Part 11

4.3K 431 155
                                        


Any menyetir mobilnya dalam diam sementara Joana tertidur di kursi belakang. Sejak keluar dari restoran milik Tama, gadis kecil itu sudah mengeluh bahwa dia mengantuk dan jatuh tertidur begitu saja di kursi belakang.

Any masih resah, pembicaraannya dengan Tama tidak berakhir baik. Wanita itu keluar begitu saja dari ruangan Tama sesaat setelah menekankan pada pria itu bahwa dia tidak berhak atas Joana. Tapi Any masih belum merasa puas, rasanya ia belum mengeluarkan segala umpatannya pada pria itu, tapi untuk bertahan di satu ruangan yang sama dengan Tama saja ia tak sanggup, apalagi berbicara lebih lama, dia tidak mungkin bisa.

Any menghela napas lelah. Ia tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Jika saja Joana tidak ke Jakarta, hal ini tidak mungkin terjadi, ia tidak harus terlibat lagi dengan Tama.

Any memasukan mobilnya ke pekarangan rumah milik orang tuanya lalu keluar dari mobil dan mengangkat Joana masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam rumah ia tak menemukan siapapun. Namun saat mendengar suara dari dapur ia tahu ibunya di sana.

Any lantas membawa Joana masuk ke dalam kamar dan membaringkannya ke atas tempat tidur, setelah memakaikan selimut pada Joana dan memberinya ciuman, Any keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur tempat ibunya berada.

"Bu," panggilnya saat melihat Rita tengah sibuk mengaduk adonan kue di atas meja.

"Udah pulang? Joana mana?" tanya Rita masih dengan tangan yang sibuk mengaduk.

"Tidur." Any menjawab singkat, wanita itu menarik kursi yang berada di seberang Rita dan duduk di sana dengan murung.

Rita mengamati putrinya dan tahu ada yang salah dengan wanita itu.

"Kenapa? Anak yang dipukul Joana masuk rumah sakit?"

Any memutar matanya "Enggak lah bu, emang Joana Cris Jhon apa? Masa mukul sampai masuk rumah sakit."

"Makanya mukanya jangan kayak gitu. Namanya anak-anak ya pasti ada berantem-berantem dikit, enggak usah dipikirin sampai jadi beban kayak gitu."

Any menghela napas pelan. Ibunya salah paham, ada hal yang lebih memusingkan kepalanya ketimbang pertengkaran Joana dengan bocah bernama Johan tadi.

"Bukan soal itu bu," bantahnya

Rita menengadah menatap putrinya dan dengan raut tak sabaran bertanya. "Terus soal apa?"

"Restoran yang ditangin Joana bareng Ayana dan Resti ternyata milik pria itu. Tama, ayah kandung Joana," jawab Any dengan lemah.

Rita menghentikan kegiatan mengaduknya dan melotot menatap Any.

"Hah?! kok bisa?!"

"Enggak tahu." Any mengangkat bahunya lelah.

"Lebih buruk dari itu, ternyata Joana udah kenal sama Tama bahkan keliatan akrab," lanjut Any.

Rita tercenung masih dengan raut terkejut. Wanita paru baya itu kemudian menarik salah satu kursi lalu duduk dalam diam.

"Apa jangan-jangan Joana udah tahu An?" tanyanya setelah tercenung beberapa saat.

"Enggak, Jo enggak tahu. Tapi dia kayaknya cukup tertarik sama Tama bu. Apa karena mereka ayah dan anak ya bu? Makanya mudah banget dekatnya." Any kembali mengehela napas.

"Kalau sampai Tama mau ngambil Joana gimana bu?" tanyanya.

"Enggak usah drama. Enggak mungkin dia berani. Kalau dia cowok punya otak, dia enggak akan mungkin ngalakuin itu. Dia harus tahu diri." jawab Rita tajam.

"Enggak usah kamu pikirin, sekarang lebih baik kamu pikirkan bagaimana cara kamu beritahu Joana soal laki-laki itu. Ingat putri kamu itu kritis. Jangan kasih penjelasan yang buat dia kecewa. Yang paling penting Joana, bukan hal lain termasuk ego kamu. Kalian sudah dewasa, ibu tahu kalian bisa menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, jangan sampai ada drama saling merebut anak dan saling balas dendam. Cukup pikirkan bagaimana cara kalian menjelaskan situasi kalian agar masuk di otak kecil Joana yang rumit, " jelas Rita.

ReplaceWhere stories live. Discover now