Vote vote vote!!
***
Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi saat Any mengepak baju dan boneka milik Joana masuk ke dalam tas jinjing mungil berwarna merah muda. Untuk kesekian kalinya ia menghela napas tak rela membiarkan putrinya ikut bersama ke dua orangtuanya. Sudah bertahun-tahun mereka tak pernah menginjakkan kakinya di Jakarta semenjak pindah ke Bogor dan hari ini adalah pertama kalinya Joana akan ke tempat oma dan opanya.
Kemarin siang ibu Any menelpon mengatakan ingin membawa Joana bersama mereka ke Jakarta dan untuk pertama kalinya Any mengalah dan setuju Joana ikut dengan mereka walau tak rela dan khawatir
Ia kawatir dan gelisah walau tak jelas apa alasannya. Tama jelas tak pernah peduli pada Joana dan dirinya jadi kalaupun pria itu melihat Joana, ia jelas tak akan peduli, ia tak pernah mengakui Joana sebagai putrinya dan juga Jakarta adalah kota yang luas, tidak mungkin bagi mereka bisa bertemu begitu saja, tapi entah mengapa ia jutru semakin gelisah.
"Bunda enggak ikut bareng kita?" suara lembut Joana menarik Any dari segala pikirannya.
Wanita itu menatap sang putri lekat, ia mengulurkan tanganya untuk menyentuh pipi cabi milik Joana dan mengelusnya perlahan.
Ia lalu menggeleng.
"Bunda harus kerja, jadi Joana bareng opa dan oma dulu ya. Nanti mungkin bunda nyusul," ucapnya pelan.
"Mungkin? Bunda pernah bilang mungkin itu adalah kata yang digunakan jika seseorang enggak yakin pada sesuatu." ucap Joana dengan nada menghafal, matanya menerang jauh dengan dahi yang mengernyit dalam.
Any meringis mendengar penuturan Joana. Dalam hati ia bertanya apakah putrinya cukup normal dengan bertingkah dan berucap seperti orang dewasa. Ingatannya yang kuat kadang kalah menyusahkan Any, gadis itu penuh rasa ingin tahu jadi jika ada hal atau kata yang tak dia mengerti maka ia akan langsung bertanya. Pada akhirnya Any selalu mengusahakan bisa menjawab rasa ingin tahu putrinya dengan baik.
Dan karena itu pula kerap kali Any dibuat kesulitan oleh Joana, kadang kalah jawaban yang ia berikan untuk memuaskan rasa ingin tahu putrinya berbalik menyulitkannya, seperti saat ini.
"Jadi sekarang bunda sedang enggak yakin akan menyusul kita ke Jakarta, benar begitu bunda?" mata gadis itu kembali menatap Any, kepalanya meneleng ke kiri dan matanya menyipit dengan tatapan menyelidik, bibir mungilnya mengerut lucu hingga keselurahan ekspresinya justru membuat Any gemas.
"Bukan begitu sayang. Joana kan tahu bunda kerja, bunda harus mengajar. Enggak mungkin bunda bolos kan, itu namanya enggak bertanggung jawab, jadi bunda enggak bisa janji nyusul ke Jakarta, karena nggak tahu bunda bisa atau enggak," jelas Any dengan tenang, ia menggapai wajah Joana lalu menariknya perlahan untuk menciumi ujung hidungnya.
"Ayo dong bunda, ikut bareng kita. Aku enggak mau bunda di sini sendirian. Ayo bunda janji harus ikut bareng kita." Joana berucap lesuh, wajahnya berubah murung.
Any menggeleng
"Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat, jadi jika tak yakin bisa melakukannya maka jangan pernah berjanji karena akan membuat seseorang yang dijanjikan kecewa. Jadi saat ini bunda enggak bisa berjanji untuk ikut karena bunda tidak ingin mengecewakan Joana. Itu sebabnya bunda memilih kata yang aman agar tidak seperti berjanji," jelas Any sembari menatap Joana dengan lekat, dua telapak tangannya membukus wajah sang putri dan matanya memberi pancaran lembut agar Joana tak kecewa lebih banyak.
"Joana ingin memaksa bunda untuk ikut.. Eum.. tapi Joana enggak mau bunda marah karena Joana maksa. Kalau bunda marah berarti Joana sudah bersikap salah ya kan bunda? Kalau bersikap salah berarti itu dosa ya bunda? Kalau dosa berarti bukan hanya bunda yang kecewa tapi Tuhan juga kan bunda. Joana tidak ingin seperti itu, kalau begitu Joana harus menurut." gadis itu berucap sembari menatap dengan sungguh-sungguh pada ibundanya.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Replace
RomantizmBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
