vingt-neuf

72 16 0
                                    

Author POV

"Maaf," ujar Syarlav kepada Raka dengan nada penuh rasa bersalah.
"Kenapa?" Kata Raka keheranan.
"Karena narik lu ke tempat yg ga sewajarnya, lagian lu kenapa sih ngikutin gua terus? Gua udah bilang gua tuh bukan orang yg baik-baik. Pergaulan gua terlalu bebas, temen-temen gua banyak yg keluar masuk diskotik, mabuk-mabukan, bahlan pecandu narkoba. Sedangkan lu.....lu nyobain rokok aja ga pernah. Gua udah pernah bilang, gua bukan sahabat yg baik-baik tapi lu selalu ngikutin gua. Gua jadi makin bersalah tau ga?!" Ujar Syarlav panjang lebar dengan nada mengomel sambil menahan tangis, karena benar-benar merasa bersalah. Tanpa menunggu jawaban dari Raka, Syarlav berjalan meninggalkan Raka.

"Ga gitu Lav, seberapa buruk lu menurut diri lu, tapi lu tetep sahabat yg baik buat gua" ujar Raka sambil berjalan di samping Syarlav.
Syarlav hanya membuang muka tanpa menatap wajah Raka sambil berjalan.

"Seberapa buruk diri lu, gua bakal buat lu jadi baik Lav. Walaupun gua juga bukan orang yg baik-baik, setidaknya kita bisa berubah menjadi orang yg baik bersama-sama" batin Raka.

Author POV end

*****

Syarlav POV

Hari ini gua mengunjungi rumah Ayah. Tidak hanya sendiri gua mengajak Raka, karena gua tau Ayah sedang tidak ada di runah. Gua hanya ingin mengunjungi Mama Raina. Entahlah mengapa gua harus mengajak Raka, mungkin karena gua terbiasa jalan bersama dengannya.

Gua takut, jika Raka bertemu dengan Ayah, karena Ayah nengenalinya. Entahlah apa yg gua takuti, gua hanya tidak ingin menpertemukannya saja.

Saat tiba di rumah Ayah dengan menaiki motor vespa metic milik Raka, gua pun mendatangi Mama Raina untuk bersalaman dan diikuti dengan Raka dibelakang gua.

"Mengapa Kamu datang ke sini? Papa Kamu kan sedang tidak ada di rumah," ujar Mama Raina.
"Alav dateng ke sini buat bertemu Mama," ujar gua sambil tersenyum ramah.

"Kalau ga ada Papa kamu, termasuk Rangga dan Revan jangan panggil Mama, panggil Nyonya aja" ujar Mama Raina ketus.
"Mm...maksudnya?" Tanya gua keheranan dengan sedikit gugup.

"Kamu ga ngerti maksud saya?!" Tanya Mama Raina dengan nada tinggi.
"Ok Nyonya saya paham," ujar gua dengan nada agak tak sopan dan Mama Raina hanya membelalakan mata.

"Kamu memang ga pernah punya sopan santun," sindir Mama Raina.
"Terima kasih pujiannya," ucap gua santai sambil tersenyum dan Mama Raina hanya tertawa kecil sperti meremehkan, eh ralat Nyonya Raina.

"Saya dengar Kamu kerja?" Tanya Nyonya Raina.
"Bukan urusan Nyonya," jawab gua datar.
"Bagus deh kalau Kamu kerja, jadi Kamu ga usah meras harta suami Saya dan anak-anak Saya. Lagian kamu tau kan? Papa Kamu ga akan bisa di posisi saat ini jika Saya tidak membantu. Jadi Kamu jangan mengharapkan harta suami Saya," ujarnya.

"Saya bisa menghasilkan uang sendiri, tanpa mengharapkan harta dari siapa pun" jawab gua ketus dan langsung menarik tangan Raka untuk keluar rumah.

"Dia bilang gua ga tau sopan santun? Bukankah Dia lebih tidak tahu sopan santun tidak menyuruh takunya untuk duduk," gerutu gua sambil menarik Raka. Raka hanya diam saat mendengarnya dan terus berjalan karena ditarik oleh gua.

Gua dan Raka pergi dari rumah angker tersebut. "Raka stop!" Peribtah gua saat sudah kauh dari gang tersebut.
"Gua turun di sini aja, makasih udah mau nemenin gua" ujar gua ke Raka.

"Lah kenapa? Lu mau kemana?" Tanya Raka
"Gua ada urusan"
"Gua anterin!"
"Gua bisa sendiri," ujar gua langsung meninggalkan Raka sendiri yg sedang duduk di motornya.

"Gua ikut lu," ujar Raka yg sontak membuat gua kaget dan membelalakan mata.
"Raka kok lu ngikutin gua jalan kaki? Motor lu mana?"
"Motornya gua tinggal, besok gua bisa ke sini lagi buat ngambil motor. Abisnya lu ga mau ngikutin gua, jadi gua yg bakal ngikutin lu" penjelasannya yg membuat gua hanya bisa menarik nafas panjang karena frustasi.

Akhirnya gua yg mengalah, gua memutar arah jalan gua untuk kembali ke motornya. Saat di perjalanan pulang, "Raka gua mau makan, makanan pedes" ujar gua ke Raka.
Raka pun memberhentikan motornya di rumah makan.

Syarlav POV end

Raka POV

Melihat Alav berkeluaran air dari matanya, hidungnya, dan wajahnya karena kepedasan seperti menyiksa diri. Namun gua hanya diam dan membantunya untuk mengelap semua itu, karena jika gua melarangnya takut membuat suasana hatinya semakin buruk. Suasana hatinya sudah buruk, karena Mama tirinya yg seperti nenek sihir.

Raka POV end

*****

Syarlav POV

Gua sedang menuju rumah Raka untuk mungunjungi Bunda. Namun saat sudah sampai di depan rumah Raka, gua melihat dirinya dan seorang perempuan sedang berpojokan tanpa jarak sedikit pun.

Raka pun yg sadar langsung memberikan jarak di antara mereka.
"Maaf ganggu," ucap gua.
"Lu mau ngapain ke sini?" Tanya Raka.
"Cuma mau ngasih makanan ke Bunda, nih tolong kasiin ya. Salam buat Bunda," ujar gua sambil memberikan totebag berisi rantang.
"Ga mampir dulu?" Tanya Raka
"Ga, gua ada urusan" ujar gua lalu langsung meninggalkannya.

"Duh, kenapa mendadak badan gua panas, jantung gua pun berdetak sangat cepat" batin gua.
"Apa jangan-jangan cewe tadi pacarnya?" Benak gua.
Ah sudahlah tak usah dipikirkan, tak penting.

Syarlav POV end

Just About Me and Him [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang