Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Tidak lupa Namjoon menelpon Jimin bertanya ruangan di mana Seulgi di rawat. Setelah mendapat jawaban, Namjoon, istri serta mertuanya itu langsung menaiki lift dan menuju ruang ICU.

Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah sebuah ruangan tunggal dengan nuansa putih mencolok, dan bau khas obat obatan menyeruak masuk ke indera penciuaman. Serta terdapat presensi 3 orang yang sedang duduk menunggu di depan ruangan yang bertuliskan ICU.

***

"Mau apa anda ke sini?" sinis Jimin pada Nara dan kakek Lee.

"Bagaimana keadaan Seulgi, Jim?" potong Namjoon cepat, menghindari perdebatan antara calon menantu dan istrinya.

"Seulgi harus mendapatkan donor hati secepatnya tuan. Kami juga sedang berusaha mencarikan pendonor untuk Seulgi. Tapi sampai sekarang belum juga membuahkan hasil. Saya takut Seulgi tidak mampu bertahan sedikit lagi, setidaknya sampai pihak rumah sakit menemukan pendonor yang cocok untuknya" jelas Jimin, yang sarat akan ketakutan di dalamnya.

Semua yang mendengar penjelasan Jimin hanya dapat bungkam, terlebih lagi tuan Lee. Entah kenapa mendadak hati tuan Lee terasa kosong ketika mendengar penuturan Jimin. Dia merasa ada sebagian dari dirinya yang merasa takut dan cemas akan keadaan Seulgi.

Diam diam tuan Lee berfikir bagaimana cara agar cucu sulungnya tetap hidup.

"Aku tahu siapa yang bisa menolong Seulgi!" seru tuan Lee, membuat semua pasang mata menatap ke arah pria yang sudah berumur itu.

"Katakan!" sinis Jimin.

"Aku tahu, tapi aku punya syarat untuk itu!" lagi lagi pamrih, itu yang ada di otak dan fikiran Jimin. 

"Cuiih. Aku tak habis fikir. Ada seorang kakek yang meminta syarat untuk kesembuhan cucunya sendiri. Aku bersyukur, tidak punya kakek yang bentukkannya seperti anda, tuan" ucapan Jimin benar benar menusuk tepat di jantung tuan Lee, nyonya Park yang mendengar ucapan Jimin hanya mampu menyikut lengan anaknya yang menurutnya sudah kelewatan.

"Aku tidak minta apapun. Aku hanya ingin bertemu dengan Seulgi. Itu saja syaratku!" permintaan tuan Lee tentu membuat semua orang tercengo. Bagaimana tidak, dirinya meminta sesuatu yang terasa sangat mustahil.

"Mau apa? Apa kau mau memutuskan tali infusnya atau mencabut selang oksigennya. Iya begitu?"

"Tidak akan! Percaya padaku!" dan setelah mengucapkan itu, tuan Lee langsung saja masuk ke ruangan Seulgi.

Jimin ingin mencegahnya, tetapi Papanya sudah lebih dulu menahan lengan pria Park itu dan menggelengkan kepalanya tanda tidak perlu takut.

Ruangan Seulgi ~

Tuan Lee atau kakek Lee masuk ke ruangan Seulgi dengan jantung yang berdebar parah, Dia seakan takut untuk bertemu dengan cucu sulungnya itu. Padahal Seulgi sama sekali belum sadarkan diri, tuan Lee hanya takut jika Seulgi membuka mata Dia akan memaki kakek yang sangat tidak tahu diri sepertinya.

"Seulgi cucu ku, maafkan kakek nak. Hehe apa aku masih pantas di sebut seorang kakek jika mengingat perlakuan ku dulu padamu dan juga mendiang Ayahmu" ucap tuan Lee di akhiri dengan kekehannya yang menjelaskan dirinya sendiri.

"Seulgi, kakek akan melakukan sesuatu untukmu, bertahan sedikit lagi ya nak. Lagian nenek pasti sedang marah pada kakek sekarang, Dia begitu menyayangimu Seul. Bahkan Dia mewanti wanti agar kakek bisa menerima kehaidiranmu waktu itu. Sayang sekali, disaat dirimu lahir nenek harus pergi meninggalkan kita semua. Dan itu juga menjadi pemicu kakek melakukan kekejaman padamu selama ini. Kakek sudah salah menganggapmu sebagai pembawa sial. Waktu itu kakek fikir, karena lahirnya dirimulah kakek kehilangan wanita yang sangat kakek cintai. Sekali lagi maafkan kakek Seul. Kakek tulus minta maaf padamu" ucap tuan Lee dan setelah itu beranjak ruangan Seulgi.

Semua pasang mata yang menunggu di luar ruangan menatap wajah pria tua itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, terlebih itu Jimin. Jimin masih menaruh rasa curiga pada seseorang yang di panggil kakek itu. Sedangkan yang di tatap hanya menunjukkan wajah datarnya saja.

"Joon, kau ajak Nara masuk. Minta maaflah pada Seulgi Nara-ya, Ayah sudah memohon ampun tadi padanya. Walaupun sekarang Seulgi tidak sadarkan diri, Ayah harap jika Dia membuka mata nanti. Dia mau memaafkan Ayah!" ucap Tuan Lee, setelah itu Dia berjalan ke luar rumah sakit.

"Ayah mau kemana?" tanya Nara.

"Ayah ada urusan dulu, nanti kalian pulang saja. Ayah akan menyuruh supir datang Menjemput Ayah" ucapnya sambil berlalu.

***

"Hallo pengacara Min, segera urus semua asetku. Dan ubah atas nama cucuku, Kang Seulgi" titahnya di telepon, dan setelah itu mematikan panggilan tanpa mau mendengar protesan sang pengacara pribadinya.

"Sekarang sudah saatnya aku menebus semuanya. Ji Eun-a, tunggu aku!" monolognya dalam hati.

***

"Dokter, ada yang ingin bertemu dengan anda" ucap suster yang menjadi asisten Seokjin hari ini.

"suruh masuk saja, sus" titah Seokjin.

Dan masuklah seseorang itu, berniat mendonorkan hatinya untuk Seulgi. Awalnya Seokjin kaget, dan tidak setuju dengan apa yang di inginkan sang tamu. Tapi karena di yakinkan lagi dengan seyakin yakinnya. Akhirnya Seokjin mau, tapi dengan syarat harus merahasiakan identitas sang pendonor.

***

Kabar baik yang di sampaikan Seokjin membuat semua orang merasa lega, terlebih hati sang pendonor cocok untuk Seulgi. Setelah menyiapkan Schals peralatannya, akhirnya Seokjin serta beberapa staff lainnya mulai membedah sang pendonor dan di lanjutkan dengan membedah Seulgi.

Sekitar 5 jam operasi di lakukan, dengan penuh ke hati hatian agar tidak terjadi kesalahan kecil maupun kesalahan yang besar yang akan berakibat fatal.

Sejujurnya tidak ada yang curiga siapa yang berbaik hati mendonorkan hatinya untuk keberlangsungan hidup Seulgi dan pakai acara di rahasikan segala.

Tbc
Maaf ngaret kemaren lagi sakit
Dan ini gak bisa end di satu chapter aja karena kepanjangan nanti lelah bacanya wkwk 😂 jadi end nya di bagi dua bagian
See you next ya

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now