[38]

278 19 18
                                    

Pelukan itu masih terasa nyaman. Diantara keduanya bahkan tidak ingin melepasnya, suasana sekeliling menjadi hening hanya ada suara jam dinding yang berdenting seakan menjadi saksi bisu kerinduan mereka tercurahkam di ruangan yang sepi dan tidak ada siapapun lagi kecuali mereka berdua.

"Lepaskan, Pak!"

Alona berusaha keluar dari pelukan yang diberikan Jefin untuknya, tetapi lelaki itu sepertinya tidak ingin lagi melepaskan sang pujaan hati.

"Tolong, bertahan sebentar saja seperti ini."

"Kita, tidak bisa seperti ini."

"Kenapa?"

Alona terdiam, pemberontakan ringannya pun juga tak terlihat lagi setelah Jefin menanyakan alasan kenapa mereka berdua tidak bisa bertahan ataupun kembali bersama.

"Kita dipertemukan bukan untuk saling mencintai. Kamu dan aku tidak lebih dari seorang at--"

Belum selesai bicara Jefin membalikkan tubuh Alona menghadapnya dan sesegera mungkin dipeluknya gadis itu begitu erat hingga Alona bisa merasakan betapa berdegup kencangnya jantung Jefin saat ini.

"Aku mohon, beri aku kesempatan untuk terus berjuang. Aku tidak ingin apa yang sudah terjadi di masa lalu akan terulang kembali, aku akan jelaskan semuanya kepadamu. Percayalah." Ucap Jefin meyakinkan.

Sedang Alona hanya terdiam di pelukannya sambil berfikir keras. Ia pun juga tak membalas pelukan itu sama sekali, apa Jefin harus berjuang sendirian sekarang?

"Percayalah kepadaku, dan ayo kita berjuang sama-sama untuk kebahagiaan kita sendiri. Ini bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita sendiri, Alona. Please, come back to me."

Alona melepaskan pelukan itu dengan paksa dan menatap nanar Jefin yang ada di depannya dengan jelas.

"Kebahagiaan kita sendiri? Kamu egois Jefin, kamu bahkan tega mengorbankan perasaan orang lain demi perempuan yang baru saja kamu kenal!"

"Bukan, bukan seperti itu maksudku."

"Apalagi? Kamu mau menambah beban masalah lagi untukku? Atau kamu hanya mau semua orang termasuk keluargamu akan menyalahkan aku karena gara-gara aku kamu tidak akan memilih Zamora. Iya?!"

Alona menambahkan oktaf suaranya, hingga ia tidak bisa membendung air matanya lagi. Ahh, dia memang gadis lemah tidak bisa kah sedikit saja dia tidak menangis di hadapannya sekarang?

"ALONA, PLEASE!" Bentak Jefin dengan tiba-tiba membuat Alona memejamkan mata akibat terkejut.

"Dengar baik-baik Alona. Aku hanya cinta sama kamu, dan sampai kapanpun aku akan memperjuangkan semuanya, it's okay aku tidak akan masalah jika harus aku yang berjuang sendirian untuk mempertahankan hubungan kita."

Terdengar hembusan nafas kasar dari Jefin. Ia membabi buta kesana kemari sambil memijit keningnya yang terasa mulai berdenyut tak karuan.

"Maaf, aku sudah membentakmu. Tapi, aku tidak bisa berdiam diri lagi. Alona sungguh aku--"

Brukkk..

Alona memeluk Jefin begitu dalam hingga ia sudah menumpahkan segala tangisnya disana. Air matanya terus mengalir bahkan sudah terdengar isakan menyedihkan dari nya. Pendengaran Jefin yang masih normal pun bisa mendengar itu, dan ia kini merasa bersalah karena sudah salah membentak gadis yang dicintainya hingga syok dan menangis seperti itu. Dia memang laki-laki yang tidak bisa memberikan gadisnya satu hari untuk tersenyum. Yang dia berikan hanya air mata seperti ini.

"Maaf, maafkan aku Alona. Jangan menangis, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku hanya ingin kamu tau kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu." Jefin memeluknya erat, mengusap pucuk kepala Alona agar gadis itu tenang.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Jul 31, 2020 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

KU INGIN MENCINTAIMUUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum