Part 10

3.9K 440 160
                                        

Tama menatap Any lekat. Perasaan pria itu campur aduk. Ia menatap bergantian antara Any dan Joana, cara wanita itu menatapnya yang seperti baru saja melihat hantu sangat kontras dengan bagaimana cara Joana yang menatapnya penuh rasa antusias dan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

Gadis kecil itu memanggil Any bunda. Gadis kecil manis yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu adalah putri dari wanita yang dulu pernah menipunya, yang dulu pernah mengaku mengandung anaknya, dan yang dulu pernah dia tolak.

Takdir apa yang baru saja mempermainkannya saat ini? Tama tak habis pikir.

Mereka saling menatap dalam waktu yang lama, sampai Any sadar dan memutuskan kontak mata mereka. Dengan gugup wanita itu menarik Joana lebih dekat dengannya dan hal itu tak luput dari perhatian Tama.

"Om Tama! Joana mau es krim." suara Joana kembali terdengar dan berhasil  menyadarkan Tama yang tercenung di tempatnya.

"No more ice cream Joana. Kamu sudah makan es krim minggu ini dan enggak ada lagi sampai dua minggu lagi. Kita harus pulang sekarang, oma dan opa sudah nungguin kamu." suara Any terdengar bergetar, sekuat tenaga ia menahan segala emosinya agar tak nampak pada ekspresi wajahnya.

"Yahh bunda. Joana pengen makan es krim. Om Tama sudah janji sama Joana. Kata bunda janji itu sesuatu yang enggak boleh dilanggar karena akan menyebabkan seseorang yang dijanjikan merasa kecewa. Kalau bunda larang Joana makan es krim, berarti bunda buat om Tama enggak menepati janji dan pada akhirnya Joana akan kecewa, bunda tega buat Joana kecewa?" wajah gadis itu berubah murung, mulutnya mengerucut dengan cara yang dramatis, membuat orang-orang yang mengamati Joana tersenyum  geli dan juga takjub.

Berbanding terbalik dengan Any yang kini ingin mengumpat pada dirinya sendiri dan segala hal yang telah dia ajarkan pada putrinya, bukannya membantunya, semua hal yang telah ia ajarkan pada Joana malah berbalik menyerangnya di waktu yang tidak tepat.

"Tidak. Kamu juga sudah janji kalau tidak akan makan es krim berlebihan.  Jangan tawar-menawar dengan bunda Joana."

Demi Tuhan, Any sudah tidak tahan berada di tempat itu, cara Tama menatapnya seperti predator yang tengah mengincar mangsa. Bahkan pria itu tak bergerak seincipun dari tempatnya dan matanya sama sekali enggan berpindah darinya. Terus menatap seperti Any akan menghilang jika dia berpaling sedikit saja.

"Tapi bunda.. "

"Enggak ada tapi-tapi. Ayo balik sekarang." Any menarik tangan Joana bersamannya, namun saat akan melangkah meninggalkan tempat itu,  suara berat Tama menghentikannya.

"Biarkan Joana makan es krimnya. Saya sudah janji." ucap Tama pelan. Suaranya terdengar santai dan hal itu mengganggu Any. Ia mengucapkan kalimat itu seperti sebelum ini tak terjadi hal apapun pada mereka.

"Beneran om?!" Joana berseru senang,  gadis kecil itu melepaskan genggaman sang bunda dan berlari mendekati Tama.

"Makasih om Tama." ucanya dengan senyum manis, dada tama berdesir untuk sesuatu yang tak dia mengerti, jantungnya berdetak dengan tak beraturan.

Jika Joana adalah anak Any, berarti gadis kecil lucu inilah yang dulu dikandung wanita itu beberapa tahun lalu. Kandungan yang dulu dia tolak sebagai calon anaknya. Dan jika benar Tama adalah pria yang menghamili Any berarti gadis pintar dan menggemaskan yang tengah tersenyum penuh kebahagiaan ini adalah putrinya, putri kandungnya.

Tangan Tama bergerak mengelus pelan kepala Joana, perasaan haru datang begitu saja dan membuatnya semakin gugup. Jika benar Any hamil darinya berarti gadis kecil itu putrinya.

"Bener kok, kamu boleh makan es krim. Dan selama kamu menghabiskan es krimnya, biarkan om bicara berdua dengan bunda kamu ya. " Tama menengadah menatap Any, dan tatapanya langsung bertemu dengan mata wanita itu yang tengah menatapnya tajam.

ReplaceWhere stories live. Discover now