8. Drama Semakin Meluas

Magsimula sa umpisa
                                    

Mingyu mengambil alih jawaban. "Ya, tadi Hao bilang tidak mau pulang dulu. Jadi aku mengajaknya ke sini."

Selesai menerawang, barulah Hao bersuara. "Kamu bilang harus pulang cepat karena Seungkwan membutuhkan bantuanmu. Kenapa kamu malah ke sini? Di mana Seungkwan?"

Ya... Memang Seungkwan-lah yang lagi-lagi menjadi alasan Seokmin. "Seungkwan sudah tidak apa. Tadi dia hanya minta dijemput pulang sekolah."

Mendengar penjelasan Seokmin, Mingyu mengangguk paham. Nampak tidak curiga sama sekali. Atau mungkin, hanya berpura-pura percaya. "Syukurlah kalau begitu. Kalau dia siapa?"

Dia. Mingyu memberi isyarat dengan menunjuk keberadaan Jisoo mengandalkan dagu. Inilah pertanyaan yang paling Seokmin hindari. Melihat ke arah Hao, gadis itu pun sama. Jelas sangat penasaran dengan jawaban Seokmin. Beralih ke Jisoo, diam seribu bahasa. Seokmin tidak bisa menemukan jawaban yang tepat melalui tatapan mata Jisoo. Namun yang jelas ia tidak bisa mengaku hanya berteman karena ada kedua sahabat Jisoo di sana. Mau tidak mau drama tetap harus dimainkan. "Ini Hong Jisoo, pacarku."

"Pacar?" Mata Hao terbelalak. Menatap Jisoo sekali lagi. Membuat Jisoo merasa takut, entah kenapa. Sedikit termundur. Mata Hao sungguh mengintimidasinya.

Dengan gemetar Jisoo sedikit membungkukan badan. Senyum. Berusaha seramah mungkin. "Aku Hong Jisoo. Kalian pasti Mingyu dan Hao, kan? Seokmin sangat sering bercerita tentang kalian."

Keadaan sekarang terlalu mencekam. Terutama tatapan Hao terhadap Jisoo. Mau tidak mau, tidak ada pilihan lain, Mingyu harus melakukan sesuatu agar udara di sekitar mereka tidak terasa semakin angker. Atau mungkin ia bisa melakukan sesuatu agar Hao bisa cepat menerima kedatangan Jisoo? Setidaknya kehadiran gadis bermarga Hong itu bisa menguntungkan bagi Mingyu. "Ya, benar. Aku Mingyu dan ini Hao. Wah... Kebetulan macam apa ini? Kami berdua juga hendak menonton. Bagaimana kalau kita menonton bersama?"

Tentu Jisoo menganggukan kepala dengan antusias. Seokmin pun sama. Menyambut tawaran Mingyu dengan sangat baik. Setidaknya untuk mengurangi rasa bersalahnya. Bukankah semakin banyak orang akan semakin menyenangkan? Jeonghan dan Seungcheol pun Jisoo yakin tidak akan merasa keberatan sama sekali.

"Maaf, sepertinya tidak bisa. Tidak ada film yang sesuai dengan seleraku. Gyu, kita makan saja, ya? Aku sangat lapar." Hao menghancurkan antusiasme Seokmin dan Jisoo dalam hitungan detik.

Belum sempat Mingyu menjawab ajakan tersebut, Hao sudah terlebih dulu menarik tangannya. Bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan kepada Seokmin dan Jisoo. Sebagai ganti, sebisa mungkin Mingyu melakukannya dengan menoleh ke belakang. Membungkukan sedikit kepala. Meminta maaf.

Seokmin meringis. "Sepertinya Hao marah padaku."

"Marah kenapa?"

"Aku bohong. Hao itu sangat sensitif. Pasti dia tahu kalau jawabanku tadi hanya bohongan."

Dan, ketidaktenangan Seokmin berlangsung lama. Belum juga berakhir meski telah 2 jam berlalu. Keluar dari bioskop dengan perasaan yang bercampur aduk. Merasa bersalah. Terutama Hao. Gadis itu jelas menunjukan kekecewaan meskipun beralasan perutnya sedang lapar.

Menyadari kegelisahan Seokmin, Jisoo jadi ikut tidak enak hati. Menghampiri Seungcheol dan Jeonghan sebentar. Mengatakan agar keduanya pulang duluan dengan pasangan masing-masing. Seokmin dan Jisoo hendak melanjutkan acara kencan hari ini. Ingin hanya berdua. Berhasil. Tanpa rasa curiga dua pasang kekasih itu meninggalkan mall.

"Seok, aku traktir makan ya hari ini." Belum sempat Seokmin mengiyakan, langsung saja Jisoo menggandeng tangan si pria terlebih dulu. Tanpa perlawanan yang berarti keduanya masuk ke dalam salah satu restoran Chinese. Seokmin mempersilakan Jisoo untuk memesankan makanan untuknya karena tidak pernah memakan makanan Chinese sebelumnya. Walaupun Hao berasal dari Tiongkok. "Sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu makanan Chinese. Tapi saat pacaran dengan Jun, beberapa kali kami makan di restoran seperti ini."

Drama Only (✓)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon