24. Birthday Party

13.5K 2.5K 136
                                    

"Lo harus dateng."

Nah, kan.

"Gue usahain, oke?"

Azel menggeleng tegas. "Harus."

Kirani menghela napas, menatap Azel yang kini melipat lengan di depan dada. "Iya, Raden Azel yang terhormat. Lagi pula acara sepupu lo nggak akan batal kalau gue nggak hadir di sana."

"It will. Gue yang punya tempat. Jadi kalau lo dan Auri nggak dateng, acaranya bubar."

Kirani benar-benar tak habis pikir.

"Gue nggak tau harus dateng dengan penampilan bagaimana. Gue jarang dateng ke acara kayak gitu."

"Pakai senyaman lo. Asal jangan kayak gembel aja, nanti diusir duluan sama satpamnya." Balasnya, Kirani berdengkus pelan.

"Kalau sekarang kayak gembel nggak?"

"Enggak. Sekarang cantik."

Tak!

"Gombal mulu."

Azel meringis. "Gue emang sultan tapi kalau digetok tetep sakit tau."

"Kalau sombong bukan temen gue."  

"Kan emang kenyataan???"

Kirani berdengkus sembari membereskan alat tulis dan beberapa buku yang dipinjamnya tadi. "Gue mau ke Perpus. Duluan."

"Jangan lupa nanti malem!" Peringat Azel, yang Kirani balas dengan acungan jempol di udara.

Gadis itu kemudian berjalan menuju perpus seorang diri. Hari ini tidak dengan Auri karena gadis itu masih ada urusan dengan asistensi kemarin.

Menapak anak tangga terakhir, Kirani berpapasan dengan Zaidan selaku teman Harzi dan juga teman adiknya.

"Siang, Kiran. Mau ke perpus, ya?"

Kirani mengangguk. "Iya, Kak."

"Nyamperin Harzi?"

"Balikin buku."

"Lah? Hahahahaha kasihan banget si Harzi." Zaidan tergelak. "Cowok lu di perpus, noh. Lagi pusing."

"Sakit kepala?"

"Hampir kena stroke kayaknya."

Kirani mengernyit. "Oh ya?"

Dan Zaidan makin terbahak. "Aduh kebelet kencing, duluan, ya!"

Melihat Zaidan pergi, Kirani akhirnya melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Tiba di dalam, Kirani justru tak menemukan Harzi di sana.

"Mungkin di perpus sebelah."

Pun dia sebenarnya tak ada niat berlama-lama di luar dan ingin langsung pulang saja, tapi ini kok dari tadi malah kepikiran mas pacar terus, kan Kirani jadi khawatir begituuu.

Jadilah kakinya melangkah menuju perpus seberang. Setelah mengecek tumbler yang masih penuh dengan jus pisang buatannya, Kirani pun masuk ke ruangan itu.

Matanya kontan mengarah lurus ke sosok yang sedang menelungkupkan kepala di atas meja seorang diri. Kirani melihat keadaan sekitar, sama sekali tak seramai perpus sebelah. Fyi, Kirani memang jarang masuk ke perpus sini karena yang biasa datang ke sana rata-rata para kakak tingkat.

Kirani kemudian mengeluarkan tumbler dan meletakkannya di sebelah kepala Harzi yang masih belum sadar dengan kehadirannya. Saat berniat pergi, tiba-tiba tangannya ditahan dan ditarik pelan agar ikut terduduk di sebelah pemuda itu. 

"Pas banget." Harzi memiringkan kepala dan membuka mata, setelahnya tersenyum kecil ke arah Kirani. "Ngapain di sini?"

"Pusing?"

make you mine [✔]Where stories live. Discover now