- PART 02 B -

1.6K 243 11
                                    

WARNING!!

PART INI MENGANDUNG KEKERASAN DAN ADEGAN YANG MUNGKIN MENGGANGGU BAGI SEBAGIAN PEMBACA.

Keterkejutan di raut wajah Amaryllis perlahan memudar, tergantikan oleh senyuman lebar penuh makna

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Keterkejutan di raut wajah Amaryllis perlahan memudar, tergantikan oleh senyuman lebar penuh makna. Bukannya gemetar ketakutan, gadis itu kini malah bersenandung ria sembari mengedarkan pandangan ke seisi kamar.

Ia lalu mengambil selimut, kandil besi bercabang tiga, sapu, vas bunga, dan pisau dapur di samping keranjang buah. Kandil dan vas bunga dia masukkan ke dalam tas selempang, pisau dapur ke dalam saku celana, selimut melingkar pada belakang leher, dan sapu tergenggam di tangan kanan. Amaryllis telah siap ke medan peperangan.

Gadis bermanik biru itu menuntun kakinya menuruni tangga satu per satu dengan perlahan, tetapi keberadaanya berhasil terendus oleh sosok bertudung legam. Sosok itu langsung menarik pedang dari sarungnya dan mendekati Amaryllis yang baru saja menginjakkan kaki di undakan tangga terakhir.

Beruntung Amaryllis menoleh ke samping dan tangannya refleks mengayunkan sapu ke leher sosok itu. Sayangnya, bilah pedang lebih tajam ketimbang gagang sapu yang terbuat dari kayu. Sapu terpotong melintang menjadi dua bagian kala sosok itu mengibaskan pedangnya. Tak habis akal, di saat pandangan sosok itu terfokus pada sapu, Amaryllis melemparkan selimut ke atas tubuh sosok yang setengah meter lebih tinggi darinya. Selimut berhasil mendarat tepat pada target dan menutupi sebagian tubuh atasnya.

Amaryllis mengambil ancang-ancang setelah menaiki beberapa undakan tangga untuk menyamai tingginya dengan target. Ia dengan sigap mengambil kandil di dalam tas dan menghantamkan kandil itu tepat di bagian indera penglihatan si target.

Sosok itu berteriak keras. Ia bergerak mundur dan meronta-ronta di balik selimut, mengibaskan pedangnya ke sembarang arah sehingga Amaryllis urung menancapkan pisau dapur ke kepala sosok itu. Amaryllis memilih menaiki pegangan tangga, berencana terjun dari sana. Tubuhnya menapak lantai bawah dengan mulus tanpa lecet.

Memanfaatkan kesibukan sosok itu akan selimut dan rasa perih, Amaryllis menuju ke belakang konter bar. Belum sampai di sana, sebuah pedang tiba-tiba terhempas vertikal di samping tubuhnya dan sukses menggores bagian atas bahu kanannya. Secepat mungkin Amaryllis mengayunkan kandil dengan kuat di bawah pedang untuk mengurangi cedera di bahunya. Kandil terbelah menjadi beberapa bagian sesaat mengenai tekanan bilah pedang.

Cairan merah pekat memuncrat dari bahu kanan Amaryllis. Ia mengerang kesakitan. Meskipun begitu, Amaryllis tetap berlari menuju ke rak-rak gelas dan botol alkohol. Sesampainya di sana, ia memindahkan pisau dapur ke tangan kanan sedangkan tangan kirinya melempar gelas bir dan botol alkohol secara beruntun ke arah sosok yang —tiba-tiba menyembul dari dalam dapur—berhasil melukainya. Sosok itu menghindarinya tanpa pergerakan berarti.

Sementara itu, sosok satunya lagi telah berhasil menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan kini berjalan mendekati Amaryllis, siap menerkam mangsanya. Tanpa berpikir panjang, Amaryllis melemparkan tasnya yang berisi vas bunga ke arah sosok di depan konter bar sebelum sosok itu mengayunkan pedang ke arahnya.

Perlawanannya sia-sia, bahkan senjata cadangannya —botol dan gelas bir— telah raib. Hanya tersisa sebagian di ujung rak, tepat di samping sosok itu berdiri. Dengan terpaksa, Amaryllis mengangkat pisau di tangan kanannya, berniat melancarkan senjata pamungkas terakhir. Namun, aliran darah yang menetes dari genggaman telapak tangannya membuat senyum Amaryllis lenyap tak berbekas. Kedua manik birunya menggelap. Kebenciannya terhadap warna merah berlanjut.

Entah apa yang merasuki tubuhnya, Amaryllis malah bergerak maju, mendekati sosok yang telah melukainya. Langkah kakinya kukuh. Ia tidak memedulikan musuhnya yang telah siap menghempaskan kepalanya kapanpun yang ia mau. Tinggal selangkah lagi Amaryllis masuk dalam jangkauan serang sosok itu.

Zrasshh

Cairan merah segar memancar di mana-mana, menciptakan noda pada dinding-dinding kayu. Sesuatu terlihat menggelinding di atas lantai diikuti dengan bercak kemerahan.

 Sesuatu terlihat menggelinding di atas lantai diikuti dengan bercak kemerahan

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
To Kill Wild RosesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz