Napas Any memburu, tubuhnya yang tengah terbaring mulai berkeringat membasahi pakaian yang ia kenakan. Matanya yang masih tertutup mulai bergerak-gerak dengan gelisah seiring dengan tubuhnya yang perlahan ikut bergerak, dan saat akhirnya ia terbangun karena mimpinya yang begitu nyata. Air matanya pun ikut mengalir, napasnya sesak hingga dadanya terasa sakit.
"Joana!" Any berteriak saat ia sepenuhnya sadar.
Matanya mulai mencari keberadaan gadis kecilnya itu hingga kesadaran menyentaknya. Ingatan kecelakaan Joana kembali membuatnya histeris.
"Joana! Dimana anakku?!"
Rita yang tengah menjaga putrinya itu ikut tersentak dan segera bangun dari duduknya, ia segera memeluknya erat.
"Ssttt.. Tenang sayang. Joana baik-baik saja. Operasinya berhasil. Joana selamat. Joana sudah baik-baik saja."
Any tersentak dengan fakta itu, ia mematung. Antara percaya dan tak percaya pada apa yang barusan ibunya katakan. Ia yang tadinya mulai histeris mendadak diam membisu. Berusaha mencerna apa yang Rita katakan.
"Joana selamat bu?" tanyanya tak percaya.
Rita mengangguk pelan dan hal itu membuat Any kembali menangis. Jadi tadi itu hanya mimpi, tidak nyata. Ia tak kehilangan putrinya. Joana masih hidup. Mimpi buruk yang terasa nyata tadi tidak benar-benar terjadi.
Ia bernapas legah. Rasa sesaknya hilang seketika. Tangannya bergetar, dan kegembiraan nampak dimatanya yang masih penuh dengan air mata.
"Aku mau ketemu Joana bu. Ayo kita lihat Joana," ucap Any memohon.
Rita mengangguk dan membawa putrinya itu melihat cucunya yang masih belum sadarkan diri.
Langkah kakinya yang tadinya bergerak lambat mulai bergerak cepat, berlari menuju ruangan putrinya berada. Dan saat akhirnya sampai ia melihat Joana di sana, terbaring dengan segala peralatan yang membantunya untuk tetap bernapas. Walau hampir tak ada gerakan apapun dari putrinya namun Any bisa melihat dengan jelas dada Joana yang bergerak naik-turun secara perlahan.
Gadis kecilnya pernapas.
Any jatuh terduduk di lantai dengan air mata kembali membanjiri wajahnya. Perasaannya campur aduk namun perasaan yang paling mendominasi adalah perasaan legah. Putrinya masih hidup, dia tak meninggal. Gadis kecilnya kuat walau tubuhnya dipenuhi perban dan beberapa jahitan namun dia hidup.
"Enggak mau masuk ke dalam nak?" ayah Any mendekati putrinya yang nampak rapuh itu. Wajah pria tua itu nampak sembab, matanya memerah dan perasaan bersalah karena merasa lalai menjaga cucunya membuat Cristian tak dapat menyembunyikan wajah penuh penyesalannya.
"Enggak. Any enggak mau ganggu Joana. Biar dia istirahat. Kalau sampai aku nangis di dalam sana Joana pasti enggak bisa istirahat dengan aman. Biasanya Joana enggak suka liat aku nangis Yah. Nanti kalau aku nangis dekat dia dan dia terganggu gimana?" ucap Any.
"Maafin ayah nak. Ini semua salah ayah karena enggak jagain Joana dengan benar," ucap Cristian sangat menyesal.
Any mendongak. Napasnya berubah memburu saat kalimat ayahnya membuatnya kembali mengingat kejadian yang menyebabkan Joana kecelakaan. Wajah sedihnya berubah marah. Tatapannya yang tadinya sayu menatap dengan tajam.
"Ini bukan salah ayah. Pria berengsek itu penyebab anak ku hampir mati!" desisnya penuh amarah.
Any kemudian berdiri, ia mulai mencari, menatap sekeliling untuk menemukan Tama. Ia ingin menampar, memukul dan memaki pria itu.
Saat matanya menangkap keberadaan sosok pria itu yang melangkah mendekatinya. Kemarahan Any tak dapat dibendung lagi. Sementara Tama berhenti di tempatnya, ia balas menatap Any dengan tatapan intens yang berbeda dari biasanya, dari tatapannya ada penyesalan dan keterkejutan tentang sesuatu.
YOU ARE READING
Replace
RomanceBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
