2. Pertama Kali Pacaran, Artinya Juga Pertama Kali.........

Start from the beginning
                                    

"Sejak kapan di antara kita ada kata merepotkan?" tanya Hao lagi, penuh penekanan di sana-sini. Tidak habis pikir. Alasan macam apa itu? Sungguh mencurigakan.

"Ya bagaimana lagi? Aku merasa tidak enak hati kalau harus diantar ke rumah teman padahal tidak ada sangkut pautnya dengan kalian. Setiap kita berkumpul di luar, aku selalu kebagian yang dijemput. Padahal aku sudah menolak tapi tetap dijemput. Baru bisa berangkat sendiri begitu berkumpul di rumah salah satu dari kita." Seokmin menyengir lagi. Meski sejujurnya ia pun merasa sendiri bahwa alasan ini terlalu aneh.

"Tapi kan memang lebih praktis kalau berkumpul di luar kita berangkatnya bersama..." Hao mengerucutkan bibir. Mulai percaya, tapi tetap saja ia merasa kesal setengah mati.

"Iya, maaf... Kalau ada acara dadakan seperti kemarin, aku akan jujur."

Puas dengan alasan tersebut, Hao pun merapikan seluruh bawaannya masuk ke dalam tas. Berdiri. "Ya sudah. Kalian belum makan siang, kan? Bagaimana kalau kita ke kantin sekarang? Aku lapar."

Sepakat. Mingyu pun bergegas ikut membereskan barang bawaannya. Makin tergesa karena Hao telah selesai terlebih dulu lalu menarik tangan Seokmin. Menuju kantin. Terbirit Mingyu menyusul keduanya.

"Seok, menu biasa?" tanya Hao, setibanya di sana. Langsung menghampiri penjaga kantin begitu mendapat anggukan. Ia memang sudah hafal betul dengan menu kesukaan Seokmin jika makan di kantin.

Akan tetapi, begitu gadis yang bernama lengkap Xu Minghao itu duduk di tempat Seokmin menunggu, pemuda Lee itu malah sedang mendapat telepon. Nama Jisoo tertera pada layar. Membuat Seokmin sedikit panik. Sebisa mungkin ia menjawab segala pertanyaan Jisoo dengan kalimat yang tidak membuat Hao curiga.

Telepon dimatikan, ringisan jelas terdengar. Membuat Hao mengerutkan kening. Seokmin sungguh tidak enak hati. Tapi kemarin ia sudah terlanjur berjanji dengan Jisoo. Bahkan pagi tadi Jisoo menghubunginya untuk mengkonfirmasi rencana hari ini. "Maaf... Sepertinya aku harus pulang sekarang."

"Kenapa lagi?" jelas Hao sangat kecewa. "Tapi aku sudah memesankan makanan untukmu."

Melihat Mingyu baru saja tiba, Seokmin segera menunjuk ke arah Si Pemuda Jakung itu. "Berikan ke Mingyu saja. Tenang, aku yang bayar. Bukankah Mingyu juga suka ramyeon kimchi di sini?"

"Hng?" Mingyu nampak bingung. "Kenapa? Kamu mau ke mana lagi?"

Seokmin memandangi kedua sahabatnya bergantian. Bingung harus menjawab apa. Hao bersedekap, Mingyu jelas menampilkan wajah seperti sedang menggasak Seokmin agar segera menjawab. "Tadi ... Ibuku yang menelepon. Aku tidak tahu akan diminta mengerjakan apa. Dia hanya minta aku agar segera pulang."

"Sungguh? Tidak berbohong?" selidik Hao.

"Iya... Sungguh! Sudah, ya. Aku pulang dulu. Sekali lagi maaf. Lain waktu akan kutraktir sebagai gantinya."

Dengan wajah kesal, Hao memperhatikan Seokmin yang nampak tergesa-gesa meninggalkan kantin. Bahkan nampak tidak memperdulikan Mingyu yang baru saja duduk tepat di mana Seokmin duduk tadi. Di depan Hao. Mengerucutkan bibir. Entah kenapa rasanya sungguh menjengkelkan. Bukan hanya Hao. Namun Mingyu juga. Dengan alasan yang berbeda.

 Dengan alasan yang berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Drama Only (✓)Where stories live. Discover now