13. Jatah Senyum

15K 2.8K 366
                                    

"Hati-hati, Kak."

"Kamu juga, ya."

Usai mencium tangan kakaknya, Kirani turun dari mobil. Berjalan santai menuju gerbang kampus sambil menenteng map biru kesayangannya.

"Kenapa nggak dimasukin ke tas?"

Langkah Kirani melambat, sengaja mau menunggu siapa yang bertanya barusan.

"Kenapa?"

"Berat."

"Kenapa tote bag?"

"Suka."

Cowok itu lalu mengulurkan tangannya. "Azel. Panggil aja El. Lo?"

Kirani menatapnya lekat, agaknya tidak asing. "I know you...."

"You don't. Lo cuma pernah lihat." Balasnya. "Nama lo?"

"Kirani."

"Ooh... Jadi cewek yang nyerobot barisan hari pertama waktu itu namanya Kirani." Ucapnya manggut-manggut.

Seketika Kirani bersemu. "Lo... yang di sebelah gue waktu itu."

"Oh wow, ternyata inget." Azel terkekeh. "Lo anak Kimia, kan? Kenal Leora?"

"Cuma tau nama, nggak kenal." Jawab Kirani. "Kenapa dia?"

"Sepupuan."

"Oh, congrats."

"Kenapa ngomong gitu?"

"Gue kira lo merasa beruntung jadi sepupunya?"

"Nggak juga. Gue-"

Pip piippp!

Mendadak sebuah motor melintas di dekat mereka, nyaris menyerempet Azel yang posisinya berjalan di pinggir luar.

"Senior sialan." Umpatnya spontan.

Kirani tergelak. "Lo inget dia?"

"Dan nggak akan lupa." Gumamnya penuh dendam.

Sementara di kejauhan, ada yang lupa istighfar padahal emosi lagi di ubun-ubun.

Matanya terus-terusan menatap Kirani yang tengah melempar senyum ke orang di sebelahnya. Saat keduanya melintasi area parkiran, Azel sempat melirik ke sosok Harzi yang masih nangkring di atas motor sambil mengepulkan asap rokoknya.

"Cih. Sok keren banget bocah." Decih Harzi lalu menyusul Kirani yang kini berjalan sendiri usai berpisah dengan si teman baru di pelataran kampus.

"Nggak usah senyum. Nggak cocok buat lo."

"Berisik."

Harzi buru-buru menyamakan langkahnya dengan si gadis. "Dia siapa? Kenal di mana?"

"Kepo amat, heran."

"Kiraniiiiiiiii."

"Apa sih?" Gadis itu berbalik menatap nyalang yang lebih tua. "Apapun itu nggak ada urusannya sama kakak!"

Setelah itu kembali berjalan dengan langkah buru-buru. Karena seperti kata Kirani, dimana ada Harzi, di situlah berpasang mata mengawasinya.

Harzi mengusap wajahnya kasar.

"Gua kenapa, sih?!"



"Kalian kenapa, sih? Habis berantem???"

Jaffie menoleh bergantian ke arah Kirani dan Harzi yang nyatanya tengah duduk berhadapan. Catat, itu karena terpaksa. Soalnya sudah tidak ada tempat dan lagi, Auri memaksa untuk makan siang bersama dengan keempat lelaki ini.

make you mine [✔]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu