Om Gempa

812 54 84
                                    


Yaya Pov on

Aku berjalan tak tentu arah. Kakiku sangat pegal. Sudah hampir satu jam lebih aku berjalan. Sekarang pukul 18:59. Sudah memasuki waktu isya'. Aku pun memutuskan untuk salat ke masjid.

.

.

Setelah selesai melakukan kewajibanku, aku kembali berjalan. Jujur saja. Aku pengen pulang aja ke Bandung. Aku lebih baik tinggal di sana saja. Padahal baru habis isya' tapi jalanan sangat sepi. Aku takut.

Dari kejauhan, ada sebuah mobil berwarna hitam. Apa mereka penculik? Jika iya, tolong jangan culik aku. Huh .... Aku harus cepet cepet kabur. Aku pun berlari. Jarak mobil itu sangat dekat. Ya Allah, tolong Aya. Aya takut.

Brrukkk...

Ah sial. Aku kesandung. Aku berdiri dan mau berjalan. Namun nasib baik tak memihak padaku, aku terjatuh lagi dan mungkin kaki ku terkilir.

"Hiks ... Hiks ... Ya Allah tolong Aya. Aya sangat takut," mohon ku pada Sang Maha Esa.

"Hiks ... Hiks...."

Satu tangan terulur padaku. Aku menengok.

Bisa readers tebak siapa orang
itu??

Seorang pria tampan. Sepertinya ia lebih tua dariku. Apa jangan jangan dia beneran culik? Aku menunduk lagi.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Maaf om. Om jangan culik Hiks ... Hiks ... Saya ... Hiks... Saya kan gak nakal Om. Hiks ... Hiks ...." pintaku padanya.

"Heyy siapa yang mau menculikmu gadis kecil?" tanya orang itu.

"Om. Hiks ... Hiks ...Om penculikan? Hiks ... Hiks...."

"Kau lucu deh. Apa ada orang seganteng saya itu seperti penculik? Dan jangan panggil saya Om, usia saya masih 24 masih,"-kata orang itu.

"Ta-tapi ... Hiks ... Hiks ... Niarin saya pergi Om. Hiks ... Hiks...."

"Memangnya kau mau kemana?" tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Bagaimana kalau kau tinggal dirumahku?''tawarnya. Orang asing menawarkan aku bantuan?Hmm ....memcurigakan.

"Tidak. Nanti saya diapa apain lagi," tolakku.

"Huft ... 'Diapa apain' emang saya mau ngapain?''tanya orang itu.

"Taulah..Yaya mau pergi aja."

"Kau bahkan tak tau mau kemana. Ayolah tinggal dirumahku. Setidaknya untuk malam ini. Aku bukan penculik ko. Dan nggak mau 'apa-apain' kamu," tawarnya lagi.

Aku bingung.

"Tapi Yaya kan bukan siapa siapa Om."

"Terus? Ingat jangan panggil saya Om. Saya juga punya nama. Perkenalkan saya Gempa Earth. Panggil saja Gempa," kata orang itu yang ternyata bernama Om Gempa.

"Ya ... saya gak enak aja Om Gem. Masa saya tinggal di rumah orang asing, saya juga nggak punya rumah Om,"-jawabku.

"Astaghfirullah!!! Yaya dengerin saya. Panggil saya Kak, mas, abang, atau Gempa aja juga boleh. Asal jangan panggil Om. Dan untuk itu ... Gimana ya,"-Om Gempa

"Em ... Saya jadi pembantu aja deh Om," tawarku padanya.

"Eh ... Kamu kan masih sekolah," jawab Om Gempa.

"Ya. Enggak apa apa. Aku pembantu sip sore. Om tenang aja, Yaya bisa kok ngurusin pekerjaan rumah tangga."

"Terserah deh. Tapi jangan capek capek. Kayaknya kamu nggak bisa berhenti panggil aku 'Om' ya??" tanya Om Gempa kesal.

Hei, Boy!Where stories live. Discover now