37. Mereka Berpisah

8.6K 1.8K 149
                                    

"Barangnya udah masuk semua?"

Harzi mengangguk, tubuhnya berbalik menatap Kirani yang tengah sibuk mengecek barang-barang yang harus dibawa. Wajahnya berubah nelangsa dengan bibir meengerucut hingga lantas kembali memeluki gadis itu untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Harzi????"

"Ikut aku aja, ya??? Harzi mohonnnnn."

Kirani dibuat berdengkus geli karenanya. "Bocah banget, sih. Udah, ah! Lepas!"

Hari ini, dua jam lagi tepatnya, Harzi akan bertolak ke Pulau Sumatera untuk melaksanakan kegiatan magangnya selama tiga bulan ke depan. Yang artinya, mereka harus LDR-an.

Dengan Kanaka yang bersuka rela menjadi supir dadakan, mereka akhirnya berangkat menuju ke bandara.

"Kalau kangen gimana? Kalau mau peluk gimana? Kalau gabut ngopinya sama siapa???" Tanyanya bertubi-tubi sembari memeluk tubuh Kirani erat-erat sepanjang perjalanan. 

Kirani pun hanya bisa menghela napas, Harzi saat ini benar-benar manja sekali.

"Nanti kan video call, bisa? Lagi pula kamu sama Kak Japi masih satu kota. Dan lagi, di sana bakal ketemu temen baru."

"Ya masa aku pacarannya sama dia??!"

"Dulu juga sebelum sama aku, kamu bareng dia terus." Ujar Kirani yang kini mengelusi pipi Harzi dengan lembut. "Jangan khawatir, kita bakal baik-baik aja."

Harzi yang masih nyaman bersandar di dada Kirani pun mengangguk, sebelum menarik jaket untuk menutupi wajah mereka.

Kanaka kontan mendesis di balik kemudi. "Calon imam yang baik, matamu! Kenapa juga bokap sama nyokap gue nangis pas lo ngomong begitu?"

 "Calon imam yang baik, matamu! Kenapa juga bokap sama nyokap gue nangis pas lo ngomong begitu?"

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Mah, Harzi berangkat, ya."

Joya mengangguk. "Hati-hati di jalan, kalau mampir di mana kabarin mama terus, oke?"

Harzi memberi gestur hormat kemudian tersenyum sebelum mengecup pipi sang mama. "Siap, Ibunda Ratu!"

Ia lalu beralih ke si calon adik ipar. "Yang bener ujiannya, ntar kabarin kalau udah milih jurusan."

Kanaka acung jempol. "Siap. Abang juga hati-hati. Pandangannya tuh, dijaga! Inget, lo udah jadi calon lakik kakak gua. Awas aja kalau berani macem-macem, sama gue baku hantamnya!"

"Lempar gue ke kandang buaya aja kalau bener kejadian."

"Oke."

Dan terakhir, Harzi berpamitan ke Kirani. Orang yang rasanya ingin dia bawa ke mana-mana saja agar tak harus berpisah seperti ini. Gadis itu tersenyum saat menyadari perubahan raut wajah sang kekasih, tangan yang Harzi kata semungil dan sehalus kulit bayi itu lalu menyentuh pipinya, mengusapnya dengan sayang.

"Hati-hati, ya? Jangan sampai telat makan, tidur juga harus teratur. Dan jangan lupa berkabar terus, biar aku tau kamu baik-baik aja selama di sana."

Harzi mengangguk sendu dan meraih tangan Kirani. Mengusap jemarinya yang terpasang cincin. "Jangan pernah dilepas, oke? Tunggu aku pulang, habis itu temenin aku wisuda, setelah itu baru sama aku ke pelaminan."

make you mine [✔]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن