29. His Habit

13K 2.5K 142
                                    

Kirani melirik jam dinding, sudah terhitung dua jam lamanya sejak dia berakhir di tempat tidur Harzi dengan posisi lelaki itu memeluknya hingga ketiduran.

Kirani menunduk untuk mengecek Harzi sekali lagi, tidurnya nyenyak sekali.

"Zi, bangun sebentar."

"Hmmmm."

"Mau ke toilet, minggir dulu sebentar."

Beberapa saat kemudian, Harzi akhirnya berguling ke samping dan membuka mata. Ketika Kirani keluar dari kamar mandi pun, dirinya sudah mendapati pacarnya itu terduduk di ujung kasur, tersenyum seraya merentangkan tangan.

"Pelukkk."

Gadis itu memutar bola mata namun tetap menghampirinya. "Tadi di kantin nggak ada apa-apa, kan?"

Harzi menggeleng sembari ndusel di perut kekasihnya. "Nggak ada, sayang."

"Terus kenapa nyuruh ke kelas?"

"Jaga-jaga aja. Siapa tau ada yang kesurupan." Harzi menengadah kemudian. "Laper nggak?"

"Dengerin aja sendiri."

"Gue masakin, mau?"

"Oh, bisa masak?"

"Wah... ngeremehin skill gue?"

Dan Kirani hanya mengendikkan bahu.

Harzi tergelak lalu cepat-cepat menyusul Kirani yang sudah turun duluan. Gadis itu sungguhan disuruh duduk anteng saja, dan sedari tadi hanya menatapi pacarnya mondar mandir sambil bernyanyi tak jelas.

Walau suaranya bagus.

"Kapan-kapan gue cover lagu buat lo lucu kali, ya?" Tanya Harzi setelah menaruh dua piring nasi goreng di depan mereka. "Mau disuapin sekalian nggak?"

Kirani abai dan langsung menyendok nasi goreng buatan si pacar setelah bergumam do'a. Sementara Harzi masih berdiri menunggu respon si gadis.

"Kayaknya lo berbakat jadi tukang nasi goreng."

"Hahahahaha enak, yaaa?" Tanya Harzi yang dibalas anggukan oleh Kirani. "Boleh kali, dikasih kecupan apresiasi?"

"Sini deketan, biar gue colok aja mata lo."

"Kenapa nggak colok mata Azka aja pas dia nyentuh bibir lo?"

Kirani mendadak diam, fokusnya beralih pada Harzi yang kini menatapnya lurus dengan air wajah serius.

"Gue punya banyak mata-mata." Jawabnya tanpa ditanya. "Dan kenapa lo nggak ngelakuin apa-apa saat dia dengan berani ngegandeng tangan lo?"

"Lo mau berdebat atau gue meminta maaf sekarang?"

"Dijawab atuh, sayangku."

"Gue terlalu kaget. Dan lagi, lo juga lancang."

"Setidaknya berakhir dengan lo jadi pacar gue. Lah dia? Mau jadi apa? Orang ketiga?"

Kirani menyimpan sendoknya sembari menghela napas panjang. "Jujur, sebenarnya gue terlalu malas buat meladeni cowok manapun. Terkecuali abang adek gue, dan sekarang lo-" liriknya pada Harzi.

"-mustahil lo lupa gimana gue waktu awal ketemu. Dan sikap gue yang itu berlaku untuk semua cowok. Ditambah, gue amat sangat tau diri kalau sekarang udah punya lo. Jadi, seniat apapun dia merebut perhatian gue, itu sama sekali nggak akan berpengaruh. Jelas?"

Harzi speechless. "Mau sewa gedung nikah di mana kita, sayang?"

"Ck, habisin makanan lo. Habis ini anterin pulang."

make you mine [✔]Where stories live. Discover now