin masih belum bisa masuk ke alam mimpi dan melupakan semua kejadian buruk hari ini meski hanya dalam beberapa jam. Bahkan sekadar menutup mata, Seokmin masih tidak sanggup, juga terkesan tidak akan pernah sanggup. Karena setiap kali ia coba melakukannya, bayang-bayang wajah Jisoo yang hampir menangis kembali muncul. Dan kalian pasti tahu bahwa pemandangan tersebut terlalu menyakitkan.

Terlalu larut malam, kata Jisoo. Aku khawatir Jun datang lagi, kata Seokmin. Alhasil kesepakatan telah dibuat usai Jisoo selesai mengobati luka-luka yang Seokmin peroleh dari pertarungan sengitnya dengan seorang Moon Junhui. Seokmin menginap di rumah Jisoo. Juga mendapat secangkir susu hangat. Jisoo bilang, secangkir susu hangat dapat membuat pikiran lebih tenang hingga tidur pun terasa nyaman dan nyenyak.

Bagaimana dengan hasilnya? Seokmin menarik kesimpulan. Secangkir susu hangat sama sekali tidak membantu. Keberhasilan mengusir Jun dari rumah Jisoo jauh lebih melegakan dibandingkan apa pun. Kecuali rasa khawatir yang berhasil menahan Seokmin tetap berada di sana, tentu saja.

Sebenarnya, Seokmin sendiri pun tidak mengerti kenapa ia bisa semenderita ini. Hari ini. Perinciannya, semua ucapan Hao yang membuat muak, over thinking di tengah malam, bertemu dengan mantan kekasih Jisoo lalu berkelahi, dan mendapat bonus lebam di banyak titik termasuk wajah dan perut. Yang jauh lebih aneh, bertemu dengan Jisoo tidak serta merta membuat over thinking-nya lenyap.

Dini hari. Ponsel genggam Seokmin menunjukan pukul setengah satu. Akibat suasana yang sangat sunyi, suara sepelan apa pun bisa Seokmin tangkap. Meskipun samar. Termasuk derap langkah kaki di luar kamar. Sudah bisa ditebak. Itu pasti Jisoo. Memangnya siapa lagi? Kedua orangtua Jisoo masih berada di luar kota. Seminggu, baru pulang lusa. Membuat rumah berukuran hampir dua kali lipat dari rumah Seokmin ini jauh lebih sunyi dibandingkan pemakaman.

Bergegas Seokmin masuk ke dalam perannya sebagai aktor.

Cahaya ikut masuk begitu Jisoo membuka pintu. Perlahan namun pasti, langkah kakinya terdengar semakin jelas. Meski tidak melihat, Seokmin yakin gadis itu telah berdiri di dekat ranjang. Tepat di samping kirinya. Tangan Seokmin yang menyembul keluar dari balik selimut mendadak terasa hangat. Tangan Jisoo yang menjadi alasannya.

Kembali terasa dingin, tangan Jisoo nyatanya telah berpindah ke dahi. Turun perlahan ke pelipis. Sekuat tenaga Seokmin menahan rasa sakitnya. Di pelipis yang Jisoo sentuh, ada lebam ukuran sedang bekas pukulan Jun.

"Kalau tahu akan seperti ini, aku tidak akan meneleponmu," keluh Jisoo, pelan. Berbisik. "Tapi aku sungguh tidak tahu harus menghubungi siapa selain kamu. Maaf, aku terlalu banyak merepotkanmu. Aku akan membayarmu mahal untuk menebus ini."

Aku akan membayarmu mahal untuk menebus ini. Rasa sakit yang Seokmin derita telah hilang, bersamaan dengan tangan Jisoo yang telah menjauh dari pelipisnya. Namun keanehan lainnya berhasil menarik perhatian. Nyatanya rasa sakit Seokmin sekarang jauh lebih menyiksa dibandingkan sebelumnya. Kalimat terakhir yang baru saja Jisoo ucapkan seakan melapisi tembok pembatas mereka. Tembok pembatas itu berdiri semakin kokoh. Menghapus banyak kemungkinan yang Seokmin harapkan.

Berdiri. Hampir pergi. Hanya hampir. Seokmin berhasil mencegat kepergian Jisoo. Menggenggam tangannya. Tersenyum meski sakit. Tidak ada pilihan lain, selain memberanikan diri. "Aku tidak suka dengan kalimatmu tadi. Tolong tarik kembali. Kamu wajib menghubungiku. Sedang butuh sesuatu atau tidak membutuhkan sesuatu, kamu tetap wajib menghubungiku. Aku juga tidak mau dibayar. Aku datang sungguhan untuk menjagamu."

Seokmin melafalkan banyak harapan usai mengatakannya. Setidaknya berharap agar Jisoo tidak mempertanyakan maksud dari kalimat tadi, entah paham atau tidak paham. Kalimat yang tersirat di dalamnya tidak patut dipertanyakan dalam kondisi sekarang, kalau tidak mau masalah semakin berkembang biak.

Drama Only (✓)Where stories live. Discover now