- PART 08 -

1K 171 14
                                    

Hai hai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai hai... Aku kembali setelah hibernasi berbulan-bulan lamanya.
Sebelumnya, kalian bisa skip note unfaedah ini.

Di sini aku mau ngucapin terima kasih banyak untuk WattysID yang sudah menobatkan diriku menjadi salah satu pemenang dari wattys 2019. Dan juga kuucapkan terima kasih untuk para pembacaku tersayang yang sudah mengapresiasi karyaku selama ini.

Udah itu aja.
Selamat membaca~

Amaryllis tidak ingat kapan tepatnya ia merasakan kehangatan dan kelembutan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amaryllis tidak ingat kapan tepatnya ia merasakan kehangatan dan kelembutan ini. yang ia ingat hanyalah saat itu rambut merahnya masih sepanjang pinggul. Tangan-tangannya tidak lebih besar dari buah apel dan wanita bermata safir itu masih selalu menantinya di bawah pohon dedalu.

Di bawah naungan pohon dedalu, wanita itu mendekap Amaryllis dalam pangkuannya sembari menyanyikan senandung yang menenangkan. Setiap nadanya bermakna kerinduan, keputusasaan dan kehilangan. Setiap sapuan tangannya pada pucuk kepala Amaryllis, mengirimkan kehangatan di setiap inci tubuh Amaryllis.

"Greta."

Panggilan itu seakan menarik paksa Amaryllis dari ingatan lamanya. Suasana hangat yang ia rasakan tadi telah lenyap dan tergantikan oleh hawa dingin menusuk. Amaryllis merasakan tubuhnya seperti hendak diperas bagai parutan kelapa. Kala ia melihat ke bawah, ekspresi terkejut tidak mampu ia tutupi.

Benda lunak yang dibalut dengan sisik ular tengah melilit bagian bawah tubuhnya. Amaryllis mengamati benda itu hingga ke sumber utamanya. Lagi-lagi ia terkejut, namun kali ini dia sampai menjatuhkan rahangnya.

Seorang wanita berambut merah muda tengah membelakanginya. Masih tidak percaya dengan penglihatannya, Amaryllis mengucek kedua matanya.

Itu bukan seorang wanita biasa. Bagian bawah tubuhnya seperti tubuh ular, sementara bagian perut sampai wajahnya terlihat seperti bentuk manusia.

Wanita itu tiba-tiba berbalik menghadap ke Amaryllis. Ia semakin merapatkan jarak di antara mereka, lalu menatap lekat-lekat Amaryllis yang masih terperangah. Bibirnya tersenyum simpul kala membelai pipi mulus Amaryllis. Bukannya malah merasa senang dengan sentuhan itu, Amaryllis malah bergidik. Sekujur badannya kaku. Lidahnya kelu mengucap.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now