- PART 05 -

1.3K 184 24
                                    

"Hei, apa kau tau di mana tasku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, apa kau tau di mana tasku?"

Tao yang tengah asyik mencabuti tumbuhan purslane sontak menoleh culas ke sumber suara. Air mukanya berubah dongkol kala melihat rupa Amaryllis. Sementara yang ditatap seolah tak peduli karena Amaryllis terlalu fokus dengan sebakul tumbuhan di samping Tao. Penampilan gadis itu memang masih sama seperti tadi malam. Mengenakan gaun lengan pendek selutut dan celana tiga perempat warna hitam. Hanya saja matanya yang kemerahan membuat Tao menekuk bibir.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk beristirahat?"

Amaryllis mengedikkan bahu. "Bagiku berbaring sudah bisa disebut beristirahat."

Amaryllis memang tidak berbohong. Tetapi alasan sebenarnya tidaklah sesederhana jawabannya. Berada di rumah orang asing dalam bayang-bayang percobaan pembunuhan tentu saja mampu membuat Amaryllis tidak bisa tidur dengan tenang. Alhasil, matanya tetap nyalang menatap langit-langit kamar hingga pagi menjemput.

"Apa kau tahu di mana tasku?"

"Tentu saja tidak. Hei, kau tidak menyentuh buku-bukuku lagi, 'kan?"

Kali ini Amaryllis lah yang mendengus sebal. "Untuk apa aku melakukan itu?"

"Untuk melampiaskan kemarahanmu karena aku tidak memberimu cokelat lagi."

"Memangnya apa yang akan kulakukan dengan buku-bukumu?"

Tao menatap Amaryllis tajam. "Kau mungkin akan menyobeknya atau bahkan menggambarinya bunga-bunga."

"Hah?! Aku bukan anak kecil," bentak Amaryllis seraya mengentakkan sebelah kakinya.

Senyum miring tersungging di sudut bibir Tao. "Sekeras apapun kau menyangkalnya, kau tetaplah anak kecil yang manja."

Amaryllis menatap sebal dengan mulut menganga. Gadis itu tidak menyangka jika hanya karena dia melempar sebuah buku tadi malam bisa membuat pria berkulit pucat itu menjadi bersikap begitu menyebalkan. "Memangnya berapa umurmu?"

"42 tahun."

Amaryllis tidak mampu menutupi keterkejutannya. Tao bahkan tidak setua itu menurutnya. Oh ayolah, semua orang pasti sepemikiran dengan Amaryllis. Pria itu terlihat segar bugar dengan tubuh yang masih tegap dan tiada kerutan yang tercetak di wajah tampannya. Hanya orang sinting yang mau memercayai perkataan Tao.

Sebelum Amaryllis melayangkan aksi protesnya, Tao hengkang dari sana seraya membawa bakul dari anyaman bambu di tangan kirinya. Anehnya, pria itu masih sempat-sempatnya menjelaskan tanaman yang sedang dibawanya, meskipun tanpa melirik Amaryllis.

"Tanaman yang kubawa ini namanya purslane. Dan jika kau mengatakan mereka tumbuhan liar, maka kau benar. Bagi orang awam, mereka dijadikan pakan ternak atau dibuang karena dianggap pengganggu. Tapi sebenarnya mereka mengandung banyak gizi untuk kita. Oleh karena itu, kita akan memakannya nanti dengan ikan."

To Kill Wild RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang