vierzehn

132 51 4
                                    

Syarlav POV

"Kenapa sih lu kaya ga mau ngomong sama gua? Lu keliatan ngejauhin gua. Gua punya salah apa?" Tanya gua.
"Kalau gua punya salah bilang kan jangan kaya gini, jangan menjauh dan tiba-tiba menghilang" batin gua.
"Gua sibuk" ujar Alka singkat, lalu meninggalkan gua sendiri. Gua pun membiarkan dia pergi tanpa menahannya. "Mungkin dia lagi ingin sendiri," batin gua.

Saat gua menuju loker untuk meletakan buku-buku.
"ALAAV...AWAS!!!" Teriak Alkan. Gua pun menoleh dan Alkan langsung mendorong gua dari belakang hingga tersungkur.

BRAK
Suara tangga jatuh dibarengi dengan Alkan yg terjatuh tertimpa tangga, karena sekolah sedang direnovasi.
"Alkaa" ujar gua dengan mata berkaca-kaca dan langsung memegang wajahnya. Bagaimana tidak kepala Alkan berdarah karena tertimpa tangga ditambah kepalanya jatuh ke aspal dan tak lama setelah itu Dia pingsan.

Alkan pun masuk ke dalam ruang ICU. Kepala Alkan bocor dan mengalami pendarahan. Saat ini di ruang tunggu ICU, hanya ada Tante Alena, Satya dan gua. Suami Tante Alena sedang dinas di luar kota dan Bang Bara sedang menjaga Mutiara, adik Alkan karena masih berumur 4 tahun tidak boleh memasuki rumah sakit.

"Ma..." ucap gua lemah sambil berkaca-kaca. "Maafin Alav ya karena Alav, Alkan mengalami kecelakaan lagi. Tadi di sekolah Alka....." ujar gua dan terpotong oleh Tante Alena. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, apa yg terjadi bukan karena kamu tapi memang telah ditakdirkan seperti itu oleh Tuhan. Apa yg sudah terjadi biarlah berlalu" ujar Tante Alena dengan suara khasnya yg menenangkan, meski terlihat tenang ada kekhawatiran dapat dilihat dari mata Tante Alena.

2 hari setelahnya
Waktu menujukan pukul 20.00. Raka masih berada di rumah gua sejak tadi siang. "Kenapa sih dia jadi sering main ke sini, katanya punya temen banyak. Dari sekian banyak temen kenapa harus rumah gua yg dia kunjungi" gerutu gua dalam hati.

Gua menyiapkan makanan dan kue yg gua buat dan dimasukan ke dalam rantang tidak lupa untuk membawa jus mangga kesukaan Alka. Setelah semua siap gua pun izin ke A Rangga untuk membesuk Alkan.
"Jam 10 harus udah pulang!" Perintah A Rangga. "Jam 11 lah, masa cuma 2 jam doang. Kan macet perjalanan" nego gua.
"Pokoknya jam 10, rumah sakitnya kan deket. Ga usah banyak alesan"
"Ya udah deh" ujar gua terpaksa.

Saat melaewati ruang tamu. "Mau kemana lu?" Ujar Raka.
"Bukan urusan lu!" Sewot gua.
"Gua ikut"
"Ga mau, apa sih lu ngikut-ngikut mulu kaya permen karet aja nempel terus" gerutu gua.

Gua pun berangkat ke rumah sakit sendiri. Saat tiba di depan kamar yg Alkan tempati gua mengintip dari kaca yg terdapat di pintu dan melihat ada seorang wanita sedang berbicara dan tertawa bersama Alkan, bukan Mamanya entahlah dia siapa terlihat seumuran dengan Alka berambut panjang pirang dengan tubuh yg ideal dan sexy. Saat gua mebuka sedikit pintunya, ternyata gadis itu sedang menyuapi Alkan dan Alkan menerima suapan tersebut sambil memegang tangan gadis itu dan tersenyum.

Gua yg melihat itu langsung keluar rumah sakit dan pergi ke taman rumah sakit tersebut. Gua pun berinisiatif menelpon Alkan dan menanyakannya.

Tut... tut... tut...
Bunyi ponsel gua yg sedang menghubungi Alkan yg tak lama pun tersambung.
"Halo" terdengar suara lembut seorang wanita.
"Maaf bisa bicara dengan Alka?" Tanya gua. "Alkanya sedang tidur," ujar seorang wanita tersebut.
"Maaf ini siapa ya?" Tanya gua lagi. "Pacarnya Alka, Anda siapanya Alka?" Mendengar perkataan tersebut gua langsung memutuskan panggilan.

Kepala gua berasa sangat pening dan penyakit gua pun kambuh lagi. Gua hanya berdiam diri masih di tempat yg sama, taman rumah sakit.

Gua masih belum memberanikan diri untuk pulang, karena takut membahyakan diri gua sendiri. Gua mumbuka ponsel, waktu menunjukan pukul 01:08 sudah hampir 5 jam gua duduk di sini.

"Alav" sapa seorang pria yg sudah tak asing yaitu Raka, gua pun menoleh ke arahnya. "Raka? Kok lu bisa ada di sini?" Tanya gua dan bukannya menjawab dia malah menodong gua dengan banyak pertanyaan.
"Kenapa sih lu masih di sini? Udaranya dingin tau. Kenapa ga angkat telpon? Kok ga pulang-pulang? Jangan bilang penyakit lu tiba-tiba kambuh?" Omelannya sambil memberikan dan memakaikan jaketnya ke badan gua. Yap, Raka tau kalau gua punya penyakit prosopagnosia, satu-satunya orang yg tau hanya Raka. Gua sendiri kesal dengannya Dia tau semua tentang gua, tapi tidak sama gua yg tidak tahu apa-apa tentang Dia.
"Curang" batin gua.
"Oh iya gua lupa mode pesawatnya nyala," ujar gua saat membuka ponsel sambil terkekeh.
"Bawel banget sih kek emak-emak," gerutu gua.
"Lu tuh ya hobi banget bikin orang khawatir" kata Raka.

1 minggu kemudian.
Di depan gerbang rumah gua, saat gua ingin berangkat ke Jakarta bersama Raka.
PLAK

Just About Me and Him [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang