- PART 16 -

582 97 3
                                    

Banyak yang mengatakan bahwa Magnaris tetap berdiri berkat kepiawaian tangan para keluarga agung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Banyak yang mengatakan bahwa Magnaris tetap berdiri berkat kepiawaian tangan para keluarga agung. Nama mereka mewakili diri mereka. Dari ketiga nama keluarga agung, Romanos lah nama yang sering disebut, baik di pemerintahan maupun dunia luar. Mereka terkenal akan kelicinan lidah dalam merangkai kata hingga mampu membuai orang dalam sangkar manipulatif. Petuah-petuah mereka menuntun Magnaris menuju kejayaan dalam periode kepemimpinan hingga Raja Agamemnon. Kelicinan lidah Romanos juga yang membuat musuh Magnaris berakhir menjadi sekutu.

Jasa yang telah mereka berikan pada Magnaris, membuat raja terkesan hingga mengangkat Romanos menjadi salah satu keluarga agung yang mendapat hak veto di ranah hukum. Keistimewaan yang diberikan kepada Romanos perlahan membuat dada mereka membusung. Terlebih lagi saat Karsten Romanos diberikan kewenangan untuk mengatur dan memimpin jalannya Turnamen Api Agung dan pertunjukan gladiator di Colossalium.

Tiap perkataan yang Karsten lontarkan seringkali bermakna ganda. Tidak heran bahwa dia sangat menikmati insting bertahan hidup manusia yang telah menyerah akan teka-tekinya. Memilih membunuh atau dibunuh.

Selama ujung jarum jam berdetak, selama itu pula kupu-kupu di dalam perut buncitnya mengepak kegirangan. Karsten begitu bahagia kala melihat orang-orang di sekitar berusaha menebak isi kepalanya dan merasa bahwa diri mereka benar tanpa tahu bahwa kepercayaan diri mereka lah yang membunuh di akhir.

Salah satu sudut bibir Karsten terangkat. "Gadis naif."

Pergerakan bibirnya begitu cepat sehingga Amaryllis tidak menyadari bahwa Karsten telah mengoloknya. Gadis itu memelototi Karsten hingga otot bola matanya yang menyerupai akar serabut berwarna kemerahan mulai menjalar di lapisan sklera. Giginya bergemeretak menahan kesal. "Hei, setidaknya berbicaralah kalau kau memang masih punya mulut."

Karsten tidak menggubris Amaryllis dan beralih memalingkan wajah sembari menutup mulut untuk menahan tawa. Bagi Karsten, gadis berambut merah itu tidak lebih dari seekor tikus jelek yang mengais makanan sisa di sampah. Hanya satu orang yang dihormati oleh Karsten selama hidupnya. Seseorang yang dapat membaca isi pikirannya yang rumit dan mampu bermain kata dengan Romanos.

"Sialan!"

Gattas menarik pundak Amaryllis ke belakang sampai menyamai keberadaannya. "Sudahlah. Nah Scarlet, kau sepertinya harus memahami ulang teka-teki itu."

Amaryllis memberengut kesal. "Namaku Greta." Disingkirkannya tangan Gattas dari pundaknya. Lipatan di dahi Amaryllis bertambah saat ia mengingat kembali isi dari teka-teki Karsten. "Tiga pedang ditempa dengan kristal argentum, sejumput serbuk emas dan percikan api keabadian. Disitulah keadilan dilanggar dan nestapa menggeliat di dalam perut Gaea."

"Lalu bagaimana menurutmu?"

"Aku mencari tiga pedang dengan warna berbeda. Warna emas, perak, dan merah." Pedang Doppelhänder diangkat sampai pada batas dimana Gattas dapat melihat bagian ujung bilahnya. "Tetapi saat aku melihat pedang ini terkena sinar matahari, aku dapat melihat ketiga warna itu di bagian bilahnya. Mereka bergerak memutar, namun tidak lama ketiga warna itu menghilang," papar Amaryllis.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now