- PART 26 -

407 38 10
                                    

Kemunculan Kairius yang tidak diduganya membuat sosok Tao tiba-tiba melintas di dalam kepala Amaryllis yang sudah kalut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kemunculan Kairius yang tidak diduganya membuat sosok Tao tiba-tiba melintas di dalam kepala Amaryllis yang sudah kalut. Pria itu tengah duduk bersila di depan Sungai Tegara dengan pandangan lurus ke depan. Sudut bibirnya berkedut dan kedua matanya melebar acapkali salju luruh dari dahan pohon pinus. Apa yang dilihatnya di balik sana tetaplah menjadi sebuah misteri bagi Amaryllis. Tao tidak mau memberi maupun menerima. Dia lebih senang menyimpan harapan yang diberikan oleh hutan tersebut untuk dirinya sendiri.

"Jadi apa yang akan kita lakukan setelah aku mengayunkan tongkat kayu ini sebanyak 200 kali dalam sehari?" tanya Amaryllis yang telah diliputi kecemasan. Gadis itu tentu tidak ingin membuang waktunya yang hanya tinggal beberapa bulan sebelum Turnamen Api Agung diadakan hanya untuk hal yang sia-sia. Setidaknya dia harus sudah menguasai beberapa teknik atau gaya berpedang untuk bisa lolos dari kejaran maut.

"Aku akan sedikit menaikkan tingkatannya, memperpendek durasi waktu, dan menambah konsistensi latihanmu." Tao mengambil bebatuan kecil di pinggir sungai, kemudian melemparkannya ke hutan seberang. Batu itu terpental, menimbulkan riak pada air. Namun tak sampai hati mengenai bagian pinggir daratan salju.

Amaryllis hendak menyuarakan protesnya, tetapi Tao lebih dulu menyela, "ayunkan tongkat itu sebanyak 400 kali dalam setengah hari. Jika kau ingin protes, latihanmu akan jadi tambah berat, Greta." Tao tersenyum miring. "Mungkin pergi berburu kraken di perairan Golgytos terdengar menyenangkan."

Amaryllis mendecakkan lidah sembari mengepalkan tangannya. "Aku tidak akan protes."

"Oh, itu bagus sekali. Aku senang dengan perubahanmu," sanjung Tao seraya mengusap pucuk kepala Amaryllis.

"Tapi aku akan bertanya kepadamu. Mengapa kau hanya menyuruhku untuk mengayunkan kayu ini selama hampir sebulan lamanya?"

"Mari kita lihat." Tao menarik lengan Amaryllis dalam satu entakan hingga gadis itu menabrak dada bidangnya. Keterkejutan terlihat jelas pada rona Amaryllis. Terlebih lagi ketika jemari Tao menekan akses peredaran darah di pergelangan tangannya, menciptakan berkas kemerahan di sana. "Kau lincah dan sedikit kreatif dalam memanfaatkan barang di sekitarmu sebagai senjata. Namun itu tetap tidak mengubah fakta bahwa kau memiliki tangan yang kurus, kecil, dan tak bertenaga."

Amaryllis mendongakkan kepalanya. "Baiklah, aku paham. Aku akan melakukannya. Jadi, lepaskan—" Napasnya segera tersekat saat Tao melebarkan senyumannya yang ganjil dan semakin menancapkan kukunya ke pergelangan tangan Amaryllis. Lagipula itu bukan jenis senyuman Tao yang biasanya. Barangkali pria itu sedang memberinya peringatan bahwa dia juga bisa melenyapkan gadis itu saat ini bila dia memang menginginkannya.

"Percaya diri itu hal yang baik, tetapi jangan sampai kau jatuh di dalamnya, Greta."

Aku sama sekali tidak percaya diri saat ini, Tabib Gila. Sial. Sial. rutuk Amaryllis dalam benaknya.

Amaryllis lekas mengaburkan sosok Tao yang berseliweran di dalam kepalanya sembari mengucapkan kata-kata tidak penting yang malah membuat pria itu menjadi sosok aneh dan menyeramkan. Berapa kali pun dia menyapu pemandangan di sekelilingnya, tidak ada yang bisa dimanfaatkan sebagai senjata selain pedang yang tersampir di pinggangnya.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now