- PART 27 -

242 28 4
                                    

Crimson selalu mengatakan bahwa ada banyak hal yang bisa membuat Amaryllis terkesan, meski asalnya bukan dari dunia luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Crimson selalu mengatakan bahwa ada banyak hal yang bisa membuat Amaryllis terkesan, meski asalnya bukan dari dunia luar. Bukan dari luar Astantium. Dia selalu mengulangi perkataan itu hingga menjadi semacam doktrin bagi putrinya. Nahas Crimson tidak terlalu mengenal putrinya yang lebih senang bermandikan lumpur di ladang daripada menenun motif bunga di sapu tangan. Jangan salahkan Reeve yang selalu membawanya pergi dari pagi hingga malam hari. Memang pada dasarnya Amaryllis lah yang menginginkan semua itu.

Semenjak Amaryllis memutuskan untuk memisahkan diri dengan Crimson, ada banyak hal yang ia ketahui. Tidak hanya rasa takjub, terkesan, bangga, senang, sedih, dan takut. Muncul satu lagi sebuah rasa yang sulit baginya deskripsikan. Di saat yang bersamaan, semua perasaan itu menguasai tubuhnya, memberinya suatu mantra agar tidak melepaskan pandangan matanya dari orang itu. Dia seakan menjadi bunga heliotrop yang selalu mengikuti pergerakan matahari.

Pria yang menciptakan inferioritas dalam diri Amaryllis sesaat kemunculan pertamanya di Colossalium, kini bersamanya. Kairius tetap memancarkan kesan keangkuhannya. Bagaimana cara pria itu menatap rendah lawannya, tersenyum melebihi keangkuhan Karsten, dan berdiri menjulang di hadapannya.

Pria yang membuat semua orang terpana waktu itu sekarang menariknya mundur untuk bersembunyi di belakang punggung lebarnya. Amaryllis baru sadar bila Kairius dan dia selayaknya kelinci dan beruang. Tubuh pria itu tegap dan jangkung, sedikit lebih tinggi ketimbang Tao. Rambut pirang keperakannya membentuk gelombang, menyatu dengan keringat yang menetes dari dahinya. Iris kuning keemasannya kontras dengan kulitnya yang cokelat keemasan.

Untuk sesaat, Amaryllis benar-benar terdistraksi akan visual Kairius. Itu adalah kesalahan pertamanya. Kedua, dia melupakan fakta bahwa saat ini Cressida sungguh ingin mengakhirinya. Saat senjata Cressida mendekat kepadanya, sudah terlambat bagi Amaryllis untuk menghindar. Tubuhnya terpelanting cukup keras, kemudian tertahan oleh sesuatu. Kairius menggunakan dada bidangnya untuk menahan agar gadis itu tidak terlempar lebih jauh lagi.

Amaryllis mengerang kesakitan seraya memegangi lengannya yang sudah serupa babi asap. Setruman listrik masih terasa menjalar di bagian permukaan kulitnya. Dia baru menyadari bahwa bukan bambu-bambu itulah yang seharusnya ia takuti, melainkan aliran mana yang menjadi penghubung antar bambu.

"Bersembunyilah di mana saja. Asal perempuan itu tidak bisa menemukanmu."

"Apa?"

Kairius mencela, "Apa kau tidak sadar kalau saat ini kau hanya menjadi beban saja?"

Amaryllis hendak meluapkan kekesalannya, namun dibungkam terlebih dahulu dengan nada sarkas Kairius. "Jika kau tidak ingin kuanggap seperti itu, lakukan apa yang kau bisa, Nona Kecil."

Tubuh Amaryllis lalu terdorong hingga membentur pohon di belakangnya, sementara Kairius merangsek maju demi menghadapi kelincahan senjata Cressida. Pria itu hanya bermodalkan tangan kosong, tetapi dia lebih andal menghindari segala serangan Cressida dibandingkan Amaryllis. Melihat fakta tersebut, inferioritas dalam diri Amaryllis kian melampaui batas. Ada rasa sangsi juga di sana. Saat ini tidak ada yang bisa dilakukan Amaryllis selain melihat kekacauan di hadapannya bagai kilat-kilat petir.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now