- PART 23 -

379 62 4
                                    

Amaryllis menyadari bahwa untuk bertahan hidup di dunia luar yang tidak pernah dijamahnya, dia harus beradaptasi dengan cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amaryllis menyadari bahwa untuk bertahan hidup di dunia luar yang tidak pernah dijamahnya, dia harus beradaptasi dengan cepat. Lebih cepat dari sabetan senjata musuh-musuhnya saat ini. Lebih cepat untuk melarikan diri dari kejaran kematian. Meskipun petaka selalu mendatanginya selama dia memutuskan untuk pergi ke dunia luar, Amaryllis takkan pernah merasa menyesal lagi. Dia pasti akan kembali ke Crimson Oak dengan membawa serta kehormatan dalam pundaknya.

Seharusnya semua berjalan selancar lidahnya melontarkan kebanggaan akan lenyapnya rasa penyesalan itu. Namun begitu ledakan itu berakhir, Amaryllis malah terpisah dengan kelompoknya dan kini mulai menyesal karena tidak bisa bersama dengan Gattas.

Setengah jam yang lalu, Linux masih berada di belakangnya, berjalan tertatih sembari mengumpat kesal. Dengan tubuh yang serapuh ranting pohon, pola bicara Linux memanglah kontras. Namun bagi Amaryllis, itu lebih baik daripada kalimat persuasif Tao yang terdengar menyebalkan. Dan sekarang umpatan itu tidak terdengar lagi. Linux menghilang tanpa sepengetahuannya.

Sendirian di tengah medan pertempuran yang jelas-jelas tidak dikenalinya, membuat kepercayaan diri Amaryllis mulai merosot. Rasa cemas mengalir dalam tiap nadinya, sementara kepalanya telah dipenuhi berbagai pemikiran negatif. Persendiannya menjadi kaku dan lebih sulit digerakkan. Dia hanya bisa menyenderkan punggungnya di bebatuan yang dibalut oleh lumut sembari bergelut dengan suasana hatinya.

Situasi ini hampir sama ketika dia terjebak di dalam Hutan Turgan. Setidaknya Amaryllis hanya berharap jika hutan kali ini tidak membingungkannya dengan berpindah tempat setiap saat. Mendadak Amaryllis tersentak dari lamunan. "Bagaimana aku bisa melewati Hutan Turgan waktu itu?" lirihnya.

Bila Amaryllis mengintip kembali ke memorinya sewaktu berada di Hutan Turgan, hal yang paling diingatnya adalah saat seorang wanita muncul dari dalam pepohonan. Permukaan kulitnya sekasar kulit kayu, namun di saat-saat tertentu, berubah menjadi selembut kain sutera. Sebelum mereka bermunculan satu per satu, Amaryllis menyenandungkan lagu pengantar tidur milik Lamia. Selayaknya cenayang, para wanita itu menuntun Amaryllis menuju Air Terjun Balsea untuk mendapatkan bunga pohon kasia, hingga membuat Amaryllis menjadi salah satu orang yang selamat dari kematian setelah memasuki Hutan Turgan.

Amaryllis berdeham, membasahi tenggorokannya. Dia akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama, melantunkan lagu pengantar tidur Lamia, berharap mendapatkan sebuah keajaiban. Di penghujung lagu, pepohonan di sana masih terlihat normal. Tidak ada yang keluar dari dalam lapisan batangnya ataupun dedaunan yang mendesau. Sekali lagi dia melantunkan sebuah rangkaian nada. Kali ini sedikit berbeda. Amaryllis memilih lagu pengantar tidur yang biasanya disenandungkan oleh wanita bermanik safir di bawah naungan pohon dedalu itu.

"Greta?"

Amaryllis seketika bungkam dan berdiri dari keterpurukannya. Dia tidak pernah sebahagia ini saat bertemu dengan seseorang. Semula dia mengira bahwa seseorang yang menghampirinya adalah Gattas, tetapi dengan situasi yang tidak menguntungkan seperti saat ini, Amaryllis tetap menerima siapapun yang datang kepadanya. Selama dia bukanlah musuh, lawan, atau seseorang yang amat membencinya.

To Kill Wild RosesWhere stories live. Discover now