vingt-huit

64 18 0
                                    

Syarlav POV

Setelah film yg gua tonton bersama Raka usai ditayangkan di bioskop, gua dan Raka beranjak  keluar dari teater. Dari kejauhan gua seperti melihat sosok Alka.
"Ah tidak mungkin, pasti salah lihat" batin gua.

Saat sudah agak dekat, ternyata benar dia adalah Alka.
"Gua ga salah lihat kan?" Batin gua.
Dia tidak datang ke sini seorang diri, dia dengan teman-temannya yg tak gua ketahui. Alka juga melihat ke arah gua, gua pun mengalihkan pandangan.

"Kenapa dia bisa ke sini? Kenapa harus bertemu di sini dan di saat seperti ini? Di saat yg tidak tepat," batin gua.
Gua pun berpas-pasan dengannya.
"Semoga dia tidak memberhentikan gua," batin gua.

Namun gua lupa, gua sedang berjalan dengan si otak dangkal, Raka. Dengan kedangkalan otaknya, dia memberhentikan langkah Alka dan gua pun ikut terhenti karena kaget Raka melakukan hal bodoh.

"Lu Alka kan? Lama ga ketemu ya," ujar Raka.
"Duh bodoh sekali dia," batin gua kesal. "Kalian? Ga nyangka bisa ketemu di sini. Ngapain kalian ada di sini?" Tanyanya dengan raut wajah datar yg selalu sulit untuk ditebak.

"Kita lagi pacaran, barusan selesai nonton" ujar Raka yg sontak membuat gua kaget dan menatapnya tajam.
"Oh semoga langgeng ya hubungannya," ujar Alka.

"Pasti dong, gua dan Alav kan bener-bener serasi" ujar Raka dengan wajah menyebalkan.
"Gua sibuk," ujar Alka langsung meninggalkan Kami berdua.

Sambil berjalan gua menoleh ke belakang untuk memperhatikan Alka, karena pertemuan ini sangat singkat gua masih rindu dengannya.

Setelah keberadaan Alka sudah tak terlihat, gua pun menanyakan kepada Raka.
"Raka kenapa lu bisa ngomong kaya gitu? Omong kosong"
"Mau buat Alka nyesel lah, udah ngebuat lu sampe ga bisa move on" ujar Raka dengan wajah yg super membuat gua kesal.
"Tapi kan caranya ga begitu juga," ujar gua.
"Terusnya gimana?" Tanya Raka, gua hanya diam.
Tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut, karena gua pun tak tahu jawabannya.

Syarlav POV end

Alkanda POV

Gua ga pernah menyangka. Sudah hampir 3 bulan tidak bertemu dengannya, lalu bertemu lagi di sini, di Jakarta. Pertemuan yg hanya singkat sekali seperti kilat.

"Lav lu pindah ke Jakarta? Sejak kapan? Kenapa lu ga ngasih tau gua? Selama ini ga selalu nungguin lu di depan rumah lu yg ternyata rumah tersebut sudah tak berpernghuni. Gua rindu lu Lav," batin gua tanpa berani menanyakannya langsung yg membuat gua semakin tersiksa.

Lebih mengejutkannya lagi Alav berpacaran dengan Raka? Sejak kapan? Padahal 3 bulan tak bertemu Alav. Dia berpindah hati secepat itu?

Sudahlah Alkanda sejak kapan Alav memiliki hati buat lu? Ga usah berpikiran yg mustahil.

Alkanda POV end

*****

Raka POV

Saat malam, gua pun mencoba untuk memejamkan mata. Namun gua tak bisa, gua selalu mengingat kejadian hari ini. Kejadian yg begitu menyenangkan bagi gua.

Gua memejamkan mata sambil tersenyum. Gua pun kembali membuka mata dan membuka ponsel, lalu membuka galeri. Gua memandangi semua foto Alav yg gua abadikan.

Mulai dari saat dia tersenyum, tertawa, nangis, kesal, dan lain-lain. Bahakan gua merekam saat Alav sedang marah-marah. Gua hanya bisa tertawa. Gua pun kaget, saat Bunda tiba-tiba membuka pintu kamar.

"Kenapa ketawa-ketawa sendiri?" Tanya Bunda menyadarkan lamunan gua.
"Ng..ngga Bun, ngga kenapa-napa kok. Cuma nginget kejadian lucu aja," ujar gua terbata-bata.
"Oh pasti kejadian sama Alav, udah buruan tidur. Besok ga bisa bangun loh, ini udah jam setengah 4" kata Bunda langsung mematikan lampu kamar gua dan meninggalkan gua sendiri.

Saking bahagianya gua tidak sadar kalau ini jam setengah 4 dan gua belum bisa mememjamkan mata gua.

Raka POV end

*****

Syarlav POV

Seperti biasanya setiap pulang kerja Raka selalu menbuntuti gua. Saat sedang berjalan bersama tiba-tiba gua kebelet buang air kecil.

Saat melihat tempat yg masih buka saat tengah malam, gua pun langsung memasuki tempat tersebut sambil menarik tangan Raka.
"Raka lu tunggu di sini ya sebentar," ujar gua seperti teriak karena tempat ini sangat berisik.

Akhirnya lega. Setelah keluar kamar mandi, seketika gua tersadar bahwa gua dan Raka saat ini sedang berada di tempat diskotik. Cepat-cepat gua menarik tangan Raka.

"Maaf," ujar gua ke Raka.

Just About Me and Him [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang