WCI | 39

24.5K 1.9K 69
                                    

Ecieeeeee!!
Next part judulnya EPILOG!
Bocoran untuk EPILOG hanya ada dua kata
"Namira melahirkan!"

Seneng banget aku tuhh!

Bisa nyelesaikan cerita ini kurang dari dua bulan!
Seneng banget! Sampe ke ubun-ubun, DNA, tulang, urat, semua kedapetan!
Gak terasa banget gitu>•<

Kalian juga seneng, kan?
Iya, dong!

✨✨✨

"Kalau perut sudah lumayan besar, menjaganya harus extra hati-hati. Karena kalau salah sedikit, akibatnya akan menjadi buruk."

-WCI-

✨✨✨

Namira memegang perutnya yang sudah membesar. Bulan ini ia sudah memasuki trimester ketiga atau bulan ketujuh ia mengandung. Rasa cepat lelah mulai mendatanginya.

Dan kebetulan, hari ini, Adiba dan Irsyad akan datang, jadi dia harus beres-beres rumah. Kan malu kalau mertua datang tapi rumahnya kayak kapal pecah.

Sekarang, Kafka sudah menjadi seorang mahasiswa dan saat ini sedang berada di universitas yang ia pilih karena ada kelas pagi. Jurusan yang dipilih Kafka adalah management bisnis. Sebab, ia mewarisi salah satu cabang Abrisam Group.

Namira juga sudah melewati masa-masa ngidamnya. Sekarang, ia sudah jauh lebih baik. Kondisi diri dan anaknya juga sangat sehat. Namun, karena sudah memasuki trimester akhir, ia lebih cepat lelah, merasa sakit, dan pergelangan kakinya sering membengkak. Membuatnya tidak bisa lama-lama berjalan.

"Assalamu'alaikum," sapa  Adiba dan Irsyad bersamaan. Mereka juga sudah masuk ke ruang tamu rumah Namira.

"Wa'alaikumussalam, Abi, Umi!" serunya senang. "Abang sama Kakak gak ikut?" tanya Namira dengan satu alis terangkat.

Adiba menggeleng. "Abang sama Kakak masih kuliah, bentar lagi nyusul. Kira-kira satu jam lagi, lah." Setelah mengucapkan itu, Adiba mengulurkan tangannya ke depan Namira, karena menantunya itu ingin menyalim tangannya. Seperti yang dilakukan pada Irsyad.

"Oh, gitu."

"Kandungan kamu gimana?" tanya Irsyad sambil menunjuk perut Namira yang sedikit tertutupi oleh rambutnya.

Namira tersenyum dan menyingkirkan rambutnya ke belakang. "Alhamdulillah sehat, Bi. Dia juga barusan nendang perut Namira, mungkin tau kalau Kakek sama Neneknya udah datang," jawab Namira.

Ia tidak merasa takut karena auratnya terlihat Irsyad. Toh, Irsyad adalah mahramnya. Seperti Kafka. Kebetulan Alfin juga belum datang, jadi dia tidak usah pakai khimar dulu.


ولا يبدين زينتهن إلا لبعولتهن أو آبائهن أو أبنائهن أو أبناء بعولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن أو بني أخواتهن .. (سورة النور: 31)

“Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka.” (QS. An-Nur: 31)

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang