achtzehn

118 28 4
                                    

Syarlav POV

GLEGAR
Cahaya dari Kilat dan suara petir terdengar yg mebuat gua terkejut dan ketakutan.
"AAAAA....." Teriak gua karena syok dan memundurkan langkah yg baru ingin berjalan untuk pulang.
Saat gua memundurkan langkah, tanpa gua sengaja terjatuh kepelukan Siswa SMA tersebut.

"Alav" sahutnya.
Ternyata siswa tersebut adalah Raka. Saat sadar gua pun membenarkan posisi berdiri gua.
"Kok lu bisa ada di sini?" Tanya gua keheranan.
"Gua baru pulang sekolah terus ujan jadi berteduh" penjelasannya.
"Lu sendiri kenapa?" Tanya Raka.

"Gua baru pulang kerja" jawab gua singkat dan tiba-tiba ada yg memanggil gua dari dalam mobil
"Syarlav".
Orang tesebut tidak lain adalah sahabat, sekaligus CEO di perusahaan tempat gua bekerja.

"Lu mau pulang kan? Nebeng aja sini bareng gua" ajak Willy.
"Makasih, ga usah nanti ngerepotin lagipula ujan udah agak reda kok. Terus juga baju saya basah pak nanti jok bapa bau" tolak gua secara halus.
"Ga ngerepotin kok, udah naik aja bakal gua anter sampe rumah" ujarnya dan gua pun terpaksa.
"Gua duluan ya Raka" pamit gua dan hanya dibalas senyuman kecil.

Saat di dalam mobil gua pun berbincang dengan Willy.
"Tadi itu siapa?" Tanya Willy.
"Sahabat dari kecil Pak" jawab gua sambil tersenyum.
"Ga usah formal-formal kalo lagi di luar urusan kantor. Lagian Kita kan udah kaya sahabat, kurang nyaman rasanya kalau begitu" pinta Willy.
"Ok maaf ya pak, eh Willy maksudnya" ujar gua sambil tertawa malu sekaligus canggung.

Saat sampai di depan rumah gua pun berterima kasih dan mengajak Willy untuk mampir tapi katanya sibuk karena banyak pekerjaan.

Hari esoknya pun sama seperti hari kemarin. Namun jam pulang gua lebih malam sekitar pukul 7. Gua sedang mencoba untuk menyebrang, jujur saja gua tidak bisa menyebrang apalagi di jalan besar yg banyak sekali kendaraan dari mulai motor hingga kendaraan besar seperti bus.

Saat pagi hari gua menyebrang dibantu oleh abang-abang yg suka ada di jalanan gitu, entahlah disebutnya apa. Saat ini gua pun mencoba memberanikan diri untuk menyebrang.

"Tiinn..tinn...tinnn....." klakson mobil dibunyikan saat gua mencoba menyebrang.
Akhirnya gua pun mundur karena takut, mata gua mulai berkaca-kaca.

Sebenarnya gua tipe orang yang sangat mudah terbawa suasana disegala kondisi maupun emosi, nahan emosi saja gua bisa keluar air mata jangankan nahan emosi nahan buang air kecil aja membuat mata gua berkaca-kaca. Ingat gua bukan cengeng ya, hanya saja mungkin terbilang baperan jika didefinisikan oleh kamus gaul.

Tiba-tiba ada yg menarik tangan gua.
"Raka?" Sapa gua dengan penuh keheranan.
Saat Raka melangkah satu langkah ke depan untuk menyebrang, Dia menoleh ke belakang. Gua tidak mengikutinya menyebrang, gua masih menatapnya keheranan.

Dia pun menarik tangan gua untuk menyebrang dengan gua yg masih terus menatapnya.
"Kenapa liatin terus? Gua tau gua cakep," ujarnya kePDan sambil menuntun gua nyebrang.

"Kenapa?" Tanya gua keheranan setelah menyebrang.
"Kenapa lu bisa ada di sini? Lu ngikutin gua ya?" Ujar gua melanjutkan pertanyaan.
"GR banget lu, gua mau pulang" jawabnya dengan nada santai, tanpa menanyakan balik kenapa gua bisa ada di sini.

Gua pernah ke rumah Raka saat gua kecil itu pun hanya sekali. Jadi gua tak ingat dimana rumahnya.
Akhirnya gua dan Raka pun berjalan tanpa saling berbicara. Akhirnya saat ingin berbelok pun gua membuka suara
"Gua mau belok, lu kemana?" Tamya gua memecahkan keheningan.
"Gua lurus" jawabnya singkat dan datar.

"Ya udah gua duluan, hati-hati" pamit gua sambil melambaikan tangan.

Syarlav POV end

Raka POV

Saat Alav sudah berbelok untuk pulang ke rumahnya, gua masih berdiam diri di tempat kami berpisah. Entah bisikan darimana yg membuat gua mengikuti Alav diam-diam, karena ingin mengetahui tempat tinggalnya saat ini.

"Oh itu rumahnya," batin gua.
Saat melihat dia sudah memasuki rumah pun gua berjalan pulang.

Raka POV end

2 hari berikutnya
Syarlav POV
Gua bertemu Raka di depan kantor.
"Alav" sapanya.
"Raka, kok lu bisa ada di sini?" Tanya gua sambil berjalan pulang.
"Gua baru pulang sekolah," jawabnya.
"Oh sekolah lu sekitar sini ya?"
"Pas di belakang kantor lu," jawabnya. Gua pun hanya diam, karena bingung ingin merespon apa.

Saat ingin menyebrang,
"Raka tungguin gua," sambil berlari ke arahnya karena langkahnya sangat lebar dan Dia pun menggenggam tangan gua.
Gua tidak marah sama sekali, karena hanya untuk menyebrang lagipula gua tidak bisa menyebrang.

Syarlav POV end

Raka POV

"Besok sampai seterusnya kita pulang bareng aja, gua tau lu ga bisa nyebrang. Biar ada yg bantuin lu nyebrang" ujar gua sebenarnya sekalian ingin mencari kesempatan bersama Alav.
"Ok terserah aja," jawabnya singkat.

"Gua mau mampir ke rumah lu" tiba-tiba saja mulut gua lepas kendali tanpa terkontrol.
"Ga boleh gua tinggal sendiri, gua ga mau berduaan sama cowo di rumah" ujarnya.

"Kata lu yg namanya sahabat itu ga ada kata cowo ataupun cewe" gua membalikan perkataan yg dulu pernah Ia lontarkan ke gua.
"Tetep aja gua inget kata Mama ga boleh berdua-duan di tempat tertutup sama cowo," penjelasannya yg terdengar agak emosi.
"Kenapa?" Tanya gua sok polos.
"Emang lu ga takut kalo sampe diapa-apain sama gua?" Tanyanya balik.
"Kok jadi gua yg takut, harusnya kan lu yg takut kalo sampe gua apa-apain" batin gua.
Masih aja dia nganggep gua anak kecil, jujur aja kayanya Alav bukan nganggep gua hanya sekedar sahabat tapi gua ini sebagai adiknya.
"Ya udah gua mau pulang dulu" pamitnya.

Raka POV end

Syarlav POV

Hari ini gua tidak pulang bersama Raka karena gua pulang larut malam, habis ngelembur. Gua pulang sekitar pukul 11an. Walaupun tidak pulang bareng Raka, Raka tetap menelfon gua katanya sambil menemani gua yg pulang berjalan kaki sendirian dan mengajarkan tutorial nyebrang. Jangan heran gua memang sering berkomunikasi dengan Raka via telfon. Dulu sih mungkin seminggu sekali, tetapi sekarang hampir setiap hari.

Syarlav POV end

Raka POV

"Lepasin ga! Jangan pegang-pegang!" Teriakan Syarlav terdengar dari telfon.
"Lav?" Tidak ada jawban darinya.

Just About Me and Him [COMPLETE]Where stories live. Discover now