part 21

2.3K 329 21
                                        

Any menemani Joana tidur di kamarnya karena merasa bersalah sudah membentak gadis kecil itu. Sementara Ben sudah kembali ke Jakarta karena harus segera terbang kembali ke Bali esok hari.

Joana bergerak dalam tidurnya, saat merasakan ada orang lain di sampingnya mata gadis kecil itu terbuka perlahan dan menemukan bundanya tengah menatapnya.

"Udah bangun anak cantik bunda?" sapa Any.

Joana mengangguk sebelum memeluk Any dengan erat.

"Bunda masih marah?" tanyanya.

Any tertegun, rupanya Joana masih belum melupakan kejadian sore tadi.

"Enggak, bunda enggak marah. Maaf ya karena tadi bunda udah bentak Joana."

"Enggk papa.. Tapi Joana boleh tau kenapa bunda marah?"

Any terdiam. Bagaimana cara menjelaskannya pada Joana, tidak mungkin dia mengatakan baru saja bertengkar dengan Tama. Tapi kalau dia bohong memangnya alasan masuk akal apa yang bisa dia buat.

"Eum.. Tadi bunda lelah. Maaf ya." tidak ada alasan lain yang bisa dibuat Any saat ini selain mengatakan ia lelah.

"Oh."

Any menunduk menatap putrinya,

"Kenapa? Tumben enggak tanya lagi."

"Emang Jo boleh tanya lagi?"

"Boleh. Kenapa enggak boleh?" Any mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa Joana enggk boleh ketemu om Tama lagi?"

Deg!

Any membisu. Dia lupa sudah mengatakan hal itu saat tadi ia masih emosi gara-gara pria itu. Bagaimana dia harus menjelaskannya.

Any sadar sudah memutuskan hal yang salah. Hanya karena perasaan pribadinya Joana yang menjadi korban. Dia bingung bagaimana harus mengatakannya pada Joana, dia juga sudah melarang Tama untuk tidak pernah muncul di hadapan mereka lagi. Seandainya laki-laki itu benar tidak ingin muncul lagi lalu bagaimana dengan Joana.

Any menghela napas pelan.

"Joana masih boleh ketemu om Tama kok. Sekarang tidur lagi ya. Udah tengah malam. Waktunya tidur lagi."  Any menarik gadis kecil itu semakin dekat dengannya lalu mendekapnya erat, tidak membiarkan Joana bertanya kembali.

Masalah ini akan ia urus nanti, ia terlalu lelah untuk hari ini, sebaiknya dia tidur.
***

Mereka sudah kembali ke Jakarta. Liburan kenaikan kelas akhirnya tiba, dan Any segera memutuskan pulang ke rumah orang tuanya dan berlibur di sana bersama Joana. Ini akan menjadi liburan terlamanya di Jakarta semenjak ia pindah ke Bogor dan sudah lima hari sejak terakhir ia bertemu dengan Tama. Tidak ada pesan atau pun panggilan telepon dari pria itu. Nampaknya Tama sudah tidak ingin berurusan lagi dengan mereka.

Sepertinya hanya omong kosong yang selama ini dikatakan pria itu. Ingin dekat dengan putrinya mungkin hanya uji coba atau sekedar menebus rasa bersalah. Seharusnya Any tidak pernah memberinya kesempatan.

"Mau kemana hari ini?" Rita muncul dari dapur dengan sebuah nampan berisi dua gelas teh dan setoples cookies coklat di tangannya.

"Enggak tau ma. Mungkin nanti siang Alona sama Lia main ke sini. Kita tunggu aja," jawab Any sembari bersandar di sofa dengan ke dua tangan yang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Oh ya. Bagus dong. Jadinya kan rameh. Mama udah kangen mereka banget. Kangen ngerumpi bareng Lia." Rita berucap penuh semangat.

Sejak dulu wanita paruh baya itu paling cocok dengan Lia. Selain karena Lia tipe yang tidak bisa diam, gadis itu juga seperti ibu-ibu rempong yang terjebak di dalam tubuh wanita muda, jadi mereka berdua cocok.

ReplaceWhere stories live. Discover now