Any bangun lebih pagi, lebih tepatnya dia tidak tidur sama sekali. Sejak panggilan telpon dari tunangan Tama, rasa kantuk Any menghilang seketika. Sehingga menyebabkan ia bangun lebih dulu dari orang tuanya. Sejak pukul empat dia sudah berada di dapur, memasak dan menyiapkan sarapan.
"Kok udah bangun? Tadi ngiranya kucing atau tikus yang ribu-ribut di dapur." Rita yang baru memasuki dapur terkejut saat melihat putrinya sudah lebih dulu berada di sana, apalagi saat melihat meja makan sudah dipenuhi makanan.
"Emang ada ya tikus yang cantik kayak aku." Any menjawab datar.
Dia tak ada niat bercanda, hanya saja menunjukan wajah masam pada ibunya hanya akan membuatnya pusing sendiri karena pertanyaan dan rasa ingin tahu ibunya.
"Kenapa bangun pagi banget? Ini baru jam lima loh tapi kamu masaknya udah selesai. Ini tadi dari jam berapa kamu di dapur?"
"Jam empat."
"Ngapain bangun jam segitu?"
"Sakit perut. Karena udah terlajur bangun dan enggak bisa tidur lagi jadinya masak," bohong Any.
Rita hanya mengangguk. Tidak lagi bertanya. Wanita paru baya itu terus menuju halaman belakang untuk menyirami bunga membuat Any bernapas legah. Paling tidak ibunya tak menyadari wajahnya yang masam.
"Bunda?" suara lembut Joana menghentikan Any dari aktivitas memasaknya.
"Iya sayang? Kenapa udah bangun? Ini masih pagi banget loh?"
Any buru-buru menghampiri Joana. Mengendongnya lalu membawa gadis itu menuju meja makan.
Sembari memangku Joana Any duduk di salah satu kursi, memeluk gadis kecil itu.
"Takut ya enggak ada bunda?"
"Enggak. Joana kan udah enggak takut lagi," jawab Joana sembari menggeleng pelan.
"Oh ya? Masa? Udah enggak takut hantu lagi?"
Sekali lagi Joana menggeleng.
"Enggak. Ngapain takut. Kata bunda hantu itu enggak ada."
Any mengernyit.
"Kapan bunda bilang begitu?"
"Bunda pernah bilang hantu itu enggak ada. Yang ada hanya jiwa-jiwa orang meninggal yang butuh doa."
"Oh iya bunda ingat." Any tersenyum geli. Jujur saja ia juga takjub karena Joana mengingat ucapannya.
"Jadi Joana enggak takut. Enggak sama sekali."
"Good job. Bener emang enggak ada hantu. Adanya jiwa-jiwa malang yang butuh doa kita. Joana udah doa belum buat jiwa-jiwa malang itu?"
"Udah dong. Joana selalu doa sebelum Joana tidur. Joana bilang sama Tuhan tolong ampuni dosa mereka dan terima mereka di surga. Biar mereka bisa bahagia dekat sama Bapa." jelas Joana dengan sengat semangat membuat Any semakin kagum.
"Hebat anak bunda. Sini cium dulu." Any menciumi wajah Joana berulang-ulang kali hingga membuat Joana tertawa geli.
"Makanya nanti kalau Joana udah enggak ada. Bunda doa ya buat Joana biar bisa masuk surga juga."
Any membeku. Ia terdiam di tempatnya dan terpaku mendengar ucapan Joana yang mengejutkan itu.
"Jangan ngomong kayak gitu!" bentak Any tanpa sadar. Matanya tiba-tiba memanas memikirkan apa yang dikatakan putrinya itu. Membayangkannya saja membuat hatinya sakit bukan main.
"Enggak boleh ngomong kayak gitu. Joana akan tetap ada. Enggak kemana-mana. Enggak boleh ngomong sembarangan! Jadi jangan pernah ngomong begitu lagi di depan bunda!"
YOU ARE READING
Replace
RomanceBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
