- PART 31 -

112 9 5
                                    

Banyak yang mengatakan jika hari ini hidupmu diberkati oleh para dewa dan keberuntungan menyelimuti jiwamu, maka janganlah berharap bahwa esok akan demikian

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Banyak yang mengatakan jika hari ini hidupmu diberkati oleh para dewa dan keberuntungan menyelimuti jiwamu, maka janganlah berharap bahwa esok akan demikian. Layaknya sebuah pertanda, kemalangan selalu datang setelah keberuntungan. Keberuntungan selalu pergi setelah malapetaka datang. Namun bisakah terjebak di Dunia Bawah bersama para dewa sinting dianggap sebagai keberuntungan? Bila hal itu menjadi suatu keberuntungan bagi Amaryllis, maka hari ini para dewa memang sedang mengutuknya.

Amaryllis mengerjapkan kedua mata. Matahari telah tertidur ketika dia kembali dari kegelapan. Bulan tidak mau menampakkan diri di hamparan awan mendung. Dalam sepersekian detik, bulir hujan telah menghujam tubuhnya dengan liar. Seluruh pakaiannya basah kuyup, ranselnya hilang entah ke mana bersama dengan sebelah sepatu boot kulit. Masih belum puas menyerapahi nasib Amaryllis, Dewa Poseidon membuat aliran sungai bergejolak hingga saling menghantam bebatuan di tepian. Dengan langkah yang masih sempoyongan, Amaryllis buru-buru merangkak naik ke permukaan yang lebih tinggi, bergerak menjauh dari aliran sungai.

Amaryllis menaungi wajahnya dengan telapak tangan. Ia mendongak ke atas, memastikan jarak di antara jembatan dengan ngarai yang diapit oleh tebing. Namun sejauh mata memandang, yang dilihatnya hanyalah garis-garis lurus. Kalau pun dia tahu seberapa tinggi tebing itu, tidak ada yang bisa dilakukannya. Seluruh perlengkapan yang ia butuhkan saat ini sudah hanyut.

"Sial. Sial. Apa yang harus kulakukan saat ini?" risau Amaryllis.

Keadaan yang tidak mendukung, membuat sumpah serapah Amaryllis makin intens. Ia lalu meremas kepalanya, memaksa otaknya untuk bekerja lebih keras dalam mencari jalan keluar saat ini. Bila dia mengaku kalah hanya karena jatuh ke jurang dan memanggil Hades, Ares pasti akan menjadikannya bahan lelucon selama dewa itu hidup. Membayangkan senyuman miring Ares saat mengejeknya, sudah cukup memberikan alasan bagi Amaryllis untuk tidak bisa menyerah di situasi saat ini.

Sebagai langkah pertama, Amaryllis memeriksa kondisi seluruh tubuhnya. Jatuh dari ketinggian dan menghantam sungai pasti telah menorehkan beberapa luka atau patah tulang. Digerakkannya lengan, punggung, hingga kaki, tapi Amaryllis tidak menemukan tanda-tanda cedera. Semuanya terasa baik-baik saja. Seolah dia tidak pernah jatuh dari atas tebing.

Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi tubuhnya, Amaryllis lalu berjalan ke arah yang berlawanan dengan arus sungai. Langkahnya terhenti seusai menemukan suatu lubang seukuran babi hutan di antara bebatuan terjal. Embusan angin menggesek telapak tangan Amaryllis yang terjulur ke dalam lubang. Hawa dingin yang menyeruak membuat Amaryllis langsung menarik kembali tangannya. Namun bukannya dia jatuh terjengkang, tubuhnya malah ditarik masuk oleh sesuatu di dalam sana.

Tidak banyak yang diingat oleh Amaryllis ketika memasuki lubang itu. Dia hanya merasakan tubuhnya dilempar ke berbagai arah sembari berteriak hingga suaranya menjadi serak. Dalam hitungan menit, ia sudah berguling-guling di hamparan rerumputan kering. Perutnya yang bergejolak berusaha mengeluarkan isinya hingga kosong.

To Kill Wild RosesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt