38. Pasang Surut Bercinta

7.7K 1.8K 25
                                    

Sebulan terlewati dan semua baik-baik saja. Meski kadang Kirani dibuat sebal dengan Harzi yang gemar membuatnya uring-uringan, sebab lelaki itu suka sekali nongkrong tak ingat waktu.

Sampai pada tiga hari yang lalu, Kirani 'menasehati' Harzi perkara masalah tersebut. Namun yang ada Harzi justru menganggap Kirani jadi terlalu membatasi.

Hingga keesokan paginya, Kunara pun mendapati adiknya dengan mata sembab. Kata Kirani ponsel Harzi tiba-tiba di luar jangkauan dan tidak bisa dihubungi, meski Kirani sudah mencoba beberapa saat lagi, bahkan berkali-kali.

Sangat bohong kalau Kirani tidak kepikiran. Namun sebagai kaum hawa yang tidak gengsian, ia tetap rajin mengirimi Harzi pesan agar tidak melewatkan jam makan dan tidur yang cukup. Ia juga mewanti Harzi untuk selalu berhati-hati jika sedang bepergian. 

Walau pada akhirnya hanya akan dibaca oleh Harzi, tapi setidaknya dia tahu, kalau kekasihnya masih peduli dan tidak ikut-ikutan ngambek seperti yang dia lakukan.

Sore ini, saat Kirani berjalan di halaman kampus seorang diri untuk pulang ke rumah. Ia tiba-tiba dikejutkan dengan seseorang yang meneriaki namanya dari kejauhan.

"Kirani!"

Kirani menoleh, matanya kontan memicing guna menghalau sinar senja di ufuk sana.

"Kak Azka?"

"Hai, long time no see!"

"Halo juga, Kak." Kirani balas sapa. "Kak Azka kapan baliknya?"

"Kemarin." Masih dengan senyum lebarnya, Azka mengusak pelan rambut Kirani. "Boleh jujur?"

"Boleh."

"Gue kangen, hehe."

Kirani jadi tersenyum kikuk. "Gimana magangnya?"

"Lancar, jadi nambah pengalaman juga." Jawabnya. "Ini lo udah mau pulang?"

"Iya."

"Bareng, yuk? Kebetulan udah mau balik juga." 

Ujarnya dan tanpa menunggu jawaban, Azka menarik Kirani menuju mobilnya. Sedikit canggung, namun kelihatannya Azka menikmati. 

"Keliling bentar mau, ya? Mama nitip geprek soalnya. Bisa sekalian makan juga, kalau lo mau."

Kirani serasa dijebak, hingga mau tak mau, jadi harus mengiyakan atas dasar tidak enakan.

Hingga plot twist-nya, mereka malah bertemu Juha dan Zaidan yang baru selesai makan dan hendak membayar. Tak banyak percakapan, namun Kirani sudah tahu sepulangnya nanti nasib dia akan jadi bagaimana.

Dan untuk pertama kalinya setelah beberapa hari, Harzi menelepon Kirani duluan.

"Kenapa?" Tanya si gadis memulai percakapan.

Harzi pun dibuat berdengkus. "Baru lost contact beberapa hari, udah ketahuan jalan aja sama yang lain."

"Ngomong apa, sih?"

"Tadi habis jalan sama Si Azka itu, kan?"

"Iya, emang kenapa?"

Mendengar jawaban sedatar dan terkesan tidak takut itu jelas buat Harzi makin tersulut. "Ini serius, Ran? Masalah kita sampai bawa-bawa orang lain?"

"Nggak ada yang bawa-bawa orang lain. Dan lagi, kayaknya sikap gue nggak lebih childish daripada lo." Jawab Kirani tenang, namun dengan hati yang berdebar kencang.

"Angkat video call-nya."

"Nggak usah. Mending lo block kontak gue lagi aja." Tidak tahu saja Kirani bilang begitu sambil menahan sesak di dada. Hingga akhirnya selimut dan bantal lagi-lagi jadi saksi kekesalannya.

make you mine [✔]Where stories live. Discover now