Teriakan Any menghentikan langkah Tama yang akan bergerak maju. Keributan itu terdengar jelas olehnya dan dengan spontan ia berbalik tepat saat mobil itu menabrak Joana yang berada tak jauh dari keberadaanya.
Tama melihatnya dengan jelas bagaimana tubuh kecil itu terlempar jauh sebelum jatuh terseret dengan darah yang membanjiri tubuh mungil itu.
"Jo.. Joana," bisiknya.
Kakinya bergetar, tubuhnya melemah wajah kakunya berubah pucat saat tubuh putrinya terlihat jelas olehnya. ia berlari dengan kencang saat rasa takut mulai menguasainya, kepanikan dan kegelisaannya membuat ia berlari dengan sangat kencang menuju tubuh yang tergeletak tak sadarkan diri itu.
Ia melihatnya. Joana di sana. Wajah gadis kecil itu dipenuhi darah dan luka yang parah. Bajunya sobek, kaki dan tangan mungilnya tak jauh berbeda.
"Tidak! Joana! Tidak!"
Any berlari dengan kencang menuju tubuh putrinya. Ia jatuh berlutut dan menarik tubuh putrinya ke dalam pelukannya. Wanita itu berteriak, meraung. Melihat Joana dengan darah yang memenuhi tubuhnya membuat Any kehilangan akalnya.
"Joana! Joana!!" Any terus berteriak.
Sementara orang-orang disekitarnya mulai berkumpul mengerubungi mereka.
Tama membatu di tempatnya, seluruh tubuhnya bergetar hebat rasanya seperti seluruh tenaganya dihisap habis hingga membuat pria itu seperti akan mati. Napasnya mulai sesak. Ia tak bisa berpikir jenih. Kejadiannya terlalu cepat untuk dicernahnya.
Ia melihat telapak tangan mungil itu, tangannya yang bergetar hebat perlahan menyentuhnya dan saat itu lah ia merasakan kulit tangan putrinya yang masih hangat, tapi tangan mungil itu tak membalas pegangannya seperti yang biasa gadis kecil itu lakukan.
"Tidak!" ia mulai berteriak.
"Jangan! Tidak! Bukan begini yang saya mau! Jangan! Tolong jangan! Joanaaa! Joanaa!" Tama berteriak dengan kencang.
Air matanya mulai mengaliri wajahnya. Ia kehilangan akalnya. Ia berteriak dengan kecang seperti orang gila. Namun seberapa pun air matanya mengalir keluar, ia tak bisa mengebalikan waktu untuk menyelamatkan putrinya.
***
Empat jam sebelumnya..
Tama baru saja bangun saat Bella tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamarnya.
"Wanita sialan itu bilang kamu yang ngejar-ngejar dia sama anaknya!" ujar Bella dengan marah.
Wanita itu nampak sangat kesal, sementara Tama hanya menghela napasnya lelah.
"Bisa kita enggak usah ngomongin ini dulu Bella. Aku tidak ada mood bahas masalah ku dengan kamu pagi-pagi begini," balas Tama sembari berdiri bangun berjalan meninggalkan kamarnya.
"Tapi aku butuh penjelasan! Aku berhak dapat penjelasan dari kamu. Kita ini udah tunangan tapi kamu sama sekali enggak pernah anggap aku ada. Enggak pernah perlakukan aku selayaknya calon isteri kamu!"
Tama tak menjawab ia memilih meneguk segelas air hangat dan mengacuhkan wanita itu.
"Mau sampai kapan kamu kayak gini ke aku! Di saat aku udah kembali ke sini. Aku malah dapat kabar sialan itu!"
"Dengar Bella. Aku masih marah karena kamu bayar orang untuk mata-matai aku. Kamu memang tunangan aku tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya nyewa orang buat ngawasin gerak-gerik aku. Kamu bertingkah seperti psikopat!" balas Tama, emosinya ikut terpancing mengingat apa yang telah dilakukan tunanganya itu padanya.
"Itu karena kamu jarang kasih kabar ke aku!"
"Aku kerja Bella! Harus berapa kali aku bilang itu ke kamu. Aku enggak bisa setiap detik lapor ke kamu mengenai aktivitas aku."
YOU ARE READING
Replace
RomanceBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
