Part 3

3.9K 304 25
                                        


Any melangkahkan kakinya menuju parkiran yang berada di samping kanan ruangan guru, jaraknya tidak terlalu jauh, hanya saja motornya ia parkirkan paling ujung hingga membuatnya harus melangkah sedikit jauh. Sekolah baru saja usai dan sudah saatnya ia pulang, ia melangkah dengan tergesa menuju motor maticnya.

Hari ini ulang tahun putrinya, jadi ia harus buru-buru mengambil kue ulang tahun yang dipesannya beberapa hari lalu di sebuah tokoh kue. Sejak pagi tadi Joana sudah merajuk karena menganggap bundanya tak peduli dengan ulang tahunnya karena lebih memilih ke sekolah. Untungnya ada ibunya yang mau membujuk gadis itu agar sabar menunggu hingga Any kembali.

Ia memacu motornya lebih cepat dari biasanya, Any tak ingin membuat Joana lebih kecewa lagi karena ia yang datang terlambat. Gadis kecil itu sangat hafal pukul berapa Any akan pulang, jika dia terlambat sedikit saja dari jam pulangnya maka gadis itu akan merajuk dan susah dibujuk.

Saat Any akhirnya turun dan hendak memasuki tokoh kue, ponselnya berdering dan membuatnya menghentikan langkahnya. Ia mengambil ponselnya dan membaca nama penelpon.

Fucek Benboy

Any sontak memutar bola matanya malas.

"Hal.. "

"Keponakan gue ulang tahun kenapa lo enggak ngasih tahu gue?" suara berat Ben terdengar meninggi dari seberang telpon, Any menghela napas kesal.

"Ben, lo kalau mau nelpon cuman buat marah-marah, mending enggak usah. Gue lagi buru-buru dan enggak ada waktu buat ngeladenin elu!" balas Any ketus.

Ia mengapit ponselnya di antara telinga dan bahunya sebelum mendorong pintu tokoh kue tersebut.

"Enggak peduli gue. Lo tau enggak, Joana nelpon gue barusan dan ngambek gegara gue nggak ngucapin selamat ulang tahun ke dia."

"Bukan salah gue. Siapa suruh lo enggak ingat tanggal ulang tahunnya. Enggak guna lo jadi paman Joana." Any melangkah memasuki tokoh kue, ia tersenyum pada seorang wanita yang berada di balik cake showcase.

Mata Any langsung dimanjakan berbagai jenis kue yang terpanjang di dalam cake showcase tersebut.

"Selamat sore mbak Any," sapa wanita itu ramah.

Tokoh kue itu adalah toko kue langganan Any, jadi sang pemilik tokoh mengenal Any sebagai pelanggan setia.

"Sore juga mbak Devi,  saya mau ngambil pesanan kue untuk Joana," ucap Any sembari menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Baik mbak, tunggu sebentar ya. Saya siapkan dulu kuenya." wanita itu segera meninggalkan Any dan melangkah menuju ruangan belakang  tokoh miliknya.

Any kembali meletakkan ponselnya di telinga.

"Gue lagi di tokoh kue, mau ngambil pesanan kue buat Joana," jelas Any.

"Ulang tahunnya dirayain?" tanya Ben.

"Enggak. Lo tau sendiri keponakan lo itu enggak suka pesta. Tapi sebagai gantinya dia mau minggu ini gue ngajak dia dua kali ke taman binatang. Enggak ngerti gue kenapa dia terobsesi banget sama kebun binatang," Any mengecilkan suaranya, setengah berbisik pada Ben.

"Itu ciri-ciri anak cerdas. Kangen gue sama dia," ucap Ben sembari terkekeh.

"Makanya sini ke Bogor. Udah hampir enam bulan lo enggak ke sini. Pusing gue tiap hari ditanyain Joana lo menghilang ke mana."

Semenjak Any lulus kuliah dan memiliki Joana, ia akhirnyan tinggal di Bogor dan menempati rumah sederhana milik mendiang kakek dan neneknya. Hubungannya dengan ibu dan ayahnya sudah membaik sejak Joana lahir, saat akhirnya wanita itu jujur pada kedua orang tuanya tentang apa yang terjadi, ayahnya memutuskan untuk memindahkan putri dan cucunya ke Bogor agar jangan sampai berhubungan atau bertemu dengan Tama kembali.

ReplaceWhere stories live. Discover now