- PART 28 -

128 19 3
                                    

WARNING!! [17+]

PART INI MENGANDUNG ADEGAN YANG MUNGKIN MENGGANGGU BAGI SEBAGIAN PEMBACA.

PART INI MENGANDUNG ADEGAN YANG MUNGKIN MENGGANGGU BAGI SEBAGIAN PEMBACA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ternyata kau masih hidup."

Kedua mata Amaryllis yang semula terpejam, langsung terbuka lebar kala mendengar suara menyebalkan itu kesekian kalinya. Hingga saat ini Amaryllis masih belum bisa memaafkan Kairius yang sudah membuatnya terjebak di Dunia Bawah. Entah sudah berapa lama dia hidup tanpa tujuan di Dunia Bawah bersama bawahan Hades. Namun rambut merahnya yang telah memanjang hingga mencapai pertengahan punggung menjadi tanda bahwa dia sudah menghabiskan hidupnya bertahun-tahun di sini.

Amaryllis telah berulangkali mencoba mencari jalan keluar dari sini. Mengelilingi daerah di sekitar Istana Hades, membuntuti Kairius ke mana pun dia pergi, menghasut Thanatos atau Hypnos, bahkan berusaha menyeberangi Sungai Styx. Sampai pada puncaknya, Amaryllis nekat menyelinap ke perpustakaan Hades untuk mencari denah Dunia Bawah dan malah berakhir bertemu dengan Dewa Hades sungguhan. Pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata, hanya menghela tangannya hingga membuat Amaryllis terjerembap di ladang bunga layu. Tidak ada lagi pertemuan kedua. Maupun pertemuan ketiga.

Amaryllis tertawa, alih-alih mendengus kesal. "Kau berharap aku mati membusuk di sini?"

"Kau sungguh tau niat baikku, Manusia." Kairius mengangkat keranjang anyaman bambu di tangannya. "Aku selalu mencegahmu memakan buah itu."

Amaryllis tidak banyak berkomentar ketika Kairius selalu mengajaknya makan bersama. Bisa dibilang kalau sekarang dia mulai ketergantungan akan keberadaan Kairius di Dunia Bawah.

Amaryllis berjalan beriringan dengan Kairius yang memamerkan senyuman tanpa cela. Dan Amaryllis tidak pernah terbiasa dengan senyuman itu. Mengingat bahwa dulu pria itu pernah memandangnya sebelah mata dan hanya menganggapnya sebagai mainan yang sayang untuk dibuang.

"Apa ada hal baik di luar sana?" tanya Amaryllis.

"Tidak ada yang lebih baik ketimbang berada di sini bersamamu."

"Kau pasti bercanda."

"Aku tidak pernah bercanda jika itu tentang dirimu, Amaryllis."

Sisi romantis Kairius memang tidak pernah membuat Amaryllis tenang. Meski pada awalnya, jantung gadis itu mendadak berdegup kencang bagai genderang perang dan wajahnya semerah bunga plum. Bahkan dia berkhayal bahwa pria itu sudah tergila-gila kepadanya. Namun Amaryllis tidak ingin harapannya melayang semakin jauh. Tindakan pria itu dapat berubah dalam hitungan detik. Kairius bisa mengecup sekaligus mencekik lehernya semudah meremas kapas.

"Hades sudah mengizinkanku," ujar Kairius dengan tersenyum miring kepada Thanatos. "Lagipula ini bukan pertama kalinya kami makan bersama di sini."

"Kau bisa bergabung kalau mau," celetuk Amaryllis. Thanatos tidak menolak ataupun menerima tawaran Amaryllis, sama seperti hari-hari sebelumnya. Dia langsung melengos pergi dari latar paviliun.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now