- PART 21 -

581 74 10
                                    

Siapa sangka bahwa keinginan lengkara gadis kecil yang terkekang oleh dunia sempitnya tiga bulan yang lalu, justru terwujud secepat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siapa sangka bahwa keinginan lengkara gadis kecil yang terkekang oleh dunia sempitnya tiga bulan yang lalu, justru terwujud secepat ini. Semenjak dia memutuskan pergi ke dunia luar yang terlarang oleh Crimson, dia semakin menyadari bahwa ada banyak cara dalam mewujudkan mimpi-mimpinya. Menghabiskan perjalanan monoton dari satu kota ke kota lain bukanlah satu-satunya cara untuk menginjakkan kaki di Crotos. Begitu pula dengan menjadi pemenang di Turnamen Api Agung, bukanlah satu-satunya cara agar dia bisa menaiki kapal udara Histrada.

Ketika pertama kali kapal itu melintas di depannya, kedua telinga Amaryllis seakan menuli dan bibirnya terkunci rapat seolah ada yang menggemboknya. Euphoria warna-warni meledak dalam setiap aliran nadinya. Berkelap-kelip, menabur serpihan emas pada kupu-kupu yang bergolak hebat di perutnya. Senyuman di roman menghilang. Gemuruh genderang perang bertalu-talu mengacaukan ritme kerja jantungnya.

Kapal udara Histrada memang secara harfiah adalah sebuah kapal. Kapal yang terbuat dari susunan panel kayu oak, diperkuat lempengan besi pada bagian dasarnya. Layar-layar besar terbentang di tiap sisi kapal—menyerupai burung. Mengambang di udara selama berjam-jam tanpa ada kerusakan berarti.

"Kapal ini diselubungi mana sihir yang besar." Begitu kata Gattas, sebelum Amaryllis dipisahkan darinya.

Sesuai dengan hasil undian, mereka berada di tempat yang berbeda. Gattas benar-benar akan menjadi musuhnya kali ini. Meski dia berusaha mengelak kenyataan itu, Amaryllis harus puas untuk tertampar sekali lagi dengan susunan tempat duduknya di kapal udara Histrada. Memang melupakan keberadaan Gattas di kelompok lain adalah satu dari beragam cara yang hanya terpikirkan oleh Amaryllis saat ini.

Pada saat kapal udara mendarat di glade hutan dan Amaryllis kembali ke darat, langit lembayung menyambutnya. Rerumputan tersibak di bawah kapal. Dedaunan rontok dari ranting rapuhnya yang bergoyang risau. Di tepi glade, lima papan bertuliskan abjad ditambatkan pada tiap sisi yang saling berseberangan.

Kapal kembali mengudara kala glade telah dipadati kerumunan manusia pilihan. Manusia yang siap mempertaruhkan segalanya demi meraih kemenangan tunggal di akhir.

Embusan angin yang diciptakan dari tabrakan udara, menghempaskan rambut merah Amaryllis, baju tempurnya, dan kebahagiaan sesaatnya. Dia membalikkan badan, menghadap anggota timnya yang telah bergerak masuk ke dalam hutan sesuai papan abjad di sana.

Amaryllis membuang napas dengan risau. Mulai dari sini, hanya dirinyalah yang bisa dia andalkan. Tidak ada Crimson yang selalu membacakan dongeng dan mengecup keningnya sebelum tidur. Tidak ada Reeve yang selalu menggandeng tangannya ketika berlari dari amukan warga. Tidak ada Tao yang akan membuatkannya segelas cokelat tiap dia merajuk. Dan yang paling penting, tidak ada lagi Gattas yang akan menolongnya kali ini.

Mereka adalah lawan.

Di penghujung tujuannya, Amaryllis dihadapkan pada sebuah menara tunggal. Bentuk serta penampakannya serupa dengan menara yang tercipta di arena Colossalium. Semuanya tertutupi oleh susunan bata. Tanpa jendela dan hanya ada satu pintu setinggi dua meter.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now