Part 16

2K 335 23
                                        


"Joana suka banget ice cream. Terutama yang rasa vanila dan blueberry. Dia benci susu tapi tetap akan dia minum kalau dikasih. Alasannya sederhana. Dia mau cepat tinggi katanya makanya tetap minum susu walau dia enggak suka."

Tama tersenyum geli saat mendengar penjelasan Any, dia mempunya putri yang unik pikirnya.

Saat ini mereka berada di tengah taman, menemai Joana yang berlarian tanpa henti memutari taman itu.

"Joana terobsesi dengan warna biru dan benci warna kuning. Enggak suka coklat tapi suka cake coklat, ice cream coklat dan semua makanan yang ada rasa coklat kecuali coklat itu sendiri, suka semua sayur kecuali labu."

"Kenapa?" tanya Tama sembari mengawasi Joana yang mulai melompat seperti katak.

"Apanya?"

"Kenapa enggak suka labu?"

"Oh, dia enggak suka rasanya, terlalu lem.. "

"Lembek dan teksturnya aneh," lanjut Tama memotong ucapan Any.

Wanita itu terdiam sembari menatap Tama terkejut, dengan ekspresinya ia bertanya mengapa Tama mengetahuinya.

"Kamu juga enggak suka labu. Terlalu lembek dan teksturnya aneh," jelas Tama.

Any terpukau untuk sesaat sebelum berdeham salah tingkah dan segera mengalihkan tatapannya pada Joana yang terlihat mulai menggonggong meniru seekor anjing didekatnya.

"Apalagi yang Joana suka dan enggak suka?" tanya Tama memecah keheningan di antara mereka.

"Kalau tidur dia suka punggungnya digaruk. Hanya mau pake satu selimut kesayangannya yang sudah ada sejak bayi, kalau enggak ada selimut itu, dia enggak akan bisa tidur. Gelisah semalaman dan berakhir menangis."

"Oh ya? Kenapa begitu?" tanya Tama penasaran.

"Enggak tahu. Mungkin karena sudah ada sejak Joana masih bayi, dia jadi terbiasa dan enggak bisa lepas," jelasnya.

"Sebaiknya berhati-hati bersikap di hadapan Joana. Gadis kecil itu sangat peka dan kritis, suka bertanya  dan tidak akan berhenti bertanya sampai dia mengerti tentang apa yang ingin dia tahu. Jangan coba mengarang sesuatu saat menjelaskan padanya. Karena dia tahu kapan kamu bohong," lanjut Any.

"Wow! She's so amazing." Tama berucap takjub sembari kembali memperhatikan Joana yang kini tengah mematung menatap anjing yang tengah pipis.

"Hei! No Joana!" dengan kecepatan tinggi Tama berlari mendekati Joana lalu dengan spontan menarik gadis kecil itu dari sana dan menutup matanya.

Any mengernyit bingung dengan reaksi Tama yang menurutnya berlebihan.

"Why?" tanya Any saat Tama dan Joana tiba di depannya.

"Dia ngeliat anjing pipis," jawab Tama masih dengan wajah panik.

"Iya aku tahu. Tapi kenapa kamu panik?"

"Itu anjing pipis loh, kelaminnya kemana-mana." balas Tama sedikit kesal.

"Hah? Hahahaha.. Tam.. itu hanya binatang. Not a big deal. Enggak usah lebay. Kamu panik untuk hal yang enggak perlu," ucap Any ditengah-tengah tawanya.  Tama kehilangan coolnya hanya karena takut Joana melihat kelamin binatang.

Tama menatap tak menyangka pada reaksi Any yang terlihat santai bahkan menertawakannya. Ia tidak berlebihan, Joana adalah gadis kecil yang tak seharusnya melihat pemandangan yang tidak pantas. Walau kesal pria itu tak ingin memprotes lagi, ia tak ingin menjadi bahan tertawaan Any yang sepertinya tidak berniat menghentikan tawanya.

"Aduh sakit perut." Any menghentikan tawanya sembari memegangi perutnya.

"Bunda kenapa om?" tanya Joana saat melihat bundanya tertawa dengan sangat kencang.

"Enggak tahu. Bunda kamu udah kehilangan akalnya." masih dengan rasa kesalnya Tama mengangkat Joana dan menggedongnya meninggalkan Any yang kembali melanjutkan tawanya tanpa niat berhenti.
***

Mereka berakhir makan siang di restoran milik Tama, dan sepanjang makan siang itu Any hanya diam saja memperhatikan Tama yang kerepotan membantu Joana menghabiskan makanannya. Wanita itu menggelengkan kepalanya sembari menghela napas pelan dan hal itu tak luput dari perhatian Tama.

"Kenapa lagi?" tanya Tama.

"Joana bisa makan sendiri Tam. Jangan manjain Joana dengan nyuap-nyuap dia kayak gitu," jawab Any.

"Why not? This is my first taking care of her. I have to do my best. Kenapa kamu enggak habisin saja makanan kamu dan tidak usah memperhatikan kami."

Any memutar bola matanya kesal, ia mengalah dan membiarkan Tama melakukan apa yang dia mau untuk saat ini tapi lain kali dia tak akan membiarkannya. Dia tak ingin Joana melihat dirinya dan Tama berdebat.

Ponsel Tama yang berada di atas meja berdering memecah keheningan di antara kesibukan mereka menghabiskan makanan. Karena Tama masih sibuk menyuapi Joana, ia terlambat mengangkat panggilan itu dan membuat Any sempat melihat dari siapa panggilan itu datang.

My Bella

Nama kontak itu terterah dengan jelas pada layar ponsel Tama dan saat itu juga Any kembali tersadar, pria di hadapannya kini sudah memiliki seseorang yang dicintainya. Bagaimana bisa Any hampir melupakan fakta itu? Dan buruknya mengapa ada perasaan sakit yang kembali dirasakannya. Dia sudah tahu fakta itu sejak dulu tapi kenapa dia harus merasa sakit.

Dasar bodoh, makinya sebelum kembali menormalkan diri dan kembali fokus pada makanannya. Sementara Tama yang akhirnya melihat panggilan itu dengan cepat berdiri dan melangkah keluar setelah berpamitan pada Joana dan melirik sekilas pada Any.

Ternyata efek sakitnya masih sama parahnya seperti beberapa tahun lalu. Ini tak akan mudah dan Any tahu itu.









Sekian dulu part ini. Jangan lupa vote dan komen komen dan komen biar saya semangat updatenya yaa. Besok saya muncul lagi.

Bye bye..







By

MissOne1
😘🤗💕

ReplaceHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin