- PART 17 A -

597 89 2
                                    

Amaryllis benci mengakui bahwa dirinya begitu lemah dalam masalah daya tahan tubuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amaryllis benci mengakui bahwa dirinya begitu lemah dalam masalah daya tahan tubuh. Luka benturan di kepalanya membuat dia terpaksa melewatkan dua babak permainan dalam kungkungan kasur bilik pengobatan. Dia menoleh ke samping kasur dan mendapati perempuan berpakaian baju khas Magnaris mengantarkan semangkuk sup krim ayam dan teh herbal. Aroma harum yang menguar dari dalam mangkuk mengingatkan Amaryllis akan masakan Tao, walaupun ia tidak tahu apakah rasanya akan sama dengan milik Tao.

"Berapa lama aku pingsan?"

Perempuan berambut kuning keemasan itu tersenyum. "Cukup sebentar untuk seukuran Nona Muda. Saya tidak mengira bahwa pemulihan luka Anda begitu cepat."

"Itu berarti aku sudah diperbolehkan keluar dari sini, 'kan?"

"Tentu saja, Nona Greta. Saya akan mengantarkan Anda ke tribune peserta, setelah Nona Greta menghabiskan hidangan ini," ujar perempuan itu sembari merentangkan sebelah tangan ke arah nakas, tempat sup krim ayam dan teh herbal itu bersemayam.

"Maaf, aku tidak punya waktu untuk itu," tampik Amaryllis. Selimut yang menutupi separuh tubuhnya telah tersibak dan dia berjalan menerobos perempuan pengantar makanan yang menghalangi jalan keluar. "Minggir. Kalau kau tidak mau mengantarku, aku akan pergi ke sana sendirian."

"Maaf, Nona Greta. Saya tidak bermaksud menghalangi Anda. Tapi—"

"Kubilang minggir dari ... hadapanku." Volume suara Amaryllis memelan seiring dengan perutnya yang berkeruyuk. Rona merah padam kontan membakar wajahnya bagai api dalam sekam. Semua nama dewa-dewi disebutnya dalam hati.

Amaryllis berangsur menjauhi perempuan itu tanpa melihat ekspresi yang ditampilkannya. Demi anjing Hades, saat ini Amaryllis sungguh kehilangan martabatnya. Terpaksa dia mengambil semangkuk sup dan mengosongkan isinya secepat kilat petir Dewa Zeus menyambar puncak gunung.

Amaryllis meletakkan mangkuk sup yang tandas di atas nakas, menyisakan teh herbal yang sama sekali tidak disentuhnya. "Sudah habis. Sekarang antarkan aku ke tribune peserta."

Mengesampingkan teh herbal yang masih penuh, perempuan pengantar makanan itu memilih mengalah dan berjalan menuju pintu masuk. "Dengan senang hati, Nona Greta."

Perempuan itu melakukan perannya sebagai pemandu jalan dengan baik, sementara Amaryllis mengekor di belakangnya bagai anak ayam. Keluar dari bilik pengobatannya, Amaryllis disuguhkan dengan lorong panjang yang mengular hingga pada bagian ujungnya hanya terlihat sebagai bintik kehitaman pudar. Dari sana, mereka mengambil jalur sebelah kanan.

Arsitekturnya terbilang sederhana. Tumpukan bata putih dengan permukaan kasar ditata simetris dari dinding hingga mencapai langit-langit. Berbanding terbalik dengan ruang bawah tanah sebagai tempat tunggu peserta, langit-langit di lorong ini dipasang rendah sekitar 2,5 meter dari lantai. Bilik pengobatan terlihat berderet memenuhi satu sisi lorong, tepat di samping kanan tubuh Amaryllis. Sedangkan sisi lainnya membentuk jendela persegi empat dengan sisi atas yang melengkung setinggi 1 meter.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now