1. Ayuna

9.4K 492 43
                                    

"Jadilah bunga yang memberi keharuman, bahkan kepada tangan yang menghancurkannya...."
(Ali bin Abi Thalib)

***

Bentangan langit pagi terasa lebih gelap dari biasanya, kelabu, dan bergemuruh riuh rendah meski tak nampak satupun butiran hujan sudi menjatuhkan diri untuk membasahi bumi. Hanya sebuah suasana mendung yang curang merusak indahnya pagi yang cerah. Persis seperti kata pepatah klasik, "Mendung tak berarti hujan."

Di sebuah komplek perumahan yang diramaikan oleh deretan bangunan rumah kokoh siap huni nan indah dengan ukuran tipe 90/180 bernuansa minimalis dan memiliki kesamaan satu sama lain dalam segi gaya arsitektur bangunan serta mencerminkan penghuninya merupakan kalangan lapisan masyarakat berstatus sosial ekonomi kelas menengah keatas, senantiasa terlihat tenang dan damai meskipun sesungguhnya hiruk pikuk kesibukan setiap penghuninya di pagi hari telah berkontribusi sebagai tontonan drama kehidupan manusia bumi untuk para penghuni langit.

Di salah satu rumah yang terletak di sudut jalan, berpagar hitam sebagai batas sisi depan rumah, dan terdapat mobil kapsul berwarna hitam legam senada terparkir sempurna di halamannya, kini sedang memperlihatkan sosok seorang perempuan muda bertubuh langsing yang dibalut rok daster rumahan selutut berwarna ungu lembut dengan corak bunga-bunga kecil putih. Perempuan itu tengah sibuk membuka pagar setinggi tubuhnya dengan kedua tangan mungil miliknya.

Raut wajah perempuan itu terlihat berusaha keras menyembunyikan gemuruh hatinya sendiri akibat suasana kelam yang baru saja terjadi di dalam rumahnya selayaknya suasana pagi saat itu. "Tenang, tenanglah Ayuna." gumamnya pada diri sendiri sembari menatap langit yang seolah mencerminkan suasana hatinya sesaat sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam rumahnya.

Pagi itu Ayuna sedikit ceroboh, Ia terlupa kemeja kerja suaminya yang masih tersorok bersama onggokkan pakaian kusut di dalam keranjang di kamar belakang. Beruntung masih ada waktu untuk Ayuna menyetrikanya meski ia harus terserang panik dan terburu-buru ketika melakukannya.

Ayuna harus memastikan ketika suaminya keluar dari kamar mandi kemudian bersiap untuk berpakaian, kemeja yang terlupakan itu sudah tergantung rapi di dinding kamar. Keberuntungan memang seringkali berpihak pada Ayuna, hanya saja kali ini perempuan yang selalu mengikat rambut hitam lurus panjang miliknya seperti ekor kuda itu sedikit naas. Meski kemeja telah tergantung rapi tepat waktu, Ayuna tak lolos dari amarah suaminya, Irwan.

"Lain kali nggak usah aja disetrika, biar sekalian suamimu ngantor pake baju kusut. Palingan kamu juga yang malu," ucap Irwan ketus sembari berdiri di depan cermin seukuran tubuhnya yang melekat pada pintu lemari baju di dalam kamar tidur milik mereka.

Ayuna hanya berdiri mematung di samping suaminya sambil menggenggam dasi simpul berwarna merah dan menunggu suaminya meminta dipasangkan dasi tersebut melingkari lehernya.

"Makanya kalau malam itu diperiksa dulu sebelum tidur, sudah siap atau belum semuanya." gerutu Irwan sambil menegakkan kerah kemeja putihnya, menghadapkan tubuh altletisnya ke arah Ayuna, kemudian menengadahkan kepalanya sebagai tanda mempersilahkan Ayuna untuk memasangkan dasi.

Ayuna memasangkan dasi dengan hati-hati dan memastikan simpul dasi terpasang rapi membentuk segitiga lancip yang presisi. Irwan akan sangat teliti dalam memperhatikan hasil akhir dari cara Ayuna memasangkan dasi. Seorang perfeksionis yang tidak main-main sekalipun untuk hal remeh dan detil kecil apalagi jika menyangkut penampilan yang merupakan penunjang utama kepercayaan dirinya.

"Sudah, Mas." ucap Ayuna lirih tanpa menatap wajah gusar suaminya. Ayuna terlalu takut jika kedua matanya harus bersirobok dengan sepasang mata tajam milik Irwan yang memiliki sorot pandang layaknya mata elang terutama ketika suasana sedang tidak menyenangkan seperti saat ini.

DESIRANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora