[18]

399 37 7
                                    

"Alan!"
Suara panggilan itu mampu membuat Alan menoleh dan melegakan hati Aille.

Seseorang berjalan mendekat ke arah mereka berdua dan berdiri tepat disamping Alan.

"Kenapa?" tanya Alan pada temannya itu.

"Lo di panggil tuh sama Pak Fadil. Katanya mau ngomongin masalah seminar." jawab pemuda berambut keriting dan berkacamata.

"Oke gue akan kesana, thanks ya."

Setelah nya pemuda itu berlalu pergi dan kembali menyisakan dua orang yang tadinya bersitegang. Aille berdiri dari duduknya tanpa sepatah kata ia berlalu pergi, masih beberapa jangkah ia melangkah Alan kembali mencekal pergelangan tangannya.

"Lepasin Alan." Suruh Aille yang merasa tidak nyaman dengan sikap Alan.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

Aille menatap mata elang milik Alan yang menyimpan banyak pertanyaan disana. Peri salju itu tak habis pikir kenapa Alan masih saja mempertanyakan asal asul nya, dan yang paling membuatnya kecewa adalah sikap Alan yang memaksanya menjawab.

'Plak'

Satu tamparan melayang di pipi Alan, pemuda itu memegangi pipi nya yang terasa perih karena tamparan yang cukup keras itu.

"Alan maaf, tapi kamu udah keterlaluan. Kenapa kamu masih aja maksa aku buat jawab, aku kan udah bilang sama kamu jawabanya apa. Kenapa masih maksa aku? Aku kecewa sama kamu." Ucap Aille menangis dan secepatnya pergi meninggalkan Alan yang masih mematung di tempatnya.

"Aille tunggu!" teriak Alan mengejar Aille dan berhasil berdiri di depan Aille yang masih menangis dan tanpa menatapnya.

"Ai, gue minta maaf. Gue penasaraan dan gue cuma mau buktiin bener atau nggak dengan apa yang pernah gue lihat dan yang ada di otak gue. Maafin gue kalo tadi gue maksa lo, Ai. Please maafin gue ya." Alan berusaha meminta maaf pada Aille walaupun mungkin gadis itu tak akan melihatnya.

"Apa yang pernah kamu lihat? Apa yang kamu ketahui tentang aku?" tanya Aille berusaha menatap Alan dengan mata yang basah.

"Sebenernya gue.. Gue waktu itu pernah lihat lo terbang. Tapi gue nggak yakin kalo itu lo."

Mata Aille membulat, jantungnya berdegup tak karuan seperti petir yang menyambar dia tidak bisa berkata-kata. Ini benar-benar sangat membuatnya takut, takut jika identitasnya akan terbongkar oleh Alan. Dan bukan hanya dia yang akan tersakiti tapi juga ketiga saudaranya. Aille menggelengkan kepalanya kuat sambil menatap Alan dengan mata berkaca.

"Kamu udah ngaco Alan, mana mungkin aku bisa terbang. Aku nggak tau ya kamu itu ngomong apa." Ucap Aille sedikit gemetar.

"Aku juga pernah--"

"Cukup Alan, lebih baik kita nggak usah ketemu dulu."

Aille berlari meninggalkan Alan untuk yang kesekian kali dan yang Alan lakukan hanyalah melihat kepergian Aille yang semakin lama semakin menjauh.
Pemuda itu membuang nafasnya kasar dan menggeram kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya, biasanya dia akan memberikan Aille lelucon tapi kenapa hari ini dia menjadi pemaksa dan itu berakhir dengan dia harus menjauh dari Aille untuk beberapa saat.

•••

Satu demi satu pakaian untuk pemotretan sudah di pakai Veneza, dari yang casual hingga dari yang mewah. Beberapa menit saat pemotretan berlangsung seseorang datang dari arah pintu masuk dan berjalan ke dalam ruangan pemotretan saat Veneza melakukan gaya nya.

 Beberapa menit saat pemotretan berlangsung seseorang datang dari arah pintu masuk dan berjalan ke dalam ruangan pemotretan saat Veneza melakukan gaya nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KU INGIN MENCINTAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang