[32]

229 30 4
                                    

Satu keluarga dengan dua orang anak perempuan sedang asik menikmati makan pagi bersama. Mereka saling bercegkrama dengan seru, namun salah satu dari anak gadis itu tidak ikut menimbrung hanya sesekali tersenyum sambilmemakan roti paginya.

“Ma Pa, cepetin dong tanggal pernikahan aku sama Jefin.” Ucap salah satu dari mereka berempat. Aktivitas ibu dua anak itu terhenti.

“Tunangan aja belum udah buru-buru mau nikah aja sih sayang?” tanya Mama nya.

“Ya, biar Jefin nggak ada yang deketin Ma. Soalnya ya dia itu sekarang lagi ada yang deketin Ma. Ihh jadi kesel deh aku.” Kesal Mora sambil meremas roti tawarnya.

“Kamu serius?” tanya Mamanya tak percaya.

“Iya, Ma. Dan ceweknya itu kecentilan banget, dia selalu aja kejar-kejar si Jefin padahal dia tau kalo Jefin itu udah dijodohin sama aku, eh cewek itu tetep aja nggak mau ngejauhin Jefin.”

“Kalo kayak gitu, kita cepetin aja Pa perjodohan mereka berdua. Mama takutnya entar malah batal, kamu ngomong deh sama Mas Tan supaya dicepetin." Usul Mama nya pada sang suami.

“Iya, nanti biar aku obrolin sama Tanubrata.”

“Kak, kenapa harus buru-buru gitu sih?” tanya Sinta sang adik.

“Kenapa? Lo nggak suka liat gue bahagia? Lo iri sama gue karena Papa sama Mama lebih perhatiin gue daripada lo?” Ucap Mora dengan nada judes.

“Bener kamu iri sama kakak kamu, Sin?”

Sekarang gantian Mamanya yang bertanya.
Sinta hanya memutar kedua bola matanya malas, perbincangan mereka sungguh membuat mood nya menurun pagi ini. Diletakkannya roti yang masih setengah ke atas piring dan ia segera meminum susunya hingga tandas.

“Aku berangkat. Udah nggak nafsu.” Pamit Sinta memakai tas ranselnya dan berlalu pergi begitu aja.

“Tuh liat kan, Ma. Dia itu emang iri sama aku selama ini.”  Keluh Mora dengan wajah cemberut.

“Ihhh, anak mama kok cemberut gitu. Jelek tau, udah biarin aja adik kamu kayak gitu.”

“Sebenernya aku ini anak mereka berdua atau bukan sih?” tanya Sinta pada dirinya sendiri yang terlihat kesal pada kedua orang tuanya yang lebih menyayangi kakaknya daripada dengan dirinya.

Langkahnya ia percepat keluar dari rumah besar itu karena sudah tak tahan mendengar obrolan keluarganya yang sama sekali tidak penting untuknya. Itu bukan membicarakan tentang dia jadi untuk apa ia ikut menimbrung daripada seperti tadi dia selalu salah di mata kedua orang tuanya.

•••

Matahari belum muncul dengan sempurna, dan gadis di dalam mobil ini juga masih saja terlelap karena sangat mengantuk. Perjalanan yang panjang telah ia lewati dengan tidur, tak lama kedua matanya mengerjap pelan. Ia baru sadar jika dia sudah sampai di suatu tempat yang ditumbuhi banyak bunga dan juga tanaman lain. Ditengoknya ke arah pengemudi tidak ada pemuda itu, pemuda yang membawa nya ke tempat ini.

Veneza pun mengerjap-ngerjap, sedikit menguap dan ia memilih turun dari mobil milik Sean. Dihirupnya udara yang masih sangat segar pagi ini. Matanya terus celingak-celinguk mencari sosok Sean yang sedari tadi tidak ada disampingnya.

“Kemana perginya Sean?” tanya nya pada dirinya sendiri.

“Lo udah bangun?” tanya Sean yang tiba-tiba muncul.

“Ini ada dimana?” tanya Veneza yang baru melihat tempat itu untuk pertama kali.

“Ikut gue.”

KU INGIN MENCINTAIMUWhere stories live. Discover now