Ekstra Part 2

27K 1.9K 140
                                    

Assalamu'alaikum!
.
.
Rindu, ya?
Rindu Kafka atau aku? Wkwk.
Ini ekstra part terakhir, ya.
Doain aja, aku selalu dalam keadaan good mood.
Supaya bisa kasih satu part lagi, wkwk.
.
.
Btw, aku ada kabar baru, loh!
Mau tau? Mau lah ya. Oke aku anggap mau.
.
Jadi, kabarnya adalah ...
Kafka dan Namira akan hadir dalam bentuk FISIK!!!!
Aku gak tau seberapa antusiasnya kalian,
Tapi, buat kalian yang beli nanti, akan aku jamin.
Kalian, akan mendapatkan part yang jumlahnya lebih dari lima puluh part,
Di dalamnya termasuk ekstra part yang tidak aku publikasikan di sini.
.
.
Sampai sini, ada yang seneng?
.
.
Kemungkinan terbit, akhir tahun atau awal tahun, aku juga gak bisa mastiin.
Kalau untuk GURU FISIKA ITU SUAMIKU,
AKAN TERBIT AKHIR BULAN SEPTEMBER ATAU AWAL OKTOBER.
PART BONUSNYA ADA BELASAN.
HARGANYA, AKU USAHAKAN DIBAWAH SERATUS.
.
.
Coba komen perasaan kalian saat tau GFS dan WCI akan segera terbit.
.
.
Jangan lupa, follow ig dan wp
fiyaa_indr
Ryaniii_
.
.
Happy reading
Untuk ekstra part kedua.
.

✨✨✨

"Orang yang paham agama dan menjunjung tinggi agamanya, pasti akan melakukan hal ini. Yaitu, meninggalkan sesuatu karena Allah dari pada meninggalkan Allah karena sesuatu. Percayalah!"

- Wa'alaikumussalam, Calon Imam! -

✨✨✨

Namira menapakkan kakinya di balkon hotel. Kebetulan, mereka mendapat kamar yang punya balkonnya. Azalea masih tidur di kasur, sedangkan Kafka mungkin masih berada di masjid yang tak jauh dari hotel ini.

Senyumnya merekah saat melihat langit yang masih sedikit gelap. Dalam hati, ia bersyukur karena masih di beri kesempatan untuk melihat dunia ini. Terutama, untuk lebih mengikat segala urusannya dengan Allah SWT.

"Liat apa?"

Namira tersentak pelan saat tangan Kafka tiba-tiba melingkar di pinggangnya. "Mas, ngagetin!" rutuknya.

"Habis, kamu terlihat sangat cantik saat menatap langit. Sangat menarik perhatian Mas."

Wajah Namira bersemu merah. Jika kalian ingin tau sesuatu tentang Kafka, akan Namira beritahu. Sejak Namira menginjakkan kaki di kota ini, Kafla sedikit demi sedikit mulai merubah sifatnya. Menjadi lebih dewasa dan yang pasti menjadi sangat perhatian pada Namira.

Namun, masih ada lagi yang mengganjal di hati Namira. Selama ini, setelah semua yang terjadi, tidak sekalipun Kafka mengeluh padanya. Namira tau bahwa ia harus bersyukur, tetapi bukankah itu artinya Kafka selalu memendam semuanya sendiri?

"Kenapa melamun?" tanya Kafka.

Lamunan Namira buyar. Matanya memandang wajah Kafka yang menampilkan raut bingung. "Tidak ada. Aku hanya sedang berpikir sesuatu."

"Berpikir apa?" tanya Kafka. Pelukannya semakin mengerat. Tanda bahwa ia ingin tau tentang apa yang Namira pikirkan.

"Kenapa Mas gak pernah mengeluh apa pun sama aku?"

Kafka sempat terdiam sebelum menunjukkan seulas senyum tipis. "Untuk apa Mas mengeluh? Toh, semua yang Mas miliki sudah lebih dari cukup. Apalagi yang harus Mas eluhkan?"

Ya, seperti itulah diri Kafka. Bukannya Namira tidak suka, tetapi ia sendiri khawatir dengan beban yang Kafka tanggung. Tidak mungkin bahwa seluruh hidup Kafka hanya ada rasa enak.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now