Qurbannya seorang pengamen.

188 14 0
                                    

Karya
Miftah Husna
VanillaBlueee_

Jakarta, kota dengan sebutan kota metropolitan ini adalah kota tempatnya mencari rezeki,
apapun aktifitas nya semua bisa menghasilkan sekalipun hanya menjadi penjaga wc umum di
salah satu pasar tradisional.

Namun dibalik sibuknya kota tersebut ada sedikit orang atau bahkan banyak dari mereka yang harus menahan beban perih nya mencari uang diusia dini.

Namun, keterbatasan ekonomi dan
rendahnya pendidikan tidak mengalahkan niat baik nya.

"Jaya yo ngamen" teriak anak laki-laki dengan pakaian lusuh dan kotor serta ukulele yang digenggamnya.

"Iya gek, lu duluan aje emak gue lagi sakit" jawab Kojay yang keluar dari rumah gubuk yang terbuat dari kayu yang beratapkan pelepah daun kelapa.

"Yaudeh, nyusul ye" pamit Agek dan berlalu pergi meninggalkan teman mengamennya.

Kojay, anak laki-laki berumur 9 tahun itu haru smenghabiskan masa kanak-kanaknya dengan mencari uang demi sesuap nasi, Ahmad Komar atau sering disapa Kojay itu lahir dari keluarga yang tidak mampu, yang mengharuskannya merelakan masa belajarnya, masa bermainnya dan
juga masa bersenang-senang nya untuk bertahan hidup.

Ia pikir hidup ditengah-tengah kota metropolitan bukan hal yang sulit karna semua nya bisa di dapatkan dengan mudah, namun ia akan menyanggah dan membuang jauh-jauh fikirann yaitu karna kota ini hanya memberikan apapun kepada mereka yang mempunyai uang.

Saat anak laki-laki seusia nya sibuk mengembangkan diri, Kojay harus rela berpanas-panasan, lari dari kejaran Satpol PP dan belum lagi kalau ada razia.

Ia harus berusaha sendiri anter lebih
saat ibunya jatuh sakit, ia jadi harus berusaha lebih semangat lagi.

"Jay, kamu ngamen aja emak ngga apa-apa" lirih Yanti-Ibu Kojay wanita paruh baya terbaring lemah diatas karpet karna keluarganya tidak sanggup untuk membeli kasur.

"Tapi nanti ngga ada yang jaga emak dirumah" jawab Kojay dengan tatapan cemas bercampur bingung.

"Ngga apa-apa emak bisa sendiri, paling nanti sore emak sembuh" balas Yanti berusaha meyakinkan anaknya kalau dirinya baik-baik saja.

Sepertinya semua ibu didunia akan
melakukan hal yang sama bila diposisi Yanti, ia tak mau anaknya tau kalau ibunya sedang dalam keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja namun harus tetap tersenyum demi
membuat sang anak tidak cemas.

"Kojay janji mak nanti Kojay bakal wujudin mimpi emak buat qurban" ucap Kojay dengan bersemangat mata nya kini sudah berkaca-kaca, air mata sudah siap terjun membasahi pipinya.

"Aamiin.. emak selalu doain Kojay"

"Kojay berangkat dulu Mak, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Mungkin Indonesia butuh banyak orang seperti Kojay, yang tak pernah menyerah, dan selalu mengedepan kan agama. Yanti, wanita paruh baya itu selalu membimbing anak nya kejalan yang benar, walau hidup serba kekurangan Yanti yakin suatu saat Kojay akan sukses bila mengutamakan agama dalam hidupnya. Allah tidak pernah tidur dan Yanti percaya itu.

Setibanya disimpang jalan tepatnya dilampu merah pancoran tempat ia menjemput rezeki, walau tidak banyak yang ia dapat setidak nya itu halal baginya. Dengan bermodalkan ukulele dan sholawat yang ia percaya dapat membawa rahmat dan juga berkahi nya mulai kegiatannya.

"Qomarun… qomarun…qomarun sidanan nabi qomaruunn…"

Kojay sudah menaiki bis kota kedua kalinya dalam sehari ini dan mulai membawakan sholawat berjudul Qomarun, karna Kojay memiliki suara yang terbilang bagus banyak penumpang yang menikmati sholawatnya dan memberikan uang yang cukup membuat hatinya gembira.

Goresan Cerita Pendek CrystalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang