PART 16

202 15 21
                                        

"Sudah hampir satu bulan lebih, namun gosip itu tak kunjung tenggelam. Hari-hariku selalu malas untuk berangkat ke kampus, "dek lo akhir-akhir ini kenapa si?" tanya bang eza,

"kenapa apanya bang?"

"tiap hari ngurung diri di kamer aja, ada masalah apa? Gamau cerita?"

" apaan, ga ada apa-apa ko. Lagi males ngapa-ngapai aja"

" ican juga biasanya apa-apa jujur sama gue, ini malah diem aja" bisik bang eza yang masih terdengar olehku, "ko abang bisa kenal ican si? Dan kenapa ican tau semuanya? Pasti abang suka cepu ke dia ya" tanyaku bertubi-tubi,

"a..apaan si dek, lo ga dibully kan?" tanyanya lagi yang membuat aku terpelonjak kaget dengan kata bully, "e..eengga ko bang"

Tatapan bang eza terlalu mengintimidasi dalam pembahasan ini, aku takut ketahuan berbohong. "udah ah, gue mau sarapan bang" alihku .

Aku tak tahu definisi pembullyan itu seperti apa, apakah yang terjadi padaku termasuk kasus bullying atau bukan. Entahlah memikirkan semua itu seperti mengingat masa-masa menyakitkan.

"bill, gue nebeng lo ya" ucap diva didepan rumah,

"cowo lo mana emang?'

"gatau gue lagi berantem sama dia, males banget kawanan sama pacarnya si jamet sonya" kesalnya, "maksud lo ka yogi?" aku memperjelas,

"iyaa!"

"lah urusannya sama ka erul apaan anjir, orang dia ga ngapa-ngapain"

Diva menghentakkan kaki, "ya gue kesel kenapa di temenan sama si playboy yogi, kan karna di juga lo kena bully gini"

Aku mendenguskan nafas, tak bisa berkata-kata lagi dengan sosok diva.

Sampai didepan gerbang kampus, kami bertemu couple goals yang sepanjang jalan dibicarakan diva. Siapa lagi kalau bukan sonya dan ka yogi.

"bill gerungin bill motor lo, buru!" titah diva, "apa si div, biarin aja"

"ahh lo mah ga asik, tadi gue aja yang nyetir" kekesalan diva ternyata belum usai juga, ditambah tadi bertemu mereka, "apaan si yogi, muka watados banget pake senyum segala. Kesel gue jadinya"

"lo pms lagi ya, sewot amat"

"pokoknya hari ini hari yang menyebalkan anjir"

­­­­__

Nafsu makanku tiap hari semakin menurun, sekarang bukan tak nafsu lagi. Lebih ke sering muntah tiap menit, macam orang hamil huek-huek padahal tidak mencium bau tak sedap. Entah mengapa perutku rasanya benar-benar tak enak.

Hari ini harusnya aku mengikuti ulangan tengah semester, namun aku izin. Karna benar-benar tidak bisa bangun dari kasur, lemas sekujur tubuh.

"makannnya makan dek, mamah udah masak enak malah kamu anggurin" omel mamah dengan semangkuk bubur ayam, "udah mah, mual" selaku,

Mulutku pahit, kepalaku pusing, dan semuanya campur menjadi satu. "kamu baru tiga suap loh" ucap mamah, "dari pada ga masuk makan sama sekali kan" aku coba mengeles agar tidak di suapi lagi.

"bisa aja ya kamu kala ngeles, yauda minum obat dulu. Abang kamu ada dines pagi ini, paling nanti minta di periksa sorean" jelas mamah berjalan keluar kamar dengan membawa bubur.

Aku coba memejamkan mata, namun rasanya sulit. Mataku kini memanas, antara memanas karna badan ini panas atau memanas karna ingat kejadian yang sedang aku alami sekarang.

Selang beberapa menit mamah keluar, perutku kembali bergejolak ingin memuntahkan segalanya. Dan setelah kejadian itu aku tak tahu lagi dan tak sadarkan diri.

INSECUREWhere stories live. Discover now