14. Sahabat Yang Lebih Dari

Depuis le début
                                    

Dan, doa Seokmin dikabulkan.

"Kamu pura-pura tidur?"

Seokmin tertawa. Sedikit lega. Sekaligus menyembunyikan banyak hal. Melepas genggaman tangan mereka. "Mungkin efek minum kopi saat di rumah Hao, jadi tidak bisa tidur." Bohong. Hanya alasan.

"Ah... Jadi saat aku meneleponmu, kamu sedang berada di rumah Hao? Hanya berdua?"

Hanya berdua? Seokmin spontan menggelengkan kepala. "Saat kamu menelepon, aku sudah pulang. Dan kami bertiga di sana. Ada Mingyu juga."

"Aku kira kalian berkencan," kata Jisoo, sambil tertawa. Tawa yang tanpa ada seorang pun yang menyadari wujudnya seperti bongkahan batu besar yang jatuh ke permukaan. Menimpa badan Seokmin.

"Cepat tidur. Besok kuliah, kan?"

Jisoo mendengus sebal. Tapi tetap menurut. Keluar dari kamar yang Seokmin tempati. Namun, sebelum melakukannya, lagi-lagi Jisoo menambah lapisan tembok mereka. Menjadi semakin tebal, kokoh, kuat, tanpa ada tanda-tanda dapat dihancurkan. Bahwa seorang Herkules sekalipun. "Mengenai ucapanku kemarin, aku serius, Seok. Bilang padaku kalau drama kita membuat acara pendekatanmu gagal. Aku akan menyusun skenario putus kita secepatnya. Selamat malam."

Pintu ditutup.

"Skenario putus hanya akan memperburuk kondisiku."

"Masuk dulu," kata Seokmin, sesaat sebelum turun dari mobil Jisoo

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Masuk dulu," kata Seokmin, sesaat sebelum turun dari mobil Jisoo. Bergegas membukakan pagar rumahnya. Mempersilakan salah seorang bawahan Keluarga Hong memarkirkan motor kesayangan Seokmin. Setelahnya, beliau menghampiri Jisoo. Gadis itu pun memberikan sejumlah uang agar beliau bisa kembali ke rumah menggunakan taksi.

Selesai, Jisoo tersenyum ke arah Seokmin. Memberi kode dengan gerak tangan. Hendak menunggu Seokmin di dalam mobil.

Terdengar helaan napas sebelum Seokmin menyusul. Berhasil menutup pintu mobil yang hampir Jisoo masuki. "Aku bilang masuk dulu."

Jisoo menimbang. Melirik rumah Seokmin. Pintu rumah itu terkunci rapat. Nampak sunyi. "Ibumu ada?"

"Memangnya kenapa jika ada ibu atau tidak ada ibu? Kalau rumahku kosong, memangnya kamu bisa menebak apa yang akan kulakukan? Ei, jika mau, saat kita tidur satu ranjang, sudah aku perkosa. Kamu hamil anak kita, kita menikah, bulan madu, lalu..."

Spontan Jisoo mencubit perut Seokmin. Demi menghentikan mulut Seokmin yang terlalu banyak bicara. "Diam! Kalau ada yang dengar bagaimana?" Dan pemuda berhidung mancung itu tergelak. Meski sedikit sakit. Ada memar bekas pukulan Jun di perutnya. "Bukan seperti itu... Aku hanya tidak enak dengan ibumu. Kalau ibumu berpikir kita punya hubungan lebih, bagaimana? Aku tidak mau membohongi orangtua."

Seokmin tidak mau menjawab. Kenyataannya orangtua Seokmin sekaligus Seungkwan sudah berpikir demikian meski Jisoo tidak ikut masuk sekalipun. Jadi percuma saja. Seokmin menarik tangan Jisoo. Tidak peduli dengan berontakan kecil yang ia dapatkan. Masuk ke dalam rumah, ucapan Jisoo benar. Rumahnya sangat sunyi. "Pasti ibu sedang berada di dapur. Kalau Seungkwan, hari Rabu berangkat kuliahnya siang. Pasti dia masih berada di dalam kamar. Soal skenario kita, tidak usah khawatir. Aku sudah bilang jutaan kali kepada mereka kalau kita berdua hanya sebatas teman. Walaupun ujung-ujungnya tetap tidak percaya."

Drama Only (✓)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant