Boy & Aya

2.2K 85 19
                                    

Happy Reading*

****

Seorang gadis kecil yang berumur sekitar 6 tahun, duduk termenung di bangku taman sendirian. Sedangakan untuk anak yang seusianya ditemani ayah dan ibu mereka . Tapi, tidak untuk gadis kecil itu. Ia hanya memperhatikan anak anak lain yang mendapat kasih sayang lengkap dari kedua orang tua mereka. Sedih? Pasti, anak mana yang tidak menginginkan kasih sayng dari orang tua. Sepi? Jelaslah. Di saat anak lain bercanda ria bersama orang tuanya, dia sendiri. Ini lah kehidupannya.

Seorang anak laki-laki kecil melihat gadis kecil duduk sendirian, ia pun izin untuk menemuinya.

"Mama aku mau ke cana,boleh ya," pamit anak itu.

"Iya sayang, jangan lama lama, ya," kata Sang Ibu dengan mengelus puncak rambut sang anak.

"Hati hati loh," teriak ayahnya.

"Okee," kata sang anak, lalu ia lari menuju ke anak gadis itu.

"Hai, kenapa kamu cendiri, mana mama kamu?" tanya anak laki laki itu dan langsung duduk di sampi sang gadis kecil.

"Mama aku kelja, Papa tinggal di Jakalta. Aku cama nenek di cini. Dan ceminggu yang lalu, kata mama nenek pelgi lama dan gak pulang," jawab sang gadis dengan raut wajah sedih dan mata berkaca kaca, akhirnya pun menangis.

"Kamu jangan cedih, aku kan ada di cini, jangan nangis juga," kata anak laki laki itu. Dia berusaha menenangkan gadis kecil di depannya.

"Kata mama aku gini 'jika badai datang melintangi langkah, kita halus pelcaya kalo akan ada bahagia yang datang' gitu. Kita nggak boleh cedih," lanjutnya. Gadis itu air matanya dan tersenyum senang.

"Nama kamu ciapa," tanya anak laki laki itu. Dia duduk di sampingnya gadis kecil itu.

"Kamu boleh panggil aku Aya, kalo kamu ciapa."

"Panggil aja Boy."

"Calam kenal Boy//Aya," kata mereka bebarengan dan menjabat tangan.

"Lumah kita deket loh," kata Aya. Dia sering melihat Boy.

" Masa cih. Lumah aku kan di Jakalta. Aku di cini mau libulan dan mau pulang juga."

"Ooo, boleh kita jadi cahabat," kata Aya.

"Boleh dong, Boy & Aya.Cahabat yang celalu belcama," balas Boy. Terlihat sang gadis tersenyum senang.

Aya melepas gelang merah miliknya,dan memberikannya pada Boy.

"Ini untuk kamu, jika cuatu caat kita beltemu, pasti aku tau itu kamu," ucap Aya dengan memberikan gelangnya.

"Makasih Aya."

Mengambil gelangnya Aya dan melepas gelang sendiri yang berwarna hitam dan ada huruf 'B' nya.(Bayangin aja sendiri)

"Ini juga untuk kamu." Boy memberikan gelangnya.

"Makacih Boy." Aya menerimanya.

" Boy ayok pulang kita harus siap siap, 3 hari lagi kamu mau sekolah loh,"teriak mamanya yang berjalan mendekati mereka.

"Iya mama, bentar lagi," jawab Boy sama juga dengan berteriak.

"Aya kamu nggak boleh nangis loh,kamu halus kuat," nasihat Boy. Aya mengangguk senang.

" Kalo gitu aku mau pulang ke jakalta, dadah Aya," kata Boy memlambaikan tangannya.

"Hati hati boy, tante, cama om." Aya mengalami tangan mereka.

" Tante sama Om pamit pulang ya, Dek," pamit mamahnya Boy. Aya hanya mengangguk mengiyakan dan melambaikan tangan.

~~~

TBC



Terima kasih sudah membaca, semoga suka...

Hei, Boy!Where stories live. Discover now