22

105 24 2
                                    

Raka POV

Setelah Om Arga pergi, Syarlav bangkit dari tempat persembunyiannya. Syarlav melanjutkan perjalanan pulangnya yg terhenti sambil berlinang air mata.

Gua memberhentikan jalannya, lalu menghapus air matanya dan memeluknya. Tidak lama, Dia pun langsung melepaskan pelukan gua.
"Gua lagi mau sendiri," ujarnya datar dengan mata yg masih sembab.

Saat menyebrang Syarlav hanya bengong saja saat diklakson. Akhirnya gua menggandeng tangannya untuk menyebrang, sang empunya tangan masih saja menangis sesegukan layaknya balita.

Setelah menyebrang, gua melepaskan genggaman tangannya, membiarkannya sendiri, dan mengikuti langkah kecilnya di belakang Syarlav yg entah Ia sadari atau tidak.

Gua hanya dapat mengikuti sampai di gang rumahnya dan memperhatikan dari gangnya saja.
"Mama, Alav pulang" ujar Syarlav di depan gerbang.

"Alav kok kamu baru pulang jam segini sih? Mama khawatir tau daritadi nungguin Kamu pulang," ujar Syarlav yg berperan seolah-olah Dia adalah Mamanya.

"Maaf Ma, Alav lembur" ucap Syarlav yg sedang bermonolog.
Dia tertawa dan tak lama setelah itu, Syarlav menangis. Lalu Ia terduduk di depan gerbang rumahnya.

"Padahal semalam Alav bermimpi bahwa ayah meminta maaf ke Alav," ujarnya dengan suara pelan.
Namun gua dapat mendengarnya, karena suasana malam yg sunyi.

Gua berniatan mendekatinya tapi niat teesebut gua urungkan, takut membuat moodnya semakin hancur. Gua hanya bisa menemani duduk di tepi gang.

Esok harinya gua chat Syarlav tak dibalas, saat mencoba menelfon pun tak diangkat. Entah kenapa batin gua ngerasa ada yg mengganjal.

Gua pun langsung berlari ke rumah Syarlav yg jarak tidak terlalu jauh tapi juga tidam terlalu dekat.
"Syarlav..." panggil gua dari luar rumah. Namun tak ada yg menjawabnya.

Untungnya gua memegang kunci duplikat, gua pun masuk ke rumahnya dan memanggil namanya kembali. Namun masih tak ada jawaban. Gua mengecek di dapur, kamar mandi tak juga menemukan sosoknya.

Hingga gua membuka pintu kamar Syarlav yg tak terkunci, gua masih belum menemukan sosoknya. Hingga satu ruangan yg belum gua periksa yaitu kamar mandi yg terletak di dalam kamar Alav. "ALAV!" Teriak gua kaget saat melihat Alav yg menenggelamkan dirinya di bathtub seperti ingin mencoba bunuh diri.

Gua dengan sigap langsung membawanya dan menggendong Alav ke kasur lalu menutupi dirinya yg sudah basah kuyub bersama pakaian yg Ia kenakan dengan selimut. Gua mematikan AC yg menyala di kamar Syarlav.

Gua buru-buru ke dapur untuk membuatkannya teh hangat dan langsung memberikan kepada Alav yg sudah menggigil dan membiru akibat kedinginan.

Raka POV end

Syarlav POV

Ini bukan pertama kali gua mencoba bunuh diri, mungkin ini yg ketiga? Waktu yg pertama kali digagalkan oleh Raka, yg kedua kalinya digagalkan oleh orang asing yg tidak gua ingat, dan yg ketiga Raka lah yg selalu menggagalkan segala rencana baik buruk yg gua inginkan.

Sebenarnya bukan hanya percobaan bunuh diri hal gila yg pernah gua lakukan. Gua pernah mencoba untuk mabuk, namun digagalkan oleh Alkan.

"Lav minum!" Perintah Raka sambil menyodorkan teh hangat.

Gua hanya acuh dan mengalihkan wajah gua. Melihat gua yg acuh, Raka pun duduk di samping gua yg menggigil dan basah kuyub untuk memberikan minuman tersebut.

Dengan terpaksa gua pun meminumnya sampai habis. Lalu Raka memegang tangan gua, "gua ga mau liat lu begini lagi, ini udah yg kedua kalinya. Lav lu tuh di dunia ini ga sendiri, jadi jangan merasa lu hidup semuanya sendiri. Ada gua, Bang Revan, Bang Rangga, dan Mama lu yg selalu nyemangatin lu dari jauh. Kalo lu butuh pegangan, tangan gua selalu ada buat lu. Kalo lu butuh sandaran, ada bahu gua walaupun ga terlalu lebar. Kalo lu butuh kehangatan, pelukan gua selalu ada kapan pun buat lu" ujar Raka lalu tangannya berpindah dari tangan gua ke pipi gua untuk menghangatkan wajah gua yg sudah membiru.

Setelah itu, Dia memeluk gua sambil berkata "ganti baju sekarang!" Perintahnya secara halus.
"Gua gapapa, gua ga kedinginan" ucapan gua penuh dusta.
"Atau gua yg gantiin lu baju sekarang juga" ujarnya santai yg membuat gua membelalakan mata gua.

Mendengar ucapannya itu pun gua langsung menariknya keluar dan mengunci pintu untuk mengganti pakaian gua yg sudah basah kuyub. Tidak hanya mengganti pakaian. Sprei, sarung guling, sarung bantal, dan selimut pun gua ganti karena basah.

*****

Syarlav POV

Gua berkunjung ke rumah Raka untuk menemui Bundanya. Gua dan Bunda pun cerita-cerita sambil masak bareng. Gua sama Bundanya Raka memang dekat sekali seperti Ibu dan anak, karena memamg sudah kenal lama. Orang tua gua dan Raka memang sudah saling kenal.

Sambil memasak bareng Bunda gua vidcall sama Mama, memperlihatkan kegiatan gua bersama Mama. Tiba-tiba Raka keluar dari kamarnya, memperlihatkan dirinya yg baru bangun tidur.

Bukan Raka kalo tidak suka mengganggu orang lain.
"Raka lu ngapain sih di sini? Kenapa ga main aja sana keluar?" Tanya gua dengan nada sewot.
"Karena ada tamu, tamu itu kan raja. Jadi gua harus nemenin tamu," jawabnya.

"Gua ke sini mau bertamu sama bunda bukan sama lu!" Ujar gua ketus. Saat sedang membuat adonan kue, Raka pun membantu dan dengan isengnya Dia mengambil segenggam terigu lalu dilemparkan ke wajah gua.
"RAKA!" Teriak gua sambil mengajar untuk membalasnya.

Tiba-tiba gua teringat hal indah gua bersama Alkan, hal indah yg telah menjadi kenangan indah sekaligus menyakitkan. Begitulah kehidupan seberapa jauh kita melangkahkan kaki, masa lalu akan terus mengahantui. Seberapa baik kita, seberapa sukses kita saat ini, masa lalu akan tetap hadir. Maka dari itu, hadapilah apapun permasalahannya, seberapa berat pun itu.

Gua percaya kita semua ini adalah orang yg kuat. Hanya saja saat dilanda permasalahan kita menjadi goyah, ingat goyah bukan lemah. Jadi istirahat itu boleh untuk menghilangkan rasa goyah ini, tapi tidak dengan menyerah, karena kita dilahirkan untuk menjadi orang yg kuat.

Setelah selesai memasak, Kami bertiga pun makan bersama. Di rumah Raka hanya ada 2 orang, Raka dan Bunda. Raka adalah anak tunggal dan Ayahnya? Entahlah gua ga tau apa-apa tentang Ayahnya.

Setelah makan gua pun berpamitan sama Bunda. Bunda menyuruh Raka untuk mengantarkan gua pulang. Akhirnya gua pun pulang diantar dengan motor vespa milik Raka. Vespa? Berati Raka fuckboy dong? Iya begitulah, entah sejak kapan Dia belajar menjadi fuckboy. Mungkin sejak SMP.

"Raka lu mau kemana? Rumah gua kan harusnya belok" tanya gua heran.
"Udah liat aja nanti," ujar Raka.
Gua hanya diam sambil mengerutkan alis.

"Mau ngapain kita ke sini?" Tanya gua keheranan.

Just About Me and Him [COMPLETE]Where stories live. Discover now