WCI | 3

22.8K 2.3K 54
                                    

"Semua orang memang begitu. Suka menyalahkan tanpa tahu kebenaran, suka menghakimi tanpa tau permasalahan."

-WCI-

✨✨✨


Namira mengembuskan napasnya pelan. Kakinya yang menggantung ia goyangkan ke depan dan ke belakang. Setelah Kafka meninggalkannya, Namira memilih untuk duduk di bangkunya.

Jika biasanya ia sedang berbincang dengan Ira, kali ini sepertinya tidak. Entah apa alasannya, tapi yang pasti, sejak tadi pagi Ira menjauhinya. Dan Namira pikir, ini ada hubungannya dengan apa yang baru saja mengganggunya.

Tetttt!!!

Namira menatap kosong keluar kelasnya. Bel sudah berbunyi, tidak lama lagi Ira pasti akan masuk ke kelas. Dam tebakannya benar, hanya saja Ira masuk dengan segerombolan siswi yang membencinya.

Tatapan sinis mereka lemparkan pada Namira. Tidak tau alasan pastinya. Tapi Namira anggap, mereka sungguh seperti bocah SD, yang tidak terima dengan kekalahan.

Ah, kasihan sekali. Batin Namira.

"Gue pindah tempat duduk," ujar Ira tanpa rasa segan sambil melewati Namira begitu saja. Ira sekarang duduk si samping Gina.

Namira hanya diam. Terlalu malas untuk merespon hal yang seperti itu. Apalagi, sekarang ia tau bagaimana sifat teman-temannya itu. Membuat Namira ingin muntah saja.

"Selamat pagi," sapa Bu Dewinta. Guru sejarah yang sudah berumur sekitar empat puluh tahunan.

"Pagi, Buk!!"

Namira membuka buku dan lksnya dengan malas. Minat belajarnya juga langsung hilang saat tangannya masuk ke laci dan menyentuh cat yang masih basah.

Matanya melirik ke bangku paling belakang. Lagi-lagi, Namira mendapatnya tatapan sinis dengan senyum jahat yang tercetak di wajah mereka.

Ternyata benar, ini ulah mereka juga.

"Buk, saya izin ke toilet. Ada tangan jahil yang menaruh cat basah ke laci saya," ujar Namira sambil mengangkat tangannya.

"Silahkan,"

Namira berjalan gontai menuju kamar mandi. Ia tidak menyangka, bahwa penggemar Kafka sudah tidak memiliki akal sehat. Bagaimana wanita di negara ini bisa melakukan hal seperti ini? Apa tidak cukup dengan hujatan-hujatan yang mereka lempar di kolom komentar pada setiap sosmed mereka?

Namira sudah tidak bisa berpikir lagi. Membayangkan betapa sialnya ia berjumpa dengan sebagian wanita yang ber-IQ rendah seperti mereka.

"Kalian mau ngapain? Ganggu gue lagi? Di kamar mandi? Mau kayak drama-drama wattpad? Nyiram air, nendang perut, nampar, gitu?" tanya Namira saat tiga wanita di belakangnya seperti sedang menunggu dirinya selesai membersihkan cat.

Namira mendaratkan telapak tangannya di tembok yang tak jauh dari posisinya. Matanya menatap tajam ketiga wanita itu.

"Jangan kalian kira, gue diem karena gue takut. Tapi karena gue lagi gak mau nyari masalah sapa siapa pun," ujarnya. Sebelum pergi, Namira melirik dan tersenyum tipis. "Untuk ngerobohin kalian, cuma menggunakan satu tangan pun gue bisa."

Ketiga wanita itu langsung menarik tubuh Namira dan mencoba melawan. Tapi seperti yang sudah Namira katakan, dia bisa merobohkan mereka hanya dengan satu tangan. Namira itu kuat luar dalam. Jika lawannya perempuan. Kalau laki- laki, ya, beda lagi.

"Eh, ada yang berantem!" seru seseorang dari luar kamar mandi.

Namira berdecak. Kenapa mesti ada yang datang di saat begini, sih? Ujung-ujungnya dia juga yang kena omel bk.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang